Harga Ikan Laut Merangkak Naik akibat Cuaca Ekstrem
Harga ikan laut di pasar naik berkisar Rp 5.000-Rp 20.000. Kenaikan itu dipicu cuaca ekstrem yang mengakibatkan nelayan jarang melaut sehingga berimbas pada sedikitnya stok ikan.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan cuaca ekstrem menyebabkan hasil tangkapan nelayan tradisional menurun. Akibatnya, stok ikan laut berkurang, kemudian berimbas pada kenaikan harga ikan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi perubahan cuaca ekstrem akan berlangsung dari Oktober 2022 hingga Februari 2023. Puncaknya pada bulan Desember 2022 atau Januari 2023.
Harga ikan di pasar ditentukan oleh setiap pedagang sehingga terdapat harga yang cukup berbeda antarpedagang. Penentuan harga tetap disesuaikan dengan pertimbangan ketersediaan stok ikan dan permintaan konsumen.
Harga ikan laut di pasar naik berkisar Rp 5.000-Rp 20.000.
”Harga ikan menyesuaikan stok. Kalau mulai dari bulan lalu (September 2022) sampai bulan ini (Oktober 2022), perlahan mulai naik harganya. Harga paling tinggi biasanya bulan Desember, Januari, dan Februari,” ucap pedagang ikan, Sarman (48), Kamis (13/10/2022).
Harga ikan baronang di Kamal Muara, Jakarta Utara, seharga Rp 35.000 per kilogram (kg), naik hingga Rp 40.000-Rp 50.000 per kg. Cumi dari Rp 40.000 per kg naik mencapai Rp 60.000. Hewan laut lainnya seperti ikan teri harga awalnya Rp 10.000-Rp 12.000 naik menjadi Rp 18.000.
Kenaikan harga ikan dalam rentang Rp 5.000-Rp 20.000. Harga tersebut bervariasi tergantung pada lokasi tempat pendaratan ikan (TPI). Kenaikan harga diduga akan terus berlanjut hingga puncak musim hujan karena hasil tangkapan nelayan semakin sedikit.
Sementara itu, harga jual ikan dari nelayan ke pedagang lebih murah berkisar Rp 3.000-Rp 10.000 per kg dari harga pasar. Ikan teri, contohnya, dari nelayan dihargai Rp 14.000 per kg, sedangkan ikan baronang dihargai Rp 15.000.
Pada saat puncak musim hujan, berdasarkan data Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan di Muara Baru, Jakarta Utara, Januari 2022, cumi dihargai Rp 90.000 per kg. Kemudian, untuk Pelabuhan Perikanan Muara Angke, harga cumi dapat mencapai Rp 100.000 per kg.
”Stok ikan terutama di Kamal Muara terus menurun hingga memasuki puncak musim hujan. Untuk mengakalinya, nelayan biasanya beralih komoditas tangkapan ataupun pekerjaan lain,” ucap Kepala TPI Kamal Muara Rano.
TPI yang tidak tersedia cold storage atau lemari pendingin rawan terjadi kenaikan harga karena hanya bergantung dari pasokan ikan segar. Pada saat stok ikan melimpah dapat disimpan dalam lemari pendingin dan dikeluarkan saat stok menipis.
Beberapa pasar ikan masih bergantung pada pelabuhan perikanan lainnya untuk menambah stok ikan. Selain dari nelayan, stok ikan di Kamal Muara masih bergantung pada pelabuhan ikan Lampung dan Pulau Jawa.
Harga paling tinggi biasanya bulan Desember, Januari, dan Februari.
Menjaga stabilitas harga dapat dilakukan dengan menguatkan kelembagaan nelayan di tingkat daerah. Salah satunya dengan mempertahankan sistem pelelangan ikan. Sentra perikanan perlu lemari pendingin dan menerapkan sistem pelelangan.
”Wilayah sekitar pendaratan ikan sebaiknya difasilitasi oleh lemari pendingin karena fungsinya krusial. Selain untuk menyimpan stok ikan, lemari pendingin juga berperan sebagai penjaga mutu ikan agar tidak menurun meskipun disimpan,” ujar dosen Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Suadi.
Jarang melaut
Perubahan cuaca ekstrem mengubah perilaku melaut nelayan. Dari yang awalnya bisa melaut setiap hari menjadi melaut hanya saat cuaca sedang baik. Nelayan Kamal Muara, Amir (42), mempertimbangkan kondisi kapal, cuaca, dan prakiraan tangkapan ketika melaut.
”Kami (nelayan Kamal Muara) masih memakai kearifan lokal untuk mencari ikan. Satu hal yang penting, melaut saat cuaca buruk itu terlalu berisiko dan berbahaya,” ujarnya.
Nelayan tradisional dengan kapal di bawah 10 gros ton (GT) sulit untuk mencapai perairan yang cukup jauh. Maksimal hanya mampu melaut 10 kilometer dari bibir pantai.
Biasanya para nelayan tradisional dapat membawa pulang 10 kg hingga 20 kg hasil tangkapan setiap hari. Tangkapan tersebut beragam, di antaranya udang dan cumi hingga ikan laut lainnya. Hasil tangkapan saat cuaca ekstrem hanya sekitar 2 kg.
Keberadaan sistem pelelangan dan lemari pendingin penting untuk menjaga stabilitas harga. (Suadi)
Oleh karena itu, saat cuaca ekstrem, nelayan Kamal mengandalkan sektor pekerjaan lain ataupun meminjam uang dari saudara. Misalnya tidak ada, terpaksa harus melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Agusman, Ketua Kelompok Usaha Bersama, asosiasi nelayan di Kamal Muara, mengatakan, pada masa seperti ini nelayan hanya dapat bergantung pada sesamanya dan bantuan dari pemerintah.