Kondisi Kampung Bekasi Bulak letaknya lebih rendah dari kawasan sekitar. Kawasan itu dikelilingi Pasar Baru Bekasi, Jalan Ir Juanda, dan Kompleks Pertokoan Mitra Bekasi.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Dua tahun sudah warga Kampung Bekasi Bulak, Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, hidup bersama banjir. Ada yang masih bertahan, sebagian warga memilih pergi setelah banjir tak kunjung surut.
Rabu (8/3/2023) siang, sebagian perabotan rumah tangga milik Holifah (38), seperti sofa, kursi kayu, tempat tidur, dan lemari, tidak digunakan dan teronggok di tepi jalan depan rumah. Perabotan-perabotan itu rusak dan tak lagi bisa difungsikan akibat terendam banjir pada akhir Februari lalu.
”Selama tiga tahun terakhir sering buang perabotan seperti ini. Sekali banjir, barang-barang yang saya buang bisa sampai puluhan juta (rupiah),” kata Holifah di Kampung Bekasi Bulak.
Banjir di kawasan Kampung Bekasi Bulak rutin terjadi bertahun-tahun. Namun, selama dua tahun terakhir, air yang mampir di tempat itu tak lagi menemukan jalan. Banjir pun bertahan di sana selama berhari-hari.
Tembok bercat putih rumah mewah Lifah yang baru dibangun lima tahun lalu pun mulai terkelupas. Pintu-pintu kamar tidur milik keluarga itu rusak dan tak bisa ditutup.
”Saya mengungsi, mengontrak di depan. Itu ada ruko, saya kontrak untuk tidur. Sudah dua minggu kami tidur di kontrakan,” kata warga RT 006 RW 001, Kelurahan Duren Jaya, itu.
Banjir Kampung Bekasi Bulak pada Rabu siang merendam permukiman warga di dua wilayah RT, yakni RT 006 dan RT 002. Di wilayah RT 006, meski akses ke perumahan mereka masih terendam banjir setinggi sekitar 10 sentimeter, warga setempat masih bertahan dan beraktivitas di rumah masing-masing.
Teguh, Ketua RT 006 RW 001, misalnya, Rabu siang, memilih duduk di salah satu warung kopi yang berjarak 50 meter dari rumahnya. Halaman depan rumah, yang dulu kala sering dia gunakan untuk beristirahat saat mentari terik, tak lagi nyaman.
Jalanan hingga beranda rumahnya masih terendam banjir setinggi belasan sentimeter. Air yang menggenangi kompleks itu tak surut sejak Desember 2022.
”Kaki saya luka semua, gatal-gatal. Anak-anak juga sama, ada yang sakit diare sampai demam,” kata lelaki yang setiap dini hari berdagang sayur di kawasan Pasar Baru Bekasi itu.
Menurut Teguh, saat wilayahnya dilanda hujan deras, banjir yang merendam jalanan hingga beranda rumah bakal masuk hingga ke rumah. Air di dalam rumah kerap naik hingga setinggi lutut orang dewasa.
Teguh, yang tak punya penghasilan lebih untuk mengungsi atau menyewa kontrakan, bersama keluarganya kerap tidur berteman banjir. Mereka terpaksa beristirahat dengan kondisi kolong tempat tidur tergenang air.
Ditinggal warga
Menurut Teguh, jumlah warga yang tinggal di Kampung Bekasi Bulak, baik itu RT 002 dan RW 006, sebanyak 30 keluarga. Dari jumlah tersebut, rumah warga yang terendam banjir ada 25 keluarga.
”Di sini banyak juga rumah-rumah kontrakan. Sudah pada hancur dan roboh,” kata Teguh.
Sebagian warga yang tinggal di wilayah itu pun sudah meninggalkan rumah mereka dan hidup mengontrak di tempat lain. Di wilayah RT 002, misalnya, rumah-rumah warga tak lagi berpenghuni.
Perumahan-perumahan yang sudah rusak itu pada Rabu siang masih terendam banjir. Ketinggian air di perumahan itu mencapai sekitar 30 sentimeter.
Menurut Yanto (42), salah satu warga, air yang merendam permukiman warga di wilayah RT 002 sudah bertahan dua tahun. Upaya penyedotan menggunakan mesin pompa air secara mandiri ataupun bantuan dari pihak kecamatan pun tak berhasil.
”Tempat ini karena cekung memang biasa banjir. Namun, paling lama satu hari satu malam surut. Ini, asli, dua tahun, ya, dua tahun, tidak surut,” kata Yanto.
Kondisi Kampung Bekasi Bulak letaknya lebih rendah dari kawasan sekitar. Kawasan itu dikelilingi Pasar Baru Bekasi, Jalan Ir Juanda, dan Kompleks Pertokoan Mitra Bekasi.
Kawasan itu, sekilas tak terlihat karena letaknya sangat rendah. Kondisi permukiman yang cekung itu turut berkontribusi memperparah genangan air.
Kami mencoba cari sodetan dan kajian yang lebih mendalam lagi, bagaimana solusi terbaik. Kami akan membuat sumur resapan 40 meter ke bawah sehingga airnya bisa meresap.
Menurut Bahrudin, salah satu tokoh masyarakat Kampung Bekasi Bulak, drainase yang buruk di Jalan Ir Juanda, tepatnya di sekitar Pasar Baru Bekasi dan Terminal Bus Bekasi, mengakibatkan air meluap ke jalanan dan mengalir ke kampung mereka saat terjadi hujan. Air pembuangan juga kerap datang dari area pasar.
Air yang masuk ke kawasan permukiman itu biasanya bakal mengalir melewati gorong-gorong yang ada di dekat kawasan pertokoan Mitra Bekasi menuju ke sungai. Sayangnya, selama dua tahun terakhir, gorong-gorong itu tak lagi berfungsi maksimal.
”Gorong-gorong itu dibangun sejak 1980-an. Pada 2022, Pemerintah Kota Bekasi membangun sodetan baru, tetapi sampai hari ini kampung kami masih tergenang banjir,” ucap Bahrudin.
Kajian komperehensif
Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi sedang mengkaji secara komprehensif persoalan banjir di kampung yang dikenal dengan sebutan Gang Cue itu. Pemerintah daerah awalnya mengira banjir yang merendam permukiman warga itu terjadi karena ada saluran air yang tersumbat.
”Kami dorong pematusan atau membersihkan selokan. Ternyata tidak selesai,” kata Tri saat ditemui pada pekan lalu.
Pemerintah kota kemudian mencari cara lain dengan menambah mesin pompa air. Namun, dua mesin penyedot air yang dikerahkan pun tak berhasil.
Langkah lain yang bakal dilakukan untuk mengatasi masalah banjir di sana adalah dengan membangun sumur resapan. Sumur resapan yang dibangun direncanakan memiliki kedalaman hingga 40 meter.
”Kami mencoba cari sodetan dan kajian yang lebih mendalam lagi, bagaimana solusi terbaik. Kami akan membuat sumur resapan 40 meter ke bawah sehingga airnya bisa meresap,” ucap Tri.
Di tengah keterbatasan ekonomi dan ketiadaan pilihan, warga masih harus lebih bersabar, hidup mengakrabi genangan banjir, sampai upaya pemerintah itu membuahkan hasil.