Semua Diawali dengan Kemudahan Berjalan Kaki, Bersepeda, dan Transit
Salah satu penugasan PT MRT adalah pembangunan kawasan berorientasi transit di sejumlah staisun MRT. Pembangunan dimulai dengan penataan kawasan yang memudahkan penumpang berjalan kaki, bersepeda, dan berganti moda.

Suasana di jalur pedestrian kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, saat libur akhir pekan, Sabtu (13/2/2021).
Masih segar dalam ingatan ketika MRT Jakarta tengah mempersiapkan operasi komersialnya pada 2019, satu perubahan yang dilakukan MRT Jakarta adalah memperlebar trotoar kawasan protokol Jalan Sudirman-MH Thamrin yang dimulai pada 2018.
Tentu, dengan dukungan dari Pemprov DKI Jakarta, trotoar di Sudirman atau di sepanjang lintasan fase 1 MRT Jakarta melebar. Dari semula 1,5 meter menjadi 8-10 meter.
MRT Jakarta beralasan, pelebaran dan penataan ulang trotoar itu untuk memudahkan penumpang MRT mengakses stasiun. Juga menjadi cara MRT Jakarta memperkenalkan gaya hidup yang lebih sehat, menggunakan angkutan umum, berjalan kaki atau bersepeda.
Tak lama, di awal 2019, Pemprov DKI Jakarta kembali membuat gebrakan. Terowongan Kendal yang dikenal sebagai area putar balik, menghubungkan Jalan Blora dan Jalan Tanjung Karang atau tepat di bawah jalan layang Sudirman di kawasan Dukuh Atas, ditutup. Penutupan itu menjadikan Terowongan Kendal khusus sebagai area pejalan kaki yang menghubungkan sejumlah angkutan umum di sana.
Baca Juga: Trotoar Sudirman-Thamrin Hampir Rampung
Penataan di kawasan Dukuh Atas juga untuk mendukung kegiatan sejumlah angkutan umum yang menurunkan dan menaikkan penumpang. Pada 2019, titik tersebut menjadi area pelayanan kereta komuter, KA Bandara, dan Transjakarta. Adapun pada Maret 2019, MRT Jakarta mulai beroperasi.
Terowongan yang sebelumnya adalah jalan memutar bagi kendaraan roda empat dan roda dua ditutup. Terowongan Kendal lalu didedikasikan sepenuhnya bagi pejalan kaki, penumpang, dan pesepeda sehingga menjadikan kawasan itu sebagai area transit yang sangat ramai. Orang lalu-lalang dengan mudah untuk berganti berbagai angkutan umum di titik itu.
Tak lama, setelah beroperasi komersial, MRT Jakarta bahkan melengkapi setiap stasiun dengan area parkir sepeda. Penumpang yang bersepeda bisa memarkir dan menyimpan sepedanya di titik-titik parkir di kawasan stasiun.
Kemudahan berjalan kaki dan bersepeda atau berganti moda tanpa kesulitan bergerak untuk mendukung transit itulah yang menjadi satu dari sekian prinsip pengembangan kawasan pembangunan berorientasi transit (KBT) atau transit oriented development (TOD). Konsep pembangunan kawasan sekitar stasiun dirancang oleh PT MRT Jakarta.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F03%2F09%2Fbcc42321-78a1-4678-9907-a851798746d4_jpg.jpg)
Sejumlah pohon di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang ditebang dan dicabut untuk dipindahkan ke sejumlah ruang publik terbuka ramah anak (RPTRA) dan ruang terbuka, Jumat (8/3/2018).
Mengacu pada prinsip pengembangan KBT, menurut Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), ada sejumlah prinsip yang mesti diperhatikan dan dipenuhi manakala satu area hendak dikembangkan sebagai KBT. Setiap kegiatan di area KBT dipermudah dengan disiapkannya fasilitas untuk berjalan kaki dan bersepeda yang saling terhubung. Fasilitas itu memudahkan keperluan transit.
Selanjutnya, pengembangan KBT menjadikan satu kawasan memiliki fungsi campuran, yakni kawasan hunian, perdagangan, perkantoran, dan ruang aktivitas publik ada di satu titik. Tentu saja, pengembangan KBT juga harus memperhatikan aspek kepadatan bangunan dan kekompakan bangunan di sekitar titik yang terdapat layanan transportasi. Pengembangan KBT menjadi pendorong orang menggunakan angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi.
