Setelah ditemukan ada dua monyet mati di kandang, Bogor Mini Zoo diduga memelihara beberapa hewan dilindungi tanpa izin. Penggunaan istilah kebun binatang tanpa izin konservasi pun jadi perhatian.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR DOKUMENTASI BIMA ARYA
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meninjau Bogor Mini Zoo di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/12/2022).
BOGOR, KOMPAS — Bogor Mini Zoo menutup kegiatan operasionalnya atas perintah Pemerintah Kota Bogor. Tempat itu diinvestigasi karena memelihara beberapa hewan dilindungi tanpa izin. Penggunaan istilah kebun binatang tanpa izin konservasi pun jadi perhatian.
Roy Wahyudi, Direktur Bogor Green Forest Hotel, saat dihubungi pada Minggu (18/12/2022), mengatakan, Bogor Mini Zoo di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, tutup sementara. Bogor Mini Zoo menjadi salah satu fasilitas yang ada di lingkungan Bogor Green Forest Hotel meski berbeda manajemen. ”Kebun binatang” mini itu eksis sejak 2018.
”Iya masih ditutup sementara,” ujarnya singkat.
Bogor Mini Zoo belakangan viral di berbagai akun media sosial karena adanya temuan dua monyet ekor panjang yang sudah menjadi bangkai di dalam kandang seluas sekitar 5 meter kubik. Akun Instagram Doni Herdaru, Ketua Animal Defender Indonesia (ADI), misalnya, memublikasikan video temuan itu pada Kamis (15/12/2022).
TANGKAPAN LAYAR INSTAGRAM BIMA ARYA
Dua bangkai bayi monyet ekor panjang di Bogor Mini Zoo, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Temuan ini direkam video pengunjung di sebuah kandang yang dihuni sejumlah bayi monyet ekor panjang.
Dari video terlihat kandang itu dihuni belasan monyet sejenis yang diperkirakan masih bayi atau anak-anak tanpa induk. Kondisi mereka terlihat tidak layak, selain karena adanya dua monyet yang mati, beberapa monyet terlihat mengais tanah seperti mencari makanan.
Roy mengatakan, monyet-monyet itu baru sekitar sebulan mereka beli dari Pasar Pramuka di Jakarta Timur. Mereka disatukan dengan beberapa monyet liar yang ada di lokasi tersebut. Monyet-monyet itu menjadi salah satu dari belasan jenis hewan yang mereka pelihara sebagai obyek wisata dan edukasi di tempat mereka, antara lain beberapa hewan ternak, kuda, burung, buaya, kura-kura, dan berang-berang.
”Kebetulan konsep di sini kayak air terjun di Tawangmangu (Jawa Tengah) dan Bali. Jadi, ada monyet-monyet yang sama di sini. Orang yang datang bisa kasih makan,” kata Roy saat mendampingi inspeksi mendadak oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Jumat (16/12/2022) lalu.
Ia mengatakan, tim perawat juga memberi makan primata itu tiga kali sehari, selain mengandalkan makanan dari pengunjung. Namun, ia mengakui adanya kelalaian. Salah satunya karena menyediakan kandang yang tidak sesuai. Selain itu, lanjutnya, mereka juga hanya punya pengurus yang paham hewan ternak, seperti ayam dan sapi, yang dipelihara di sana.
”Dari pihak kami mohon maaf ada kelalaian,” ujarnya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Aktivis Koalisi Animal Friends Jogja dan Aksi Peduli Monyet meletakkan topeng monyet ekor panjang di pagar setelah menggelar aksi damai di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Senin (23/5/2022).
Roy mengatakan, pihaknya sudah mengubur monyet yang mati. Mereka juga segera mengeluarkan monyet-monyet yang menurut timnya tidak sehat karena faktor cuaca hujan dan dingin. Monyet ekor panjang itu disebut sudah dikembalikan lagi ke Pasar Pramuka.
Jual beli primata tersebut memang masih marak terjadi di Indonesia. Sementara itu, monyet ekor panjang telah ditetapkan sebagai satwa yang terancam punah oleh Badan Konservasi Dunia (IUCN) pada Maret 2022.
IUCN menaikkan status monyet ekor panjang dari rentan menjadi terancam punah karena dalam kurun waktu 42 tahun terakhir populasinya menyusut hingga 40 persen secara global (Kompas.id, 12/12/2022).
Tak berizin
Bima Arya Sugiarto, yang menginspeksi lokasi itu bersama tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, tidak hanya meninjau lokasi bekas monyet ekor panjang dipelihara. Bima juga mengecek koleksi hewan-hewan lain yang ada di sana. Ia menemukan antara lain jenis kura-kura yang diduga dilindungi sampai berang-berang dari dalam gudang.
”Saya lihat kondisinya tidak terawat dan banyak hal yang tidak sesuai juga. Karena itu, saya minta agar ini tidak beroperasil, tidak dikunjungi dulu. Hal itu dilakukan sambil tim dari pemkot dengan BKSDA bersama-sama melakukan pendalaman terhadap kondisi di sini,” ujarnya.
Bima meminta lembaga terkait untuk melakukan investigasi mendalam mengenai kondisi hewan yang ditemukan di tempat itu dan pengelolaannya. Pendalaman antara lain terkait kebenaran dari tindak lanjut pengelola atas laporan kondisi monyet ekor panjang. Lalu, izin konservasi yang katanya sudah diupayakan pengelola ke lembaga terkait.
Zoo tentu harus mencakup aspek konservasi. Mana aspek tersebut bisa kita temui di Bogor Mini Zoo? Nol.
Di satu sisi, ia menilai tempat itu bisa menjadi aset yang baik untuk edukasi kepada masyarakat. Sayangnya, pengelolaan dan pengawasan yang kurang menjadi pekerjaan rumah bersama.
”Ketika informasi seperti ini langsung ditindaklanjuti dengan BKSDA, karena saya pun belum ke sini. Bagi kami, ini proses pembelajaran untuk memastikan pengawasan menyeluruh. Saya akan minta cek ke semua (tempat) yang seperti ini di seluruh Kota Bogor," ucapnya.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Bima Arya Sugiarto, Wali Kota Bogor
Doni Herdaru dari ADI mengapresiasi gerak cepat Pemerintah Kota Bogor dalam menyelidiki kasus itu dan menindaklanjuti perihal izin dan nasib hewan-hewan yang tidak dirawat secara layak. Ia berharap pemerintah juga mau terus transparan terkait penanganan masalah itu.
”Harus ada hukuman yang transparan atas kejadian kemarin pada manajemen yang menguasai Bogor Mini Zoo ini. (Ini) Dijelaskan transparan ke masyarakat, apa saja hukuman dan sanksinya, dan jika diperbaiki, akan diawasi langsung oleh siapa,” ujarnya saat dihubungi hari ini.
Dari kasus ini, ia juga mengingatkan pihak berwenang untuk menertibkan lokasi yang tidak memiliki izin konservasi menggunakan istilah atau nama kebun binatang. ”Zoo tentu harus mencakup aspek konservasi. Mana aspek tersebut bisa kita temui di Bogor Mini Zoo? Nol,” katanya.