69.000 Penyintas Gempa Cianjur Masih Bertahan di Pengungsian
Sebanyak 69.633 pengungsi yang tersebar di 9 kecamatan dan 54 desa itu masih bertahan di tenda karena belum direlokasi atau belum membangun hunian lagi.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Para penyintas gempa Cianjur berdiri di depan tenda pengungsian di Kampung Kawunggading, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Kamis (23/3/2023).
CIANJUR, KOMPAS — Empat bulan sejak gempa melanda Cianjur, Jawa Barat, 21 November 2022, sebanyak 69.633 penyintas lindu masih bertahan di pengungsian. Mereka belum memiliki rumah untuk ditinggali, baik karena belum direlokasi maupun belum membangun hunian lagi.
Tim Penanganan Bencana Gempa Bumi Cianjur mencatat, sebanyak 69.633 pengungsi itu tersebar di 9 kecamatan dan 54 desa.
Imas Masitoh (63) menjadi salah satu warga yang masih mengungsi sejak gempa bermagnitudo 5,6 memorakporandakan rumahnya. Warga Kampung Kawunggading, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, ini belum membangun rumahnya lagi.
Pada Kamis (23/3/2023) sore, Imas berada di tenda yang dibangun di bekas kolam ikan. Di dalam tenda berukuran 10 meter dan 5 meter, Imas tinggal bersama suami, dua anak, serta dua cucunya. Tenda tersebut berdiri bersama 19 tenda lain.
”Saya belum dapat bantuan dari pemerintah untuk bangun rumah. Makanya masih bertahan di sini. Tapi, sudah terdata dan kategori kerusakannya sudah ditentukan,” kata Imas.
Tenda pengungsian di Kampung Kawunggading, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Kamis (23/3/2023).
Hal serupa disampaikan Dede Nonih (50) yang juga berasal dari Kampung Kawunggading. Ia sangat berharap bantuan segera tersalurkan lantaran ingin segera membangun rumah kembali.
Bantuan yang dimaksud Imas dan Dede ialah bantuan perbaikan rumah. Bantuan dari pemerintah itu diberikan dalam tiga tahap untuk tiga kategori kerusakan. Untuk rusak berat, warga mendapat bantuan uang tunai Rp 60 juta, level rusak sedang sebanyak Rp 30 juta, dan rusak ringan sejumlah Rp 10 juta.
Juru bicara Tim Penanganan Bencana Gempa Bumi Cianjur, Budi Rahayu Toyib, mengakui penyaluran dana bantuan tersebut belum 100 persen. Dana yang tersalurkan pada tahap I, II, dan III baru sebanyak Rp 1,9 triliun. Terbaru, dana tahap III tersalurkan pada 14 Maret 2023 sebanyak Rp 1,2 triliun untuk 42.418 rumah.
”Baik tahap pertama maupun kedua masih ada yang belum tersalurkan. Kendalanya, antara lain, pengajuan berkas belum lengkap, pencairan masih terpusat di kantor cabang bank, dan ada yang mengajukan keberatan,“ ucap Budi.
REBIYYAH SALASAH
Imas Masitoh (63), penyintas gempa Cianjur, duduk di depan tenda pengungsian di Kampung Kawunggading, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Kamis (23/3/2023).
Walakin, Budi memastikan, Pemerintah Kabupaten Cianjur akan menangani kendala-kendala tersebut.
Begitu pula dengan kebutuhan dasar pengungsi, pemerintah akan memenuhinya hingga seluruh pembangunan rumah selesai.
Selain penyaluran bantuan, pemerintah juga merelokasi warga yang terdampak. Relokasi hanya berlaku bagi warga yang tinggal di wilayah yang dilintasi garis Patahan Cugenang. Patahan tersebut memicu pergeseran baru dan mengakibatkan gempa di Cianjur.
Wilayah yang dilintasi garis patahan tersebut adalah enam desa di Kecamatan Cugenang, yakni Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Lalu, dua desa di Kecamatan Pacet, yaitu Desa Ciherang dan Desa Ciputri. Selain itu, satu desa lagi di ujung patahan, yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.
Relokasi berupa rumah tahan gempa yang dibangun dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, dan Desa Mulyasari, Kecamatan Mande.
”Relokasi tahap pertama di Desa Sirnagalih telah dilakukan. Warga telah mendapatkan kunci rumah untuk mengisi 200 unit di sana,” ujar Budi.