Misteri Penyebab Kematian Anak Perwira TNI AU yang Tewas Terbakar
Pihak kepolisian belum bisa mengambil kesimpulan penyebab meninggalnya CHR (16) yang tewas terbakar karena masih dalam penyelidikan.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi masih mendalami penyebab kematian CHR (16), anak perwira menengah TNI Angkatan Udara yang ditemukan tewas terbakar di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Berdasarkan hasil otopsi, selain luka bakar, CHR juga mengalami luka akibat senjata tajam.
Minggu (24/9/2023) sekira pukul 19.40, jasad dengan identitas CHR ditemukan meninggal dalam kondisi terbakar di Pos Spion Ujung Landasan 24, RT 006/RW 012, Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur. CHR merupakan anak dari perwira menengah TNI Angkatan Udara.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Leonardus Simarmata, Rabu (27/9/2023), menyatakan telah melakukan serangkaian penyelidikan. Pihaknya bekerja sama dengan Satuan Polisi Militer Lanud Halim Perdanakusuma dan Puslabfor Polri. Namun, belum bisa disimpulkan penyebab meninggalnya korban karena masih dalam penyelidikan dan pendalaman.
Leonardus mengatakan, ada sebilah pisau di dekat jasad CHR saat ditemukan tewas terbakar. Adapun barang bukti lain yang disita berupa satu pasang sandal berwarna biru, satu baju bekas terbakar, satu celana bekas terbakar, satu map bekas terbakar, tiga kantong serpihan atau abu bekas terbakar, serta satu buah tutup botol berwarna merah.
"Kami belum bisa mengidentifikasi terkait dengan pisau. Itu memang sudah ada di sana atau dibawa oleh korban. Kami hanya memastikan senjata tajam yang ditemukan di dekat jasad CHR berjenis pisau dapur yang gagangnya sudah meleleh dan sudah tidak ada pegangannya," ujar Leonardus.
Dari hasil penyelidikan di lokasi kejadian pada Selasa, pihaknya juga menemukan kamera pengawas di lokasi. Sejauh ini, telah ada 18 kamera pengawas sekitar area lokasi meninggalnya korban. Ia belum merinci perihal rekaman kamera pengawas karena penyelidikan masih berlangsung. Selain itu, saat korban ditemukan, tercium bau bensin di lokasi.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Leonardus Simarmata
Sejauh ini ada delapan saksi yang telah diperiksa. Untuk kepentingan penyelidikan, sejumlah barang bukti milik CHR disita. Beberapa barang korban, seperti gawai, komputer personal, tablet, serta laptop, disita untuk dilakukan pemeriksaan secara digital forensik ke Puslabfor Bareskrim Polri.
Leonardus juga mengungkap temuan baru terkait status terakhir yang diduga dituliskan CHR lewat akun gim Roblox. Pihaknya menemukan status korban ”If You See This, I'm Probably Already Dead”di akun gim tersebut. Meskipun begitu, belum diketahui apakah pesan itu ada kaitannya dengan insiden tewasnya CHR.
Leonardus mengatakan tidak akan menyimpulkan dahulu penyebab kematian CHR. Sebab, saat ini penyidik masih mengumpulkan barang bukti untuk proses scientific crime investigation.
”Karena ini tidak bisa dilakukan dengan asumsi atau dugaan. Jadi, nanti akan kami sandingkan hasil penyelidikan kami, hasil temuan fakta, dan bukti yang ada di lapangan,” ujarnya.
Pihaknya akan melakukan klarifikasi terhadap wali kelas korban, guru BK, dan teman sekelas korban. Seorang prajurit TNI juga telah dimintai keterangan guna menguak penyebab kematian CHR. Sementara orangtua korban belum bisa dimintai keterangan karena masih mengalami trauma.
”Sampai saat ini kami belum bisa melakukan pemeriksaan terhadap orangtua korban, terutama kepada ibu korban, karena beliau masih histeris saat kami ajak bicara terkait kematian anaknya,” lanjutnya.
Komandan Satuan Polisi Militer Lanud Halim Perdanakusuma Letnan Kolonel Made Oka Darmayasa menambahkan, lokasi meninggalnya korban di Pos Spion di Ujung Landasan 24 Halim Perdanakusuma, yang merupakan daerah ring 1. Jadi, tidak sembarang orang bisa melewati area tersebut.
”Karena korban masih keluarga TNI, jadi memungkinkan dia untuk lewat situ. Meskipun begitu, kami masih mendalami dan menyelidiki bagaimana korban bisa sampai ke sana,” ujarnya.
Hasil otopsi
Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigadir Jenderal (Pol) Hariyanto mengatakan, dari hasil otopsi jenazah, CHR tewas karena kehabisan darah. Selain luka bakar, CHR juga mengalami luka akibat senjata tajam. Ada enam luka di bagian dada korban.
Ada luka di dada korban, lukanya seperti sayatan atau bacokan. Dia ada pendarahan di rongga perutnya. Lukanya cukup parah hingga darah keluar banyak di rongga perut dan mengenai hati.
Hariyanto mengatakan, proses otopsi dilakukan sejak Selasa (26/9/2023). Diperkirakan CHR sempat mengalami pendarahan yang luar biasa.
”Ada luka di dada korban, lukanya seperti sayatan atau bacokan. Dia ada pendarahan di rongga perutnya. Lukanya cukup parah hingga darah keluar banyak di rongga perut dan mengenai hati,” katanya.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigjen (Pol) Hariyanto
Luka tersebut diduga didapat sebelum tubuh korban terbakar. Dari hasil otopsi, luka bakar yang diderita korban masuk tingkat dua hingga tiga. Artinya, luka itu termasuk luka bakar parah karena merusak jaringan lebih dalam dengan tubuh berwarna hitam pekat. Korban menderita luka bakar 91 persen.
Hariyanto mengatakan, ada tiga kondisi yang membuat CHR kehilangan nyawa, yakni luka pada bagian dada, pendarahan, dan luka bakar sekujur tubuh. Namun, hasil otopsi tidak bisa mengurai lebih lanjut perihal sumber api yang membakar korban karena proses otopsi hanya meneliti kondisi jasad korban.
”Hampir sekujur tubuh korban terbakar, tinggal 9 persen saja yang tidak terbakar. Ada pula jelaga atau arang hasil bakaran suatu benda yang terhirup dan masuk ke rongga pernapasan korban. Artinya, sebelum meninggal, dia sempat menghirup udara bakaran itu,” tuturnya.