Pemkab Bekasi Gelontorkan Rp 2,5 Miliar untuk Tangani Banjir
Pemerintah Kabupaten Bekasi masih menghitung nilai kerugian yang timbul akibat banjir yang terjadi lebih dari sepekan.
Oleh
STEFANUS ATO
·2 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengucurkan anggaran Rp 2,5 miliar untuk penanganan banjir Bekasi. Sejumlah wilayah yang terdampak banjir sejak 24 Februari 2023 itu pun mulai berangsur surut.
Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, pemerintah daerah telah mengucurkan anggaran Rp 2,5 miliar. Dana itu berasal dari anggaran belanja tidak terduga APBD Kabupaten Bekasi.
”Anggaran Rp 1 miliar kami gunakan untuk biaya operasional, seperti jasa angkut barang, perawatan, evakuasi, pembelian karung, beronjong, pompa, dan solar. Sementara selebihnya kami gunakan untuk keperluan logistik korban terdampak banjir,” kata Dani, Senin (6/3/2023), di Bekasi.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, hingga Minggu (5/3/2023) pukul 16.00, jumlah kecamatan yang terdampak bencana tersisa 9 kecamatan. Adapun jumlah warga yang terdampak banjir 19.648 jiwa atau 7.635 keluarga.
Kerugian yang timbul akibat bencana itu, yakni 6 rumah warga rusak dan 8.560 hektar sawah terdampak banjir. Banjir yang terjadi sejak 24 Februari itu pun mengakibatkan 120 sekolah sempat terendam banjir.
Dani mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bekasi saat ini masih menghitung nilai kerugian yang timbul akibat banjir yang terjadi lebih dari sepekan. Sejauh ini, kerugian yang telah terdata berasal dari sektor perikanan.
”Benih tambak yang tersapu banjir kami taksir kerugiannya mencapai Rp 1,1 miliar. Kami sudah minta para petani untuk menunda penanaman benih,” katanya.
Pendangkalan Muara Nawan
Secara terpisah, Camat Muara Gembong Lukman Hakim mengatakan, banjir di Kecamatan Muara Gembong sudah 12 hari merendam permukiman warga di tiga desa. Desa yang masih terendam banjir dengan ketinggian air 30 sentimeter sampai 50 cm itu, antara lain, Desa Jayasakti, Pantai Harapanjaya, dan Pantai Mekar.
”Banjir di tiga desa itu bukan hanya akibat meluapnya Kali Ciherang. Lebih dari itu, telah terjadi pendangkalan sejak puluhan tahun di Muara Nawan,” kata Lukman.
Muara Nawan merupakan pertemuan Sungai Ciherang dan sungai lainnya di Teluk Jakarta. Muara Nawan merupakan tempat keluarnya air dari Kali Ciherang dan sejumlah sungai lain sebelum menuju ke laut lepas.
”Memang sekarang sudah mulai surut, tapi kurang signifikan akibat pendangkalan di Muara Nawan. Itu juga menjadi alasan kenapa wilayah kami jadi langganan banjir di setiap tahun,” katanya.