Kepala Departmen Perencanaan dan Pembangunan TOD PT MRT Jakarta (Perseroda) Sagita Devi dalam wawancara, Jumat (24/3/2023), menjelaskan, KBT merupakan konsep rancangan di dunia urban atau di dunia arsitektur. Dengan konsep KBT, area perkotaan dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik.
Baca Juga: MRT Jakarta, Operator Utama TOD Fase
Konsep KBT, dijelaskan Sagita, bukan hanya memikirkan stasiunnya saja, bukan hanya bangunan di samping stasiun saja. Namun, konsep KBT juga memikirkan bagaimana caranya satu kawasan itu menjadi suatu kawasan yang inklusif yang juga memperhatikan akses atau kegiatan di dalam area kawasan itu.
”Manusianya seperti apa, konektivitas yang terjadi di area itu seperti apa, sehingga nantinya terjadi sebuah kawasan yang inklusif, yang seamless connectivity di area tersebut,” kata Sagita.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat dalam Forum Jurnalis Desember 2022 sempat menegaskan, pengembangan KBT dan penataan di sekitar kawasan stasiun MRT tidak lepas dari penugasan Pemprov DKI Jakarta kepada PT MRT Jakarta.
Melalui Perda Nomor 9 Tahun 2018 tentang PT MRT Jakarta (Perseroda), selain mendapat tugas melakukan pembangunan sarana prasarana MRT Jakarta, PT MRT Jakarta juga mendapat mandat untuk melakukan operasional dan pemeliharaan sarana prasarana. PT MRT Jakarta juga mendapat mandat untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan TOD di stasiun dan kawasan sekitarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F31%2Fb342a1c5-6683-4388-8d0f-71adc6bb1f9b_jpg.jpg)
Pekerja dalam pembangunan jembatan penyeberangan multiguna Dukuh Atas di Jakarta Pusat, Senin (31/10/2022).
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan keberlanjutan kawasan.
Untuk mandat ketiga, ada sejumlah titik di fase 1 yang sudah ditetapkan Pemprov DKI Jakarta sebagai kawasan TOD dan dikelola PT MRT Jakarta. Di antaranya Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M-Sisingamangaraja, Istora-Senayan, Dukuh Atas, dan Bundaran HI.
Sagita menambahkan, dari mandat itu, melalui prinsip TOD, MRT Jakarta menerapkan penataan ruang kota melalui perencanaan kawasan di sekitar titik stasiun dalam radius 300-700 meter. Dalam radius itu, MRT Jakarta melakukan perencanaan, mulai dari perencanaan konektivitas, ruang publik, area transit, pedestrian, hingga UMKM.
”Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan keberlanjutan kawasan,” ujarnya.
Sama seperti saat sebelum operasi komersial empat tahun lalu, pada proyek pengembangan KBT selanjutnya, sejumlah proyek infrastruktur yang dikerjakan didominasi penataan kawasan terkait dengan peningkatan konektivitas dan kemudahan aksesibilitas, juga penataan ruang publik dan ruang terbuka hijau. Selain juga ada pembangunan penyediaan hunian terjangkau.
Baca Juga: Serambi Temu Dukuh Atas, Calon Wajah Baru Dukuh Atas
Sebutlah pembangunan transit plaza di depan Poins Square, Simpang Temu Lebak Bulus, Park and Ride Lebak Bulus, Plaza Transit Mahakam, Simpang Temu Dukuh Atas, Pedestrianisasi Blora-Kendal, Pelebaran Jalan Pati-Juana, hingga pembangunan Pedestrian Tunnel Thamrin Nine dan Pedestrian Tunnel Menara Mandiri.
”Total ada empat infrastruktur yang sudah beroperasi, ada 11 infrastruktur yang berjalan. Biaya investasi proyek-proyek yang berjalan selama 2022 tidak hanya berasal dari dana koefisien lantai bangunan (KLB), tetapi juga dari investasi, baik oleh MRT Jakarta maupun kerja sama dengan pihak ketiga, nilai totalnya mencapai Rp 1,5 triliun,” kata Sagita.

Kereta melintas di samping jembatan layang penyeberangan orang simpang temu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022).
Tuhiyat menjelaskan, dari proyek-proyek TOD yang merupakan pembangunan kawasan di sekitar stasiun MRT, diharapkan bukan hanya koneksi antarmoda yang mudah, melainkan juga mendukung peningkatan jumlah penumpang atau ridership melalui transit yang tanpa hambatan atau seamless. ”Untuk yang di lintasan fase 1, penumpang transit sekarang sudah tanpa hambatan,” katanya.