Minim Sosialisasi, Migrasi ke Siaran Digital Belum Efektif
Sosialisasi terkait migrasi siaran televisi analog ke digital dinilai belum efektif. Memaksimalkan hasil sosialisasi memerlukan dukungan semua komponen masyarakat.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Proses migrasi siaran televisi dari analog ke digital terestrial atau analog switch off sampai saat ini dinilai belum efektif. Sosialisasi kepada masyarakat hanya sebatas iklan melalui stasiun televisi. Akibatnya, masih banyak warga yang masih menggunakan siaran analog karena tidak mengerti proses migrasi ke digital. Padahal, kurang dari sebulan atau 2 November nanti migrasi akan dilakukan.
Warga yang menggunakan televisi jenis tabung mengira televisinya tidak mendukung untuk migrasi siaran. Misalnya Nita (45), warga Kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, hanya memiliki televisi tabung berukuran 21 inci dengan antena yang terhubung dari luar.
Televisi yang digunakan untuk empat anggota keluarganya tersebut seharusnya bisa menggunakan siaran digital jika terhubung dengan set top box (STB). Pada televisi jenis tabung, penggunaan STB yang dibantu dengan antena televisi (UHF-VHF) sudah dapat menangkap sinyal digital.
Hal yang sama dialami Eni (49) warga Kelurahan Rengas, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Televisi tabung yang dimilikinya hanya mendapatkan tiga saluran. Ketiga saluran itu menampilkan gambar yang kabur dan suara yang kurang jelas.
”Belum ada sosialisasi apa-apa. Saya cuma melihat dari iklan, tetapi tidak mengerti bagaimana cara pindahnya (migrasi ke siaran digital),” ucapnya.
Warga Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Jawa Barat, Alya (35), masih nyaman dengan televisi siaran analog. Padahal, gambar yang ditampilkan pada televisinya kurang jelas dan terkadang berkedip. Alasannya masih sama, yakni ketidaktahuan bagaimana proses migrasinya.
Hampir seluruh warga pengguna televisi tabung yang ditemui Kompas belum mengerti perangkat yang dibutuhkan dan proses pengoperasian dalam migrasi ke siaran digital.
Koordinator Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Muhamad Reza menyebutkan, sosialisasi ke masyarakat dilakukan secara bertahap. KPI Daerah akan berkoordinasi dengan organisasi setempat untuk membantu dan memperluas jangkauan sosialisasi.
”KPI Pusat hanya membantu proses sosialisasi. Peran pentingnya tetap dipegang oleh lembaga penyiaran itu sendiri,” katanya.
Memaksimalkan hasil sosialisasi perlu didukung oleh semua komponen, dari masyarakat hingga pemangku kebijakan. Semua medium penyiaran juga harus menayangkan iklan untuk mengedukasi masyarakat pentingnya migrasi siaran televisi. Tidak hanya itu, proses edukasi juga perlu hingga hal teknis.
Mayoritas warga yang telah beralih ke siaran digital mengatakan, tampilan gambar lebih jernih, saluran televisi lebih banyak, dan acara lebih menarik. Selain itu, Irfan (40), warga Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Jawa Barat, migrasi ke siaran digital karena telah menerima sosialisasi terkait penghentian siaran analog.
Sebelumnya, siaran televisi analog di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diberhentikan kemarin. Namun, penghentian tersebut ditunda atas usulan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) mengikuti tenggat waktu nasional, 2 November 2022.
Menurut Bayu Wardhana dari Koalisi Nasional Reformasi Penyiaran, perubahan siaran analog menjadi digital merupakan suatu keniscayaan. Meskipun demikian, dampak langsung di masyarakat hanya tampilan gambar yang lebih jernih.
”Upaya yang seharusnya bisa dimaksimalkan adalah pembagian set top box yang didukung data penerima akurat dan tepat sasaran. Masyarakat yang tidak menerima bantuan set top box ada kecenderungan untuk malas membeli. Kalau bisa, jumlah bantuan set top box yang diberikan diperbanyak lagi,” ujarnya.
Selain itu, edukasi masyarakat seharusnya tidak hanya dilakukan melalui iklan televisi. Publikasi melalui media sosial dan pemberitaan dapat ditingkatkan. Penghentian siaran analog juga merupakan sarana edukasi masyarakat. Mereka yang membutuhkan tayangan televisi pasti akan mencari perangkat untuk mendukung kebutuhannya, sedangkan yang tidak membutuhkan tayangan televisi akan meninggalkannya.