Rawan Bencana, Longsor di Bogor Bagian Selatan Telan Dua Korban Jiwa
Potensi bencana tidak hanya karena faktor cuaca, tetapi juga dampak dari pembangunan. Kabupaten Bogor bagian selatan, seperti Megamendung, Cisarua, dan Ciawi, masuk dalam peta bencana rawan longsor.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BPBD KABUPATEN BOGOR
Hujan deras berintensitas tinggi mengakibatkan longsor di kawasan obyek wisata air terjun Curug Cilember, Kampung Curug, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (21/3/2023). Dalam peristiwa longsor itu dua pedagang yang sedang berteduh dari hujan deras menjadi korban.
BOGOR, KOMPAS — Dua warga menjadi korban longsor di Kampung Curug, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kabupaten Bogor bagian selatan atau kawasan Puncak Bogor-Cianjur dan sekitarnya masuk peta rawan bencana sehingga warga diimbau waspada.
Hujan deras menyebabkan tebing yang mengelilingi lokasi parkir di wisata air terjun Curug Cilember longsor, Senin (20/3/2023) sekitar pukul 12.30. Dua pedagang, Bustomi (32) dan Pipih (30), yang saat itu sedang berteduh dari hujan deras tertimbun longsoran tebing setinggi 8 meter dan lebar 1,5 meter itu. Selain dua korban jiwa, satu warung juga rusak akibat longsor.
”Dua korban kakak-adik yang meninggal berdagang di kawasan wisata air terjun sedang berteduh dan terjadi longsor,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Aris Nurjatmiko, Selasa (21/3/2023).
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor Agus Suyatna menuturkan, pihaknya selalu dan berkala memutakhirkan data terkait daerah rawan bencana. Terlebih karena cuaca ekstrem masih sering terjadi. BPBD juga mengimbau warga agar menjauhi tebing dan pohon jika hujan deras karena hal itu berisiko dan membahayakan.
BPBD KABUPATEN BOGOR
Hujan deras berintensitas tinggi mengakibatkan longsor di kawasan obyek wisata air terjun Curug Cilember, Kampung Curug, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (21/3/2023). Dalam peristiwa longsor itu dua pedagang yang sedang berteduh dari hujan deras menjadi korban.
Berdasarkan peta bencana terbaru, dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor, sebanyak 24 kecamatan masuk kawasan rawan bencana banjir, tanah longsor, tanah bergerak, hingga angin puting beliung.
Dari total 24 kecamatan itu, sejumlah kecamatan di kawasan Puncak Bogor-Cianjur dan sekitarnya atau Kabupaten Bogor bagian selatan masuk rawan bencana.
Potensi bencana tidak hanya karena faktor cuaca, tetapi juga dampak dari pembangunan. Adapun wilayah rawan bencana di bagian selatan Kabupaten Bogor itu, antara lain, meliputi Kecamatan Cisarua, Megamendung, Ciawi, Caringin, Cigombong, Cijeruk, dan Tamansari.
”Kawasan itu geografisnya banyak tebing dan perbukitan. Bagian selatan Kabupaten Bogor, seperti Kecamatan Cisarua, Megamendung, dan Ciawi, masuk titik rawan bencana. Pembangunan juga faktor terjadinya bencana,” ujar Agus.
Agus melanjutkan, sejumlah upaya telah dilakukan untuk meminimalkan bencana, seperti perbaikan drainase dan penanaman pohon berakar kuat serta rumput vetiver.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Proses evakuasi jenazah Azzam (5) yang ditemukan tertimbun longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Pencarian empat korban yang tertimbun longsor dilanjutkan pada hari kedua pencarian. Dalam pencarian korban ini petugas SAR gabungan berhasil menemukan dua jenazah korban yang tertimbun, yakni Cucum (50) dan Azzam.
Relokasi
Belum lama ini, Kota Bogor juga dilanda bencana longsor. Peristiwa yang terjadi di Kampung Sirna Sari, Empang, Bogor Selatan, pada Selasa (14/3/2023) sekitar pukul 23.30 itu menyebabkan 17 orang tertimbun, 11 di antaranya selamat dan 6 lainnya tewas.
Longsor dan tanah ambles yang dipicu hujan deras itu juga berdampak pada 18 keluarga atau 80 jiwa di Kampung Sirna Sari. Selain itu, longsor juga mengakibatkan lajur jalur ganda kereta api Bogor-Sukabumi Km 2+6/7 terdampak longsor sepanjang 25 meter.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto mengatakan, pihaknya sudah berdiskusi dengan Pemkot Bogor terkait solusi jangka menengah dan panjang. Masyarakat yang tinggal di daerah tak layak huni dan rawan bencana longsor akan direlokasi. Hal ini sekaligus sebagai langkah mitigasi bencana.
”Untuk sementara, ada 18 keluarga di situ dan beberapa kepala keluarga di tempat longsor sebelumnya belum direlokasi. Ini pun akan direlokasi di Pamoyanan (Bogor Selatan),” kata Suharyanto.
Menurut Suharyanto, lokasi relokasi masih dalam proses perencanaan dan persiapan. Ketika tanah sudah siap, BNPB akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun rumah relokasi bagi setiap keluarga.
AGUIDO ADRI
Hingga Kamis (16/3/2023) pukul 21.00, tim SAR dibantu alat berat kembali melanjutkan pencarian dua korban longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor. Sebelumnya pada Kamis sore petugas menemukan dua korban.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, Pemkot Bogor menetapkan tanggap darurat selama dua minggu. Untuk penanganan tanggap darurat itu, Pemkot Bogor sudah mendata dan langsung mengirimkan bantuan kepada warga terdampak. Adapun terkait proses evakuasi warga akan disiapkan hunian di Rusunawa Cibuluh dan Menteng.
Sementara terkait relokasi, selain di Pamoyanan, Pemkot Bogor juga menyiapkan alternatif di Ciawi dan Ciomas.
Tiga lokasi alternatif itu tidak hanya disiapkan untuk warga terdampak longsor di Kampung Sirna Sari, tetapi juga warga lain yang termasuk ke dalam wilayah zona hitam rawan bencana.
Dalam peristiwa longsor itu, hanya lima rumah di Kampung Sirna Sari yang terdampak longsor. Namun, keseluruhan wilayah kampung itu berada di dalam zona hitam bencana sehingga warga perlu direlokasi.
”Wilayah itu posisi zona hitam. Jadi, jangan mengambil risiko untuk tinggal di tempat-tempat yang membahayakan. Itu intinya. Jadi, edukasi ke warga juga terkait wilayah rawan bencana dan tidak mendirikan rumah,” lanjutnya.