Kisah Tragis Anak Periang di SDN 06 Petukangan yang Diduga Bunuh Diri
SR diduga tewas karena melompat dari lantai 4 sekolahnya. Bunuh diri anak di sepanjang 2023 sudah 10 kejadian. Angka ini 10 persen lebih tinggi ketimbang 2022. Perundungan menjadi faktor dominan alasan bunuh diri anak.
Oleh
RHAMA PURNA JATI, FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Garis polisi masih terpasang di salah satu ruang di SD Negeri 06 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2023).
SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, Selasa (26/9/2023). Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat terkait. Ada dugaan kuat ia bunuh diri.
Kasus ini kemudian turut dikaitkan dengan bunuh diri anak di sepanjang tahun 2023 yang tercatat sudah menyentuh 10 kejadian. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia ini menyebutkan, 10 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pembentukan tim khusus sangat diperlukan untuk menekan potensi tersebut.
”Angka itu baru yang tercatat, saya meyakini banyak kasus serupa yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan,” ujar Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Diyah Puspitarini, Kamis (28/9/2023).
Dia menjelaskan, kasus bunuh diri anak dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Namun, sekitar 60 persen kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini disebabkanoleh perundungan yang korban alami. Faktor lain adalah ekonomi keluarga dan asmara di antara remaja.
Dalam laporan polisi ada beberapa versi yang mencuat. Di laporan pertama, SR diduga terjatuh ketika sedang bermain dengan teman-temannya. Versi selanjutnya yang dikeluarkan oleh Polres Jakarta Selatan, diduga SR mencoba bunuh diri dengan melompat menggunakan kursi.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Unit Reskrim Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Bintoro menyebut, dugaan itu menguat setelah penyidik menemukan sejumlah barang bukti berupa rekaman video kejadian dari kamera pemantau (CCTV) dan kursi yang tergeletak di lantai dasar sekolah. Kursi itu diduga digunakan SR untuk melompat.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sebuah spanduk antiperundungan terbentang di teralis besi yang ada di SD Negeri 06 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2023).
Diyah meminta agar pihak kepolisian tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan. Menurut dia, perlu ada penyelidikan lebih lanjut dengan mengajak sejumlah pihak terkait untuk menguak penyebab SR terjatuh dari lantai empat sekolahnya.
”Kasus ini harus diungkap secara menyeluruh agar ditemukan penyebab sebenarnya sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang lagi,” ucap Diyah.
Bahkan, pada mereka yang kesehatan mentalnya kurang baik bisa saja akan melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali.
Peristiwa bunuh diri anak cenderung meningkat akhir-akhir ini. Tidak hanya di Jakarta, kasus ini juga terjadi di beberapa daerah, seperti Tanah Toraja, Sulawesi Selatan; Kebumen, Jawa Tengah; dan Banyuwangi, Jawa Timur. ”Kecenderungan ini harus menjadi perhatian serius,” ujarnya.
Peran media sosial sangat berpengaruh dalam mendorong seorang anak melakukan tindakan bunuh diri. Dalam beberapa kasus, ada beberapa anak melihat cara-cara bunuh diri di internet sebelum menerapkannya di kehidupan nyata.
”Bahkan, pada mereka yang kesehatan mentalnya kurang baik bisa saja akan melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali,” ujarnya. Kasus seperti ini sangat rentan terjadi pada saat anak beranjak remaja (prapubertas).
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintasi mural bertema hentikan perundungan di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (31/8/2021).
Agar tren ini tidak berulang, perlu peran semua pihak, terutama di pihak keluarga dan juga lingkungan tempat si anak tinggal untuk memberikan dukungan berupa nilai-nilai spiritual dan didikan agar niat untuk bunuh diri tidak tebersit sedikit pun di benak mereka.
”Sebenarnya perundungan pasti akan selalu ada, tinggal bagaimana si anak dapat meresponsnya. Jika ada dukungan dari keluarga dan lingkungan, pasti perundungan itu tidak akan berpengaruh signifikan,” ujar Diyah.
Dalam menghadapi kasus seperti ini, Diyah berharap anak sebagai korban harus mendapatkan perlindungan. Perlindungan itu berupa proses penyelidikan yang cepat dan jangan ada yang ditutup-tutupi. Proses penyelidikan pun perlu disertai dengan pengkajian yang tepat dan terfokus.
Selanjutnya, baik keluarga maupun teman korban yang menyaksikan kejadian tersebut harus mendapatkan pendampingan psiko sosial karena kejadian ini pasti akan memunculkan trauma. Dalam hal ini, peran Puskessos (Pusat Kesehatan Sosial) sangat penting untuk memulihkan kondisi psikologis dari anak yang menyaksikan kejadian tersebut.
”Yang tidak kalah penting adalah bantuan sosial bagi keluarganya,” ucap Diyah.
Agar semua visi tersebut dapat terwujud, menurut Diyah, perlu ada tim khusus yang menangani kasus ini. Tidak hanya berhenti pada penyelidikan, tetapi bisa berlanjut pada pencegahan.
”Karena, sebenarnya niat bunuh diri ini bisa dihentikan dengan perlakuan (treatment) yang benar,” ujar Diyah.
Anak periang
Bibi SR Marwani mengaku kaget dengan peristiwa yang menimpa keponakannya itu. Menurut dia, SR merupakan anak yang sangat periang dan supel.
”Dia sangat disenangi oleh teman-temannya,” ucap Marwani. SR memiliki banyak teman karena memang ia telah belajar di sekolah itu sejak kelas 1 SD.
Bahkan, karena SR akan menjalani ujian akhir, teman-temannya kerap berkunjung ke rumahnya yang jaraknya hanya 100 meter dari sekolah untuk belajar bersama. Marwani mengaku pun tidak tahu apa yang sebenarnya SR alami akhir-akhir ini.
”Ia (SR) tidak pernah cerita (masalahnya) dengan saya, tetapi mungkin cerita dengan ibunya,” kata Marwani. Namun, hingga saat ini kedua orangtuanya masih terpukul dengan kejadian tersebut dan belum mau berbicara kepada media.
Kamis (28/9/2023), di tempat SR terjatuh di SD Negeri 6 Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, masih dipasangi garis polisi. Tangga menuju lokasi kejadian pun ditutup teralis besi.
Di terali besi itu, terbentang spanduk yang berisikan pesan antiberbagai perundungan, seperti perundungan verbal, perundungan fisik, perundungan sosial, perundungan dunia maya, dan perundungan seksual. Tidak ada aktivitas belajar-mengajar di sana karena memang siswa sedang libur.
Tidak boleh ada perundungan kepada murid. Kalaupun ada, kepala sekolah harus bertanggung jawab penuh.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku masih memeriksa perbedaan versi meninggalnya SR. Perbedaan yang dimaksud ialah memastikan korban dirundung atau tidak dan korban terjatuh atau melompat dari lantai 4 gedung sekolah.
”Kami masih memeriksa dan mempelajari kasus ini,” katanya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (27/9). Perundungan jadi salah satu atensi Heru untuk dibereskan.
Dalam pengarahan tertutup kepada pejabat dalam lingkup Dinas Pendidikan DKI Jakarta, pertengahan April 2023 lalu, dia menekankan untuk menjaga kualitas pendidikan dengan banyak turun ke sekolah. ”Tidak boleh ada perundungan kepada murid. Kalaupun ada, kepala sekolah harus bertanggung jawab penuh,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo dalam keterangannya menyebutkan, dari pemeriksaan lokasi kejadian dan keterangan saksi kepada polisi didapatkan informasi bahwa korban sedang bermain di dekat pilar gedung lantai empat bersama teman-temannya. Saat itu, korban terpeleset dan jatuh sehingga merupakan kecelakaan dan bukan aksi bunuh diri atau akibat dari perundungan.
Setelah mendapati korban tergeletak, pihak sekolah membawa siswa ke RSUP Fatmawati. Korban tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk DKI Jakarta, serta KPAI akan mendampingi siswa SD Negeri Petukangan Utara 06 Pagi. Upaya tersebut merupakan langkah preventif untuk pemulihan kesehatan mental siswa.