Tenda Diterjang Banjir, Pengungsi Butuh Perlengkapan Rumah Tangga
Beberapa pengungsi gempa Cianjur terdampak banjir yang terjadi pada Senin (20/3/2023). Tenda mereka terhanyut. Barang berharga dan perlengkapan rumah tangga turut terseret arus.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Penyintas gempa Cianjur, Lili Sadeli (66), mengambil kayu dari rumahnya yang ambruk di Kampung Rawacina RT 002 RW 015, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur. Tak jauh dari rumahnya, Lili mendirikan tenda yang kemudian terseret banjir pada Senin (20/3/2023)
CIANJUR, KOMPAS — Tenda pengungsi gempa Cianjur, Jawa Barat, yang berada di sejumlah wilayah, hanyut diterjang banjir, Senin (20/3/2023). Selain kehilangan tempat berteduh, pengungsi juga kehilangan barang berharga dan perlengkapan rumah tangga. Mereka membutuhkan bantuan perlengkapan rumah tangga, seperti alat memasak dan perlengkapan tidur, untuk menjalani kehidupan di pengungsian.
Menurut data BPBD Jawa Barat, bencana hidrometeorologi berupa banjir dan banjir bandang itu melanda 16 desa dan 6 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Beberapa lokasi yang terdampak banjir ditempati oleh pengungsi gempa Cianjur.
Pengungsi gempa di Kampung Gununglanjung Rukun Tetangga (RT) 002 Rukun Warga (RW) 007 Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, contohnya. Sebagian dari mereka terpaksa menumpang di tenda atau rumah keluarga di kampung lain.
Di kampung tersebut terdapat puluhan tenda terdampak banjir. Sebanyak lima tenda terseret arus, puluhan sisanya terendam banjir.
Ketua RW 007 Desa Cijedil Deden Ahsan Maulana mengutarakan, hujan deras dengan intensitas tinggi membuat Sungai Cibalagung yang dekat pengungsian meluap. Luapan air tersebut setinggi 2 meter.
Salah satu warga terdampak yang juga Ketua RT 002 RW 007, Yudhi, kehilangan uang Rp 3,8 juta karena banjir. Barang-barang yang ada di dalam tenda, mulai pakaian, perhiasan, hingga peralatan rumah tangga, turut terbawa aliran air. Akibatnya, Yudhi dan keluarga terpaksa menginap di tenda yang berada di kampung lain.
”Pakaian yang tersisa cuma yang dipakai di badan. Semua barang yang ada di tenda ikut hanyut,” tutur Yudhi, yang tendanya tepat di samping sungai, Kamis (23/3/2023).
Hunian sementara yang rusak di Kampung Rawacina RT 002 RW 015, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, akibat terkena banjir pada Senin (20/3/2023).
Saat banjir, Yudhi sebenarnya baru saja serah terima hunian sementara (huntara) dari donatur. Namun, huntara itu rusak di bagian pintu dan jendela akibat ikut diterjang arus sungai. Yudhi juga tak mau tinggal di huntara karena takut banjir kembali terjadi.
Untuk itu, kata Yudhi, para pengungsi membutuhkan perlengkapan rumah tangga, terutama perlengkapan tidur dan alat masak, guna memulai hidup lagi di tenda.
Perlengkapan sekolah
Hal serupa disampaikan Dede Ramlan (40). Menurut Dede, penyediaan perlengkapan rumah tangga merupakan solusi terdekat bagi para pengungsi yang terdampak banjir. Selain perlengkapan rumah tangga, peralatan sekolah dan perlengkapan kebersihan diri juga mendesak. Pada Kamis siang, Dede tampak memilah-milah pakaian dan barang yang sudah terendam banjir. Hanya beberapa yang dapat diselamatkannya.
”Untuk makanan, insya Allah cukup. Yang mendesak perlengkapan seperti untuk alas tidur, pakaian ganti, dan seragam sekolah anak. Kalaupun tidak terbawa banjir, ya sudah terendam air dan terkena,” tutur Dede.
Selain di Kampung Gununglanjung, banjir juga melanda Kampung Rawacina RT 002 RW 015, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur. Dua tenda terseret banjir. Warga yang tendanya terbawa arus, Lili Sadeli (66), mengatakan kehilangan uang total Rp 100 juta.
Sebanyak Rp 30 juta merupakan uang miliknya, sisanya titipan sang kakak. Uang itu terbungkus tas hitam yang disimpan di bawah kasur di dalam tenda. Selain uang, persediaan makanan, pakaian, serta perlengkapan rumah tangga turut terseret banjir.
Perlengkapan rumah tangga yang terendam banjir di Kampung Gununglanjung RT 002 RW 007 Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Senin (20/3/2023).
”Waktu hujan deras, air di sungai meluap. Saya berhasil menyelamatkan diri, tetapi tenda saya terbawa hanyut arus air yang deras,” kata Lili yang tendanya membelakangi sungai.
Beruntung, kata Lili, hunian tetap (huntap) bagi warga yang direlokasi sudah bisa diisi pada Rabu (22/3/2023). Lili hanya merasakan dua malam tidur di tenda lain sebelum akhirnya pindah ke huntap yang berdiri di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku.
Namun, tak semua pengungsi yang tendanya hanyut merupakan warga yang diwajibkan untuk relokasi. Relokasi hanya berlaku bagi warga yang tinggal di wilayah yang dilintasi garis Patahan Cugenang. Patahan tersebut memicu pergeseran baru dan mengakibatkan gempa bermagnitudo 5,6 di Cianjur pada 21 November 2022.
Wilayah yang dilintasi garis patahan tersebut adalah enam desa di Kecamatan Cugenang, yakni Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Lalu, dua desa di Kecamatan Pacet, yaitu Desa Ciherang dan Desa Ciputri. Selain itu, satu desa lagi di ujung patahan, yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.
Penyintas gempa Cianjur, Dede Ramlan (40), memilah pakaian yang terendam banjir Kampung Gununglanjung RT 002 RW 007 Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kamis (23/3/2023).
Adapun terkait penyebab maupun penanganan banjir, Pelaksana Tugas BPBD Kabupaten Cianjur Dindin Amaludin belum merespons ketika dihubungi Kompas. Namun, dalam keterangan resmi BPBD Provinsi Jawa Barat disebutkan, banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi.
Selain tenda, sebanyak enam unit huntara juga terbawa arus. Banjir juga mengakibatkan 52 rumah dan satu tempat ibadah terdampak. Jembatan penghubung Jukut Siil dan Babakan Hilir di Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, rusak berat.
Untuk penanganan, BPBD Jawa Barat berkoordinasi dengan BPBD Cianjur dan masyarakat terdampak. BPBD Cianjur juga melaksanakan asesmen ke lokasi kejadian.