Fasilitas dan teknologi harus disertai gerakan kesadaran menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai karena sungai bukan tong sampah warga.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Program kolaborasi diharapkan membantu dan mengatasi permasalahan sampah sungai di Kota Bekasi, Jawa Barat. Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, bersama Waste 4 Change dan Bekasi River Cleanup, meresmikan fasilitas See Hamster, perