Seusai banjir, Pemkab Bekasi sedang menyusun rencana induk sistem drainase pengendalian banjir. Upaya perbaikan drainase di Bekasi bakal dilakukan dengan beragam skema.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Bencana banjir yang melanda Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, lebih dari sepekan berdampak kepada 37.665 keluarga dan mengakibatkan ratusan rumah hingga fasilitas pendidikan rusak. Upaya meminimalkan banjir di wilayah tersebut mulai dilakukan dengan menyusun rencana induk pengendalian banjir.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi pada Senin (13/3/2023), bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bekasi lebih dari satu pekan itu berdampak terhadap 135.203 jiwa atau 37.665 keluarga. Banjir juga mengakibatkan 380 rumah warga rusak ringan, sedang, dan berat.
Banjir di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Karawang itu turut merusak ratusan fasilitas publik yang ada di sana. Ada 134 fasilitas pendidikan, 46 fasilitas kesehatan, serta 31 infrastruktur yang rusak ringan, sedang, dan berat. Banjir juga turut berdampak pada 1.364 hektar lahan perikanan dan 5.757 hektar lahan pertanian di wilayah tersebut.
Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, seusai berakhirnya tanggap darurat bencana hidrometeorologi pada 12 Maret 2023, Pemkab Bekasi mulai melaksanakan pemulihan darurat. Pemulihan itu antara lain membenahi saluran air yang terputus, membersihkan saluran bersampah, serta pembersihan perumahan dan fasilitas publik.
”Kemudian, terkait rumah yang rusak berat, warga sudah tak punya pilihan lain, kami ajukan perbaikan dari anggaran belanja tak terduga. Kami pakai skema bantuan sosial tidak terencana. Ini sedang kami verifikasi,” kata Dani saat dihubungi dari Jakarta, Senin malam.
Dani menambahkan, untuk perumahan warga yang rusak dan pembangunannya masih bisa ditunda, Pemkab Bekasi akan mengajukan usulan perbaikan melalui APBD Perubahan 2023 atau APBD 2024. Sementara itu, terkait kerusakan lahan pertanian dan perikanan, pemerintah daerah sudah mulai mendistribusikan benih dan pupuk cair.
”Namun, kami juga sudah diberikan peringatan dari BMKG bahwa kemarau di Bekasi sudah akan dimulai April 2023. Jadi, kalau untuk penanaman kembali di persawahan, sudah tak direkomendasikan,” tutur Dani.
Pemerintah Kabupaten Bekasi, kata Dani, seusai banjir yang terjadi selama lebih dari sepekan itu, sedang menyusun rencana induk atau masterplan sistem drainase pengendalian banjir. Upaya perbaikan drainase di Kabupaten Bekasi juga bakal dilakukan dengan beragam skema atau tidak terpaku pada pembangunan drainase horizontal.
”Pembangunan drainase konvensional tentu butuh banyak biaya dan waktu. Oleh karena itu, kami sedang menyusun strategi pembangunan drainase vertikal atau sumur resapan,” katanya.
Kajian untuk pembangunan sumur resapan dilakukan dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB). Kajian tersebut bakal dilakukan secara cepat dan hasil kajian itu bakal mulai dikerjakan pemerintah daerah saat penetapan APBD Perubahan 2023.
Harapan dari Cibeet
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyebut, pemerintah pusat juga sedang mempersiapkan sejumlah infrastruktur untuk menahan laju air dari hulu agar meminimalkan dampak banjir di hilir, yakni Bekasi dan Karawang. Pembangunan infrastruktur dimaksud antara lain adalah pembangunan Bendungan Cibeet di lahan seluas 1.700 hektar dan Bendungan Cijuray seluas 203 hektar di Kabupaten Bogor.
”Untuk hilir, kami mulai membangun Bendungan Cibeet dan Cijuray. Ini untuk mengamankan banjir di Karawang dan Bekasi yang jadi hilirnya. Selain itu, kami juga menyiapkan tanggul hingga upaya normalisasi aliran sungai di kawasan hilir,” papar Basuki (Kompas, 6/3/2023).
Menanggapi pembangunan infrastruktur itu, Dani mengatakan, rencana pembangunan Bendungan Cibeet sudah lama Pemkab Bekasi. Kehadiran bendungan itu dinantikan warga Kabupaten Bekasi karena bakal mereduksi banjir dari Sungai Cibeet.
”Sungai Cibeet ini ketika hujan volumenya jauh meningkat dan tidak ada pengendali atau bendungan. Kalau Sungai Citarum dan Ciliwung, kan, sudah ada pengendalinya,” ujar Dani.
Dari indentifikasi Pemkab Bekasi, luapan Cibeet tak hanya berdampak kepada warga Bekasi yang tinggal di bantaran sungai tersebut. Sebab, Sungai Cibeet juga bermuara di Citarum.
”Cibeet ini mengisi Citarum. Jadi, walaupun Citarum sudah terkendali di hulu dan tengah, ketika hulu Cibeet hujan besar, akan tumpah ke Citarum. Akibatnya, Citarum meluap ke wilayah Bekasi dan Karawang,” kata Dani.