Hilangnya Jejak Benturan Drama Kecelakaan di Kalimalang
Tindakan manipulasi kecelakaan lalu lintas di Kalimalang, hanya salah satu modus kejahatan. Media dimanfaatkan sebagai sarana untuk merangkai rekayasa tersebut agar terlihatnya nyata di mata publik.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Persiapan satu bulan memanipulasi kasus kecelakaan lalu lintas di Kalimalang, Bekasi, berakhir berantakan. Drama kematian yang direncanakan berkelompok melalui proses perundingan panjang terendus aparat kepolisian. Jejak kecelakaan lalu lintas berupa benturan atau goresan kecil kerap kali terlihat sepele, tetapi berarti.
Pada Sabtu (4/6/2022), tepatnya pukul 00.30, Wahyu Suhada (35) bersama empat kerabatnya, DS, ARI, AM, dan TS, iring-iringan menggunakan dua sepeda motor dan satu mobil dari Kota Bekasi menuju Karawang. Sekitar pukul 02.00, mereka tiba di Teluk Jambe, Karawang.
Di sana, Wahyu bersama para kerabatnya merusak sepeda motor Kawasaki KLX milik Wahyu. Bagian belakang sepeda motor itu dipukul dengan batu bata hingga pecah. Kelompok ini kemudian berputar arah dan kembali ke arah Bekasi melalui jalur Inspeksi Kalimalang.
Wahyu saat berputar arah, dia masih berboncengan menggunakan sepeda motor Kawasaki KLX bersama kerabatnya AM. Namun, dua kilometer menjelang tiba di Jalan Inspeksi Kalimalang, di wilayah Desa Hegarmukti, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Wahyu turun dari sepeda motor dan berpindah ke mobil yang dikemudikan kerabatnya.
Wahyu lalu memberi kode kepada AM untuk menceburkan sepeda motor tersebut ke saluran irigasi Kalimalang. Drama berikutnya, DS dan ARI berpura-pura menolong. Drama pertolongan mereka itu direncanakan gagal dan diikuti dengan membuat laporan palsu ke pihak Kepolisian Sektor Cikarang Pusat.
Narasi dari para pelapor, yakni Wahyu terlibat kecelakaan lalu lintas. Sepeda motor yang dikendarai Wahyu bertabrakan dengan mobil Fortuner hitam. Insiden itu mengakibatkan Wahyu terpental masuk ke saluran irigasi dan hanyut terbawa arus Kalimalang.
Aparat kepolisian yang mendapat laporan tersebut lalu bergegas ke lokasi kecelakaan yang disebut berada di Jalan Inspeksi Kalimalang, Desa Hegarmukti. Saat itu pula, tim Basarnas, BPBD Kabupaten Bekasi, dan relawan dilibatkan mencari Wahyu.
Upaya pencarian dan penyelamatan yang berlangsung dua hari, yakni dari Sabtu hingga Minggu (5/6/2022), diperluas hingga sejauh 7 kilometer sepanjang aliran Kalimalang. Namun, hasilnya nihil. Wahyu tak kunjung ditemukan. Kecurigaan polisi kian bertambah.
”Kalau kecelakaan lalu lintas, ada namanya benturan, kan. Tapi, ini bekas pecahan kaca enggak ada. Kejadian ini tidak lazim,” kata Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Komisaris Besar Gidion Arif, Senin (6/6/2022) di Bekasi.
Dari hasil penyelidikan secara saintifik dan data lapangan, kami menyimpulkan bahwa kejadian kemarin bukan kejadian sesungguhnya. Kejadian ini direkayasa dan diinisiasi oleh Wahyu yang sampai sekarang masih dalam pencarian.
Ketidaklaziman dari kecelakaan lalu lintas itu menjadi petunjuk awal polisi. Polres Metro Bekasi bersama Polsek Cikarang Pusat kemudian menggunakan data saintifik untuk menyelidiki kasus itu termasuk proses pemindaian data pelat nomor kendaraan.
Narasi para pelapor yang menyebut Wahyu bertabrakan dengan kendaraan Fortuner hitam akhirnya terbantahkan. Detik-detik menjelang kecelakaan lalu lintas, tidak ada satu pun kendaraan Fortuner hitam yang ditemukan melintas.
”Dari hasil penyelidikan secara saintifik dan data lapangan, kami menyimpulkan bahwa kejadian kemarin bukan kejadian sesungguhnya. Kejadian ini direkayasa dan diinisiasi Wahyu yang sampai sekarang masih dalam pencarian,” kata Gidion.
Para kerabat Wahyu yang mulai tersudut dengan bukti-bukti polisi adanya manipulasi akhirnya mengakui tindakan mereka. Komplotan ini ternyata merekayasa drama kecelakaan lalu lintas itu demi klaim asuransi kematian. Wahyu disebut menginisiasi kasus fiktif itu karena terlibat utang. Nilai utang yang dimiliki Wahyu fantastis, capai Rp 3 miliar.
Kasus rekayasa atau manipulasi ini mirip dengan kasus menghilangnya dokter Faisal Kanang secara misterius pada 6 Mei 2022 di Jalan Poros Kabupaten Tolitoli-Kabupaten Buol, Dusun Mamunu, Desa Lingadan, Kecamatan Dakopamean, Tolitoli, Sulawesi Tengah. Ia meninggalkan sepeda motor yang lampunya masih menyala di tepi jurang. Jurang sedalam 15 meter itu dasarnya langsung terhubung dengan pantai.
Setelah 21 hari menghilang, dokter Faisal Kanang yang bekerja sebagai spesialis radiologi di RSUD Mokopido, Kabupaten Tolitoli, akhirnya ditemukan. Ia ditemukan di sebuah penginapan di Kabupaten Buol, Sulteng, bersama seorang perempuan.
Psikolog forensik Reza Indragiri Amariel menyebut, tindakan merekayasa suatu kejadian, pura-pura sakit, hilang, hingga meninggal dikategorikan sebagai tipe malingering. Malingering juga biasanya dilakukan oleh orang yang terjerat persoalan hukum. ”Tujuannya instrumental. Dia melakukan kejahatan untuk mendapatkan manfaat ekonomis tertentu,” kata Reza.
Malingering, dikutip dari Hellosehat.com, adalah penyimpangan perilaku yang menyebabkan pelaku mengaku sakit, meski sebenarnya dalam keadaan sehat atau bertindak seolah-olah penyakitnya lebih parah dari yang sesungguhnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi. Para ahli tidak memasukkan malingering sebagai penyakit mental karena mereka yang pura-pura sakit termotivasi akibat keadaan lingkungan sekitarnya.
Modus kejahatan
Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon menilai tindakan Wahyu dan komplotannya merupakan bagian dari modus operandi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi. Media sosial dan media massa sengaja dimanfaatkan sebagai sarana untuk merangkai atau memperkuat rekayasa tersebut sehingga terlihat nyata di mata publik.
”Ini bukan sesuatu yang baru, (tetapi) bagian dari cara untuk melegitimasi modus operandinya sebagai sesuatu yang bisa diterima oleh publik. Jadi, hanya cara-cara saja untuk melakukan kejahatan,” kata Josias.
Kasus manipulasi atau rekayasa seperti ini pembuktiannya memang tidak cukup dilakukan secara kasat mata. Investigasi atau penyidikan polisi dilakukan berbasis ilmiah untuk mengurai kembali suatu kasus yang berpotensi sarat rekayasa. Langkah polisi menyelidiki kasus kecelakaan lalu lintas berbasis scientific crime investigation (SCI) dinilai tepat.
”Seperti sepeda motor yang dipukul (dengan batu bata) dari SCI jelas bisa diangkat bawah itu bukan hasil tubrukan. SCI sangat penting untuk membongkar manipulasi modus-modus kejahatan,” katanya.
Menurut Josias, tindakan para pelaku yang memiliki ide merekayasa kasus ini perlu ditelisik latar belakang mereka. Kasus ini menunjukkan bahwa para pelaku bukan orang sembarangan. Pelaku memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas.
Pihak Kepolisian Metro Bekasi sendiri saat ini terus memburu Wahyu yang berstatus buronan. Latar belakang Wahyu, warga Kota Bekasi tersebut, juga belum diungkap secara detail oleh polisi.