Dinkes DKI Jakarta Sediakan Layanan Deteksi Dini Gagal Ginjal Akut di Puskesmas
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan layanan deteksi dini gejala gagal ginjal di tingkat puskesmas. Layanan ini bisa diakses secara gratis dengan menggunakan layanan BPJS Kesehatan.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyediakan layanan deteksi dini penyakit ginjal akut di 44 pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas tingkat kecamatan. Masyarakat yang memiliki anak dengan gejala ginjal akut diimbau untuk menggunakan fasilitas ini. Tak hanya itu, puskesmas juga bisa menjadi tempat konsultasi bagi orangtua yang bingung dalam menentukan obat bagi anaknya.
Penanggung jawab Hubungan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Aryati Prima, menjelaskan, Puskesmas Mampang Prapatan memiliki fasilitas deteksi dini ginjal akut, yaitu pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum, yang keduanya menggunakan sampel darah. Hasil pemeriksaan ini dapat diperoleh dalam 1-2 jam saja.
”Di Puskesmas Mampang ada dua pemeriksaan fungsi ginjal, pertama adalah tes ureum dengan dan tes kreatinin. Selain itu ada tes urin sebagai tambahan pemeriksaan untuk deteksi penyebab gangguan ginjal. Fasilitas ini bisa digunakan untuk mendeteksi kasus gagal ginjal akut yang sedang marak,” ujarnya pada Senin (24/10/2022).
Aryati menjabarkan, hasil tes ureum dan tes kreatinin akan menunjukkan kondisi dan fungsi ginjal seseorang. Menurut dia, bila hasil menunjukkan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi, ada indikasi gangguan fungsi ginjal.
”Jika Kadar kreatinin tiga kali lebih besar, ada indikasi gangguan ginjal, ” (Aryati Prima)
”Dari hasil tes nanti akan terlihat apakah seseorang sedang bermasalah ginjalnya. Untuk kadar normal ureum itu 20-40 miligram per desiliter, sedangkan kadar kreatinin normal dalam urin adalah 0,5–1,5 miligram per desiliter. Jika kadar kreatinin tiga kali lebih besar atau sekitar 2,5 miligram per desiliter, ada indikasi gangguan fungsi ginjal,” ujarnya.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar kreatinin dan ureum yang tinggi, pihak puskesmas akan merujuk ke fasilitas rumah sakit yang lebih lengkap. Di Jakarta, pemerintah menunjuk Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo sebagai rumah sakit rujukan kasus gagal ginjal akut.
Ia menambahkan, biaya layanan pemeriksaan fungsi ginjal tersebut ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. ”Untuk layanan ini masyarakat bisa menggunakan BPJS Kesehatan, jadi bisa gratis,” ujarnya.
Bagi warga tidak memiliki BPJS Kesehatan, puskesmas membebankan biaya sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 143/2018 tetntang Tarif Layanan Pusat Kesehatan Masyarakat. Di dalam Pergub tersebut, tarif layanan tes ureum adalah Rp 25.000 dan tes kreatinin adalah Rp 30.000.
Layanan ini tersedia di hari Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB, dan di hari Sabtu pukul 08.00-11.00 WIB. Tidak hanya memberikan layanan deteksi fungsi ginjal, Puskesmas juga menjadi tempat bagi warga untuk berkonsultasi mengenai penanganan, khususnya penggunaan obat, bila anak demam.
Fira (35), orangtua yang anaknya mengalami demam selama tiga hari terakhir mengaku bingung untuk memberikan obat bagi anaknya, khususnya di tengah larangan obat sirop.
”Anak saya demam, dan saya bingung untuk memberikan obat yang seperti apa, ini makanya saya bawa langsung ke Puskesmas,” ujarnya saat membawa anaknya untuk diperiksa di Puskesmas Mampang Prapatan.
Deteksi dini penyakit gagal ginjal akut menjadi kunci agar penanganan bisa dilakukan lebih cepat lagi. Semakin cepat kasus dideteksi, semakin cepat pula penanganan yang bisa dilakukan.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menjelaskan, banyaknya kematian di DKI Jakarta terjadi karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Keterlambatan membawa anak ke rumah sakit lebih dari lima hari sejak gejala muncul dapat meningkatkan potensi kematian.
”Selain terlambat dibawa ke rumah sakit, anak yang mendapatkan terapi sirop parasetamol meninggal lebih besar daripada yang tidak diberikan,” ucapnya.
Sebagai antisipasi, ia mengingatkan agar orangtua rutin memantau kondisi anaknya, salah satunya mengenai pola waktu buang air kecil.
”Orangtua perlu pantau kebiasaan buang air kecil anak, bila mengalami penurunan, anak bisa dibawa ke dokter untuk diperiksa, ” ( Kasie Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama)
”Pemantauan terhadap anak-anak bisa dilakukan dengan melihat pola waktu buang air kecil. Bila anak-anak sudah mulai jarang buang air kecil dalam waktu 24 jam, itu adalah gejala awal kasus ginjal, perlu dibawa ke puskesmas,” ujarnya.
Ia menambahkan bila gejala seperti demam, lemas, dan gangguan pencernaan mulai terlihat, orangtua diimbau membawa anak ke puskesmas ataupun rumah sakit. Pemerintah telah menyediakan 44 puskesmas di kecamatan yang bisa melayani pemeriksaan deteksi gagal ginjal akut.
”Ada 44 puskesmas kecamatan di DKI Jakarta yang memiliki fasilitas pemeriksaan fungsi ginjal, warga juga bisa menggunakan jalur telepon khusus Dinas Kesehatan DKI Jakarta di 112 atau lewat posko KLB Dinkes DKI di 081388376955,” ujarnya.