Sarang Begal dan Narkoba, Ojek Daring Boikot Pesanan Penumpang ke Kampung Bahari
Sebulan terakhir, beberapa pengojek daring menjadi korban begal. Uang, ponsel, sampai sepeda motor raib digasak warga dari Kampung Bahari. Pengojek daring pun melakukan boikot agar tidak beroperasi pada malam hari.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengojek daring mitra Gojek memboikot pesanan penumpang dari dan menuju Kampung Bahari, Kelurahan Tanjung Priok, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kebijakan ini untuk melindungi pengemudi ojek setelah muncul beberapa kasus pencurian atau pembegalan di wilayah yang dikenal sebagai sarang narkoba tersebut.
Sebuah pesan berantai dengan alamat mitra pengemudi ojek Gojek ramai tersebar. Pesan itu berisi informasi bahwa jam operasional ojek berhenti sementara antara pukul 21.00 sampai pukul 05.00. Aturan ini berlaku khusus di kawasan Kampung Bahari.
”Sehubungan dengan banyaknya laporan dari Mitra Gojek perihal daerah yang rawan kriminal ketika malam hari sampai dengan menjelang pagi di wilayah Jakarta Utara, kami memutuskan untuk membuat jam operasional di Jalan Bahari (Jakarta Utara), di mana rekan-rekan Mitra Gojek tidak dapat menerima/menyelesaikan order untuk semua layanan Gojek di wilayah tersebut pada pukul 21.00-05.00 WIB,” tulis pesan yang diterima Kompas, Kamis (27/10/2022).
Zaenal, mitra Gojek sekaligus Ketua Umum Tiger Gapoel Stasiun, salah satu paguyuban ojek daring di Jakarta Utara, mengatakan, boikot ini sudah berjalan dua hari sampai Jumat (28/10) hari ini. Aksi ini dibantu perusahaan Gojek yang memblokir order calon penumpang agar pengojek tidak melayani pesanan dari dan menuju lokasi sepanjang kawasan Muara Bahari atau juga dikenal Kebon Pisang.
Boikot ini diakibatkan banyaknya kasus pencurian yang dialami pengojek saat mengantar penumpang ke daerah tersebut. Ada kalanya penumpang bekerja sama dengan warga yang berniat mencuri. Namun, ada juga yang dibegal di tengah jalan. Kejadian itu umumnya pada malam hari.
”Sebulan terakhir udah ada tiga teman kami (jadi korban). Ada yang motor sama gawainya (dicuri), ada yang gawainya aja, ada yang duit juga,” ujar Zaenal saat dijumpai di depan Stasiun Tanjung Priok.
Sejauh ini, paguyuban hanya bekerja sama dengan perusahaan Gojek. Hal ini agar mereka tidak merugi karena menolak pesanan penumpang yang membawa mereka ke daerah rawan itu. Belum ada waktu pasti kapan boikot itu berakhir.
Teuku Parvinanda, Vice President Corporate Affairs Gojek, memastikan, mereka akan membantu mitranya menjaga keamanan dan keselamatan saat menjalankan pesanan, terutama di titik-titik dan waktu yang dianggap rawan.
”Kami juga menyediakan tombol darurat di aplikasi, pengadaan ambulans, tim satgas yang selalu bersiaga untuk keadaan darurat, dan pelatihan berkendara yang aman. Kami juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk dapat senantiasa menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi mitra dalam bekerja,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Selain pengemudi Gojek, pengojek mitra Grab juga mendapat pesan tersebut. Ardianto, yang sudah tiga tahun jadi pengojek, mengetahui kerawanan lokasi itu karena pernah tinggal di sana. Ia pun mengetahui informasi kasus kriminal yang menyasar pengojek.
”Di sana udah biasa gawai dan motor hilang. Ada yang lagi dijemput atau dianter, tau-tau ada temennya (begal). Biasanya malam karena sepi. Di luar itu aman,” ujar pria 30 tahun itu.
Ardianto mengaku tidak pernah bekerja lewat pukul 21.00. Kriminalitas di Kampung Bahari kini juga dinilai tidak separah dulu. Meski begitu, ia tetap merasa perlu waspada. ”Waspada aja kalau gitu mah, udah dapat info gini. Daripada nyawa hilang, motor diambil, ya, pulang aja jam 8-9 malam,” pungkasnya.
Tidak hanya pengojek daring, pengojek pangkalan (opang) punya kekhawatiran yang sama. Muhammad Syafei (59), yang sudah menjadi pengojek di daerah Tanjung Priok sejak 2003, mengaku, dirinya tidak hanya takut dengan ancaman pencurian, tetapi juga pengguna narkoba.
Ia sudah lama mengetahui Kampung Bahari sebagai sarang narkoba. Ia bahkan hafal ciri-ciri orang yang hendak bertransaksi atau menggunakan narkoba di sana. Para pengguna kerap datang dan meminta pengojek mengantarkan mereka ke dalam kampung.
”Seringnya mereka jalan kaki atau turun dari angkot, pemuda usia tanggung, minta ngojek di dalam, kadang bawa barang (narkoba), pake di dalem,” katanya.
Dua bulan lalu, Syafei bahkan pernah membawa penumpang perempuan yang diduga pengguna. Ia tahu karena perempuan itu memintanya cepat-cepat pergi ke kawasan Kampung Bahari. Ia pun sampai berdebat untuk menurunkannya di tengah jalan.
”Takutnya pas naik sama saya ada buser yang razia,” ucapnya. Pengalaman terkena razia hingga tertangkap polisi membawa pengedar pernah dialami kawan Syafei yang juga pengojek. Selepas penjara, temannya beralih pekerjaan karena trauma.
Pengamanan
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Tanjung Priok Ajun Komisaris Bryan Wicaksono, saat dihubungi, mengatakan, polisi tetap memperketat pengawasan keamanan masyarakat di Kampung Bahari. Di luar daerah tersebut sudah terdapat dua pos polisi (pospol), yaitu Pospol Volker dan Pospol Terminal.
Di dalam Kampung Bahari terdapat Posko Kampung Tangguh Narkoba. Lalu, di pos tengah rel Kampung Bahari selalu dijaga anggota Brimob dan Tim Patroli Presisi Polres Metro Jakarta Utara. ”Semua wilayah di Tanjung Priok menjadi perhatian kami untuk menciptakan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang kondusif,” kata Bryan.