Masih Ada 13.000 Anak Tengkes, Jakarta Turunkan Prevalensi
Masih terdapat 13.000 anak di bawah usia lima tahun (balita) tengkes ("stunting") dan 10.000 anak balita rawan gizi di Jakarta.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus memutakhirkan data anak di bawah usia lima tahun (balita) tengkes (stunting) dan rawan gizi supaya program intervensi tepat sasaran. Saat ini masih terdapat 13.000 anak balita tengkes dan 10.000 anak balita rawan gizi.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau intervensi tengkes di Puskesmas Pembantu Pekojan 1, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Rabu (11/10/2023). Dari sembilan anak balita tengkes, lima di antaranya sudah bebas tengkes setelah intervensi.
”Program intervensi dua kali seminggu. Ada makanan bergizi, susu, dan lainnya. Kami terus cari, data, dan intervensi,” ujarnya.
Sampai sekarang terdata 22.000 anak balita tengkes dan 23.000 anak balita rawan gizi di Jakarta. Setelah intervensi, 9.000 anak balita bebas tengkes dan 13.000 anak bebas rawan gizi.
Data tersebut berdasarkan pengukuran berat dan tinggi badan terhadap 457.000 anak balita sasaran yang masih berjalan. Dengan basis data, Pemprov DKI Jakarta mengupayakan intervensi sedini mungkin agar anak balita rawan segera tertangani dan tidak sampai tengkes.
Pemprov DKI Jakarta menguatkan fungsi posyandu sebagai tempat penapisan awal, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Pada saat yang sama, ada pemberian makanan tambahan melalui puskesmas dan kelurahan kepada ibu hamil dan anak balita. Upaya tersebut agar prevalensi tengkes Jakarta sebesar 14,8 persen (Survei Status Gizi Indonesia 2022) bisa turun ke 13,5 persen pada 2024.
Selain intervensi yang sudah bergulir, Pemprov DKI Jakarta juga melibatkan kader dasawisma Jakarta yang berjumlah 76.000 dan sukarelawan untuk memastikan intervensi tepat sasaran.
”Kami harus pastikan orangtua memberikan makanan gizi kepada anaknya. Makanan yang diberikan memang benar-benar dimakan oleh anak. Ditangani agar gizi terpenuhi, tinggi naik, berat bertambah, tidak tengkes,” katanya.
Suasana di posyandu di Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/8/2019). Tampak seorang anak menerima tambahan vitamin dari petugas posyandu. Salah satu prioritas program pemerintah melalui posyandu adalah pencegahan stunting.
Sampai sekarang terdata 22.000 anak balita tengkes dan 23.000 anak balita rawan gizi di Jakarta. Setelah intervensi, 9.000 anak balita bebas tengkes dan 13.000 anak bebas rawan gizi.
Tengkes merupakan gagal tumbuh kembang karena kurang gizi. Intervensi untuk mempercepat penurunan tengkes perlu lebih fokus pada usia di bawah dua tahun karena 1.000 hari pertama kehidupan jadi masa krusial untuk mencegah adanya kasus tengkes baru (Kompas, 27 Januari 2023).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebutkan, sebagai langkah pencegahan telah diberikan tablet tambah darah pada anak usia sekolah, antenatal care atau pemeriksaan ibu hamil minimal enam kali setiap kehamilan, memantau tumbuh kembang anak, memberikan imunisasi lengkap, dan pemberian makanan tambahan.