Pesta Rakyat dan Pembangunan yang Melajukan Ekonomi Jakarta
Jakarta masih menunjukkan kekuatannya sebagai pasar ekonomi terbesar di Indonesia, setelah melalui masa berat di pandemi Covid-19. Perekonomian DKI Jakarta berpotensi tumbuh 5,3-6,1 persen sepanjang 2022.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Setelah melewati puncak gelombang varian Covid-19 Omicron pada pertengahan Februari 2022, Jakarta kembali diramaikan dengan berbagai aktivitas. Masyarakat pun mulai berani menjejakkan kaki di pusat-pusat keramaian. Dentam pergelaran seni hingga pameran perdagangan kian marak mengundang kerumunan. Pertumbuhan ekonomi Jakarta dalam semester I-2022 melesat setelah dua tahun pandemi.
Kebangkitan perekonomian Jakarta terlihat dari berbagai indikator. Salah satunya, pertumbuhan inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa yang, antara lain, dipicu faktor permintaan. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, pada Juni 2022 inflasi berada di level 0,32 persen secara bulanan dan 2,88 persen secara tahunan. Angka itu melampaui level inflasi di Juni 2020 dan 2021 serta hampir menyaingi level inflasi pada 2019. Kemudian, selama semester 1-2022, angka inflasi Jakarta sebesar 1,94 persen. Angka itu masih terjaga di bawah sasaran inflasi dari pemerintah, yakni di antara 2-4 persen. ”Secara umum, laju inflasi Jakarta selama semester 1 di 2022 masih berada di level relatif moderat, di bawah 2 persen, selama tiga tahun terakhir,” kata Kepala BPS DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono, dikutip pada Minggu (3/7/2022).
Baca juga: Dari JIS, Jakarta Menyerukan Setara dengan Kota GlobalLonjakan inflasi pada Juni tertinggi dipicu naiknya harga beberapa komoditas di kelompok makanan, minuman, dan tembakau perlengkapan, yaitu cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Menyusul, naiknya pengeluaran untuk peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, lalu transportasi terkait engan mahalnya tarif tiket pesawat.
Meski terjadi kenaikan di beberapa harga komoditas dan jasa, secara umum tidak terjadi kelangkaan ketersediaan komoditas di pasar. Kondisi ini tentu berdampak positif sehingga tingkat inflasi saat ini relatif terkendali.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2022, Bank Indonesia (BI) melaporkan, ada kenaikan dari hanya 3,64 persen secara tahuhan pada triwulan akhir 2021 menjadi sebesar 4,63 persen secara tahunan. Angka itu tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ekonomi nasional yang sebesar 5,01 persen secara tahunan.
”Di sisi pengeluaran, bersumber dari konsumsi rumah tangga yang mendominasi. Lalu, investasi, konsumsi net ekspor, dan lembaga nonrumah tangga,” tutur Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Onny Widjanarko pada kegiatan Seminar Ekonomi dan Bisnis, di Jakarta, Selasa (28/6/2022).
Dengan pangsa di kisaran 17 persen terhadap perekonomian nasional, perekonomian DKI Jakarta berpotensi tumbuh 5,3-6,1 persen sepanjang 2022. Pertumbuhan didukung pembukaan aktivitas ekonomi dan pelanggaran aturan mobilitas terkait situasi pandemi Covid-19, yang menyediakan lapangan kerja dan menaikkan pendapatan warga.
Kegiatan pariwisata
Onny mengatakan, acara berskala internasional Formula E yang berhasil diselenggarakan di Ancol, Jakarta Utara, awal Juni lalu. Penyelenggaraan acara itu mendorong Jakarta untuk berinvestasi dalam menyediakan infrastruktur hingga melibatkan pelaku ekonomi kreatif dan usaha kecil menengah.
Insititute for Development of Economic and Finance (Indef) menghitung, penyelenggaraan Formula E 2022 memberikan dampak ekonomi total Rp 2,638 triliun atau berkontribusi 0,08 persen pada pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta 2022.
Berbagai acara pameran, konser musik skala nasional ataupun internasional bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Sebut saja festival BNI Java Jazz 2022 yang diselenggarakan pada 27-29 Mei di Jakarta International Expo Kemayoran. Acara itu sukses menarik sekitar 30.000 pengunjung dan membukukan volume transaksi senilai Rp 5,7 miliar, meningkat 21,9 persen dibandingkan dengan perhelatan di 2022. Jakarta juga kembali percaya diri untuk menyelenggarakan Jakarta Fair Kemayoran pada 9 Juni-17 Juli 2022. Pameran multiproduk ke-53 ini diharapkan dapat menyamai capaian tahun 2019, yakni mencatatkan nilai transaksi Rp 7,5 triliun dan 6,8 juta pengunjung (Kompas.id, 9/6/2022). Baca juga: Jakarta E-Prix Berkontribusi 0,08 Persen pada Pertumbuhan Ekonomi DKIPada 17-14 Juli mendatang, Jakarta bersama Bandung bakal menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Youth 20 (Y20) yang diikuti 100 pemuda dari 20 negara anggota G20. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp 2,7 miliar guna memastikan kegiatan berjalan baik (Kompas.id, 3/7/2022). ”Semoga Jakarta tetap tinggi (pertumbuhan ekonominya) karena kami lihat event-event-nya banyak sekali. Sumber pertumbuhan baru kelihatan, dari event dan mice dan sebagainya,” ujar Onny.
Beragam acara tersebut juga menjadi stimulus bagi perkembangan pariwisata. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan jumlah pegerakan wisatawan mancanegara (wisman). BPS mencatat, pergerakan wisman melalui pintu masuk bandara Soekarno Hatta di Banten terus bertambah. Pada Mei 2022, ada 57.844 kunjungaan wisatawan mancanegara, meningkat 352 persen dibandingkan dengan Mei 2021. Tren ini berandil menjaga keterisian hotel berbintang di sekitar angka 50 persen.
Baca juga: Resmi Dibuka, Jakarta Fair Jadi Peluang Berjejaring Ungkit UsahaInvestasi Laporan BI Mei 2022 memaparkan, kinerja investasi di Jakarta diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) mendorong hal ini. PSN itu di antaranya proyek seperti Jakarta International Stadium dan revitalisasi Taman Ismail Marzuki. Lalu, proyek transportasi, seperti enam ruas jalan tol dalam kota, MRT, dan LRT.
Komite Investasi Jakarta, Thomas Lembong, dalam acara diskusi bersama BI Jakarta, mengatakan, investasi di bidang transportasi penting bagi warga Jakarta. Mengutip pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, keluarga di Ibu Kota menghabiskan 28 persen dari total pengeluaran rumah tangga untuk transportasi. Ia pun mendukung agar Jakarta untuk mengembangkan transportasi massal dan ramah lingkungan. Ini, menurut dia, penting untuk menangkal dampak krisis energi dan lingkungan yang mulai menahan laju ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Selain itu, kemacetan yang masih mengantui jalanan Jakarta tidak hanya menyumbang polusi, tetapi juga menurunkan produktivitas warganya.
”Kita bangun aja, dengan keyakinan transisi ke investasi hijau akan terus berlanjut. Jangan takut alokasi anggaran. Beri garansi ke investor uang masuk untuk pembangunan ini karena urgensi melonjak dengan naiknya harga BBM dan parahnya krisis iklim,” ujarnya.
Baca juga: Perluas Jaringan, MRT Jakarta Kejar Pembangunan Fase 4 Fatmawati-TMIIKepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta Benny Agus Candra juga menyampaikan, saat ini DKI Jakarta terus mendorong berbagai proyek investasi hijau dari sektor transportasi. Seperti diketahui, sektor transportasi, bersama gudang dan telekomunikasi, menyumbang realisasi investasi tertinggi di Jakarta. Pada triwulan I-2022, penanaman modal dalam negeri pada sektor itu bernilai 9,15 triliun atau 40 persen dari keseluruhan investasi yang masuk. Lalu, dari penanaman modal asing sebesar 438 juta dollar Amerika Serikat atau Rp 6,2 triliun.
Investasi kendaraan listrik, antara lain, dilakukan PT Transportasi Jakarta. Saat ini, mereka sudah mengoperasikan 30 armada bus listrik atau 0,8 persen dari total armada. Jumlah ini akan bertambah hingga 100 armada pada tahun ini juga. ”Ini harus dimulai, walau terseok-seok, masih rugi, bus listrik pengisian kendaraan listrik harus dimulai. Nanti tumbuh sendiri usahanya,” ujar Benny.
Tidak hanya berfokus pada proyek energi baru terbarukan di bidang transportasi, Jakarta juga mengerjakan proyek hijau lainnya di bidang pengelolaan sampah dan ekowisata. Jakarta, misalnya, disiapkan sebagai salah satu pusat wisata medis dengan nilai proyek Rp 560 miliar. Pengembangan kawasan pariwisata Kepulauan Seribu senilai Rp 600 miliar juga masuk dalam jajaran proyek investasi hijau. Dari tren di atas, Jakarta masih menunjukkan kekuatannya sebagai pasar ekonomi terbesar di Indonesia, umumnya lewat aktivitas perdagangan, yang mudah pulih setelah peningkatan mobilitas masyarakat. Di tengah bayang-bayang krisis ekonomi, dari energi hingga pangan, investasi hijau yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan dan manusia perlu digencarkan di Jakarta. Baca juga: Hemat Energi dan Kurangi Emisi, DKI Jakarta Kembali Gelar Pemadaman Lampu