Jelang Akhir Tahun, Terminal Pulo Gebang Diwanti-wanti Cegah Covid-19 dan Pungutan Liar
Terminal bus terbesar se-Asia Tenggara ini diingatkan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19 dan aksi pungutan liar.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah penumpang di Terminal Bus Terpadu Pulo Gebang di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, masih jauh dari normal. Meski demikian, terminal bus terbesar se-Asia Tenggara ini diingatkan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19 dan aksi pungutan liar.
Suasana lantai penjualan tiket di bangunan lima lantai itu tampak sepi dari pengunjung, Senin (22/11/2021) siang. Setiap ada orang asing yang naik ke lantai itu, para agen bus perjalanan antarprovinsi berseragam segera mengerubungi untuk menawarkan jasa mereka.
Kepala Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulo Gebang Bernard Octavianus Pasaribu mengatakan, saat ini rata-rata jumlah penumpang yang berangkat melalui terminal itu hanya 50 orang per hari. Jumlah itu jauh dari rata-rata jumlah penumpang keberangkatan yang bisa mencapai 1.000 orang per hari.
Sementara itu, jumlah kedatangan saat ini masih lebih banyak dengan rata-rata 200 orang per hari. Mayoritas penumpang pergi ke dan datang dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
”Sebelumnya (pernah) lebih parah lagi, paling 20 atau enggak sampai segitu. Sekarang meningkat karena sebagian besar penumpang sudah vaksin,” katanya saat ditemui di terminal.
Meski demikian, terminal tersebut masih memaksimalkan layanan untuk mencegah penularan Covid-19. Hal ini masih mengikuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2, dan Level 1 Covid-19 di Jawa dan Bali.
Dalam aturan itu, setiap penumpang wajib menunjukkan bukti telah divaksin dalam bentuk fisik atau skrining barcode Peduli Lindungi. Kemudian, menunjukkan hasil negatif tes Covid-19, minimal tes usap antigen yang diambil maksimal sehari sebelum hari keberangkatan.
Bernard mengakui, syarat tes Covid-19 masih menjadi momok bagi masyarakat yang ingin menggunakan bus untuk perjalanan jarak jauh. Biaya tes antigen yang kini masih di atas Rp 80.000 jauh lebih mahal daripada ongkos perjalanan ke beberapa tujuan dengan bus kelas ekonomi dan eksekutif, seperti daerah di Jawa Barat.
Kami beri semangat kepada para petugas, tetapi kami juga memastikan ada pencegahan-pencegahan supaya jangan terjadi pungutan liar, khususnya ke masyarakat.
Namun, di Hari Perhubungan Darat Nasional yang jatuh hari ini, ia menuturkan, pengetatan protokol kesehatan dan layanan kesehatan masih menjadi yang utama. Pihaknya pun bekerja sama dengan pihak lain untuk menghadirkan layanan tes antigen gratis, yang juga bisa membantu para penyedia jasa bus.
Selain itu, fasilitas penunjang seperti tempat cuci tangan dan hand sanitizer serta pengecekan suhu tubuh masih disediakan untuk menyaring penumpang atau pekerja di lokasi yang tidak sehat. ”Pemerintah juga, kan, lagi membatasi. Apalagi mendekati libur Natal dan Tahun Baru, kita perlu antisipasi supaya tidak ada lonjakan kasus positif Covid-19,” katanya.
Pungli
Pungutan liar atau pungli oleh oknum tidak bertanggung jawab di terminal tersebut juga menjadi sorotan. Hari Senin (22/11/2021) ini, Sekretaris Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Inspektur Jenderal Agung Makbul mengecek terminal itu untuk mewanti-wanti jika aksi tersebut masih dilakukan.
”Kami beri semangat kepada para petugas, tetapi kami juga memastikan ada pencegahan-pencegahan supaya jangan terjadi pungutan liar, khususnya ke masyarakat. Masyarakat ini kasihan, perlu perlindungan dan kemudahan dalam mengakses layanan publik,” ujarnya dalam kegiatan sosialisasi dan monitoring di terminal, Senin (22/11/2021).
Makbul mengakui kegiatan pungli tetap terjadi di tempat layanan transportasi kendati jumlah pergerakan penumpang masih jauh dari normal. Aksi seperti meminta biaya layanan melebihi aturan kepada penumpang, menurut dia, masih ditemui di terminal, pelabuhan, dan bandar udara.
”Hampir semua rawan di titik-titik seperti bandara, terminal, dan pelabuhan. Paling banyak di bandara karena penggunanya rata-rata warga kelas menengah atas. Ada yang mengadu ke kami, langsung ditindaklanjuti. Dua bulan lalu, ada kasus pungli antigen di bandara, kami langsung gerak untuk OTT (operasi tangkap tangan) bersama Polda Metro Jaya,” katanya.
Adapun di terminal seperti Terminal Pulo Gebang, aksi pungli saat ini masih minim aduan. ”Selama ini belum ada laporan. Yang ada di kami, agen PO (perusahaan otobus) cari penumpang, jadi rebut-rebutan, seperti itu saja,” ujar Bernard.
Makbul mengingatkan masyarakat agar melaporkan dugaan pungli dalam setiap layanan publik. Ia juga mengimbau agar penyedia layanan publik mempercepat adopsi digitalisasi.
”Kita harapkan semua instansi, kelembagaan, dan kementerian yang punya layanan ke masyarakat pakai digital untuk mengurangi atau mengeliminasi pungutan liar,” ujarnya.
Brigadir Jenderal (Pol) Herukoco dari Inspektorat Pengawasan Umum Polri yang sebelumnya menjabat Inspektur Pengawas Daerah Polda Metro Jaya mengatakan, kepolisian siap membantu masyarakat untuk menindak pelaku pungli.
Di sisi lain, polisi bintang satu tersebut, yang ditemui di lokasi sama, mengatakan, polisi juga terus meningkatkan pencegahan.
”Seperti kasus antigen di bandara, kami lebih pada pencegahan dengan kasih dukungan pelayanan antigen. Kami juga sosialisasi lewat banner-banner yang ada, tindakan memantau situasi oleh pokja intelijen, dan juga imbauan oleh anggota agar masyarakat tidak membayar lebih dan sebagainya,” katanya.