Penyembuhan Obesitas Fajri Lebih Sulit dari Aria Permana
Fajri sudah mengalami penurunan kesehatan sebulan terakhir, tim dokter RSCM harus menstabilkan kondisinya dahulu sebelum melakukan tindakan medis. Kasus ini diharapkan membuka kasus obesitas lain yang belum terungkap.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus pasien obesitas, Muhammad Fajri (26), warga Ciledug, Tangerang Selatan, yang memiliki berat badan sekitar 280 kilogram, lebih parah dari kasus sebelumnya, Aria Permana, pada 2016. Sampai saat ini, kondisi Fajri masih belum stabil karena sejak dirujuk sudah dalam kondisi kritis. Tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, terus berupaya memulihkan kondisi Fajri sebelum menentukan tindakan selanjutnya.
Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti mengatakan, saat ini Fajri berada di ruang rawat inap khusus di Gedung A RSCM dengan luas 6x6 meter dengan susunan mirip miniatur ICU. Kasurnya juga dimodifikasi agar muat untuk tubuh Fajri yang kini lebar dan tinggi badannya sekitar 2 meter.
Lies menyatakan, kasus Fajri ini lebih parah dari kasus obesitas ekstrem yang pernah ditangani RSCM sebelumnya, yakni Aria Permana, pada 2016 silam. Saat itu, Aria masih berusia 10 tahun, tetapi memiliki berat badan 192 kg.
”Ini kasus langka yang kedua kali kami tangani, tetapi ini kasus yang lebih berat karena datang sudah dalam kondisi sesak napas dan komplikasinya lebih banyak,” kata Lies dalam jumpa pers di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).
Jangan-jangan masih ada pasien yang tersembunyi. Ini, kan, karena ada yang melaporkan. Dinas-dinas kesehatan juga bisa lebih banyak mengecek di pemda masing-masing ada kasus seperti ini atau tidak.
Lies berharap kasus ini bisa membuka kasus obesitas lainnya di Indonesia yang belum terungkap. Data survei BPS 2021 menunjukkan, aktivitas fisik orang Indonesia hanya 27,14 persen dari total penduduk berusia 5 tahun ke atas.
Jika memperhitungkan data tersebut, ditambah dengan data sebanyak 73,86 persen orang Indonesia yang malas berolahraga, diperkirakan akan ada 34,89 juta orang dengan konsumsi gula berlebih yang berpotensi obesitas.
”Jangan-jangan masih ada pasien yang tersembunyi. Ini, kan, karena ada yang melaporkan. Dinas-dinas kesehatan juga bisa lebih banyak mengecek di pemda masing-masing ada kasus seperti ini atau tidak,” ucapnya.
Ketua Kelompok Staf Medis Anestesiologi dan Perawatan Intensif RSCM Sidharta Kusuma Manggala menjelaskan, sejak dirujuk dari RSUD Kota Tangerang pada 9 Juni 2023, kondisi Fajri sudah kritis. Saat ini, kondisi Fajri masih belum stabil, dia masih memakai selang ventilator karena mengalami gagal napas.
”Kemarin kondisinya sudah cukup berat. Pasien MF ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dalam sebulan terakhir. Dia sudah tidak bisa tidur terlentang yang menandakan ada masalah pada paru-paru dan jantungnya. Jadi, fokus kami sekarang menstabilkan kondisi pasien MF ini, setelah itu baru melakukan tata laksana selanjutnya,” papar Sidharta.
Dari riwayat kesehatan menunjukkan, Fajri pernah mengalami dua kali kecelakaan bermotor, yakni pada tiga tahun lalu dan delapan bulan lalu. Kecelakaan itu membuatnya tidak bisa berjalan yang memaksanya hanya terbaring di kamar saja. Namun, saat itu berat badan Fajri juga sudah mencapai sekitar 150 kg atau gejala awal obesitas.
”Kecelakaan mungkin tidak memengaruhi kondisi hormonalnya, sebelum kecelakaan beratnya juga sudah berlebih. Jadi, mungkin ada aspek lain yang berkontribusi terhadap obesitas sebelum kecelakaan,” tutur Dicky Levenus Tahapary, dokter spesialis penyakit dalam RSCM.
Menurut rencana, Fajri akan mendapatkan penanganan mulai dari pemasangan ventilator, pemantauan ketat tekanan darah, pernapasan, saturasi oksigen, dan laju nadi. Dia juga dipasang alat teropong saluran napas untuk melihat ada yang tersumbat atau tidak untuk menilai saluran napas dan paru-parunya.
Selain itu, hormon insulin, hormon tiroid, dan gula darah akan diperiksa untuk mengetahui kondisi obesitasnya. Tim dokter juga akan memeriksa aliran darah ke kepala oleh dokter saraf untuk menilai ada penurunan suplai darah ke otak atau tidak. Ada pula rencana pemberian obat topikal untuk infeksi di kulit.
Untuk menyembuhkan Fajri, RSCM menurunkan semua dokter terbaiknya menjadi satu tim dokter yang terdiri dari dokter spesialis anestesi dan perawatan intensif, respirologi, endokrin-metabolik, gastroenterologi, kardiologi, ilmu penyakit dalam, bedah digestif, bedah vaskuler, urologi, neurologi, psikiatri, dermatologi venerologi, rehabilitasi medik, gizi klinik, dan tim tenaga kesehatan lainnya.
Lies menyebutkan, pihaknya belum bisa memastikan berapa lama Fajri akan dirawat inap. Diperkirakan, akan berlangsung lebih lama dari kasus Aria Permana. Namun, dia memastikan, semua biaya perawatan ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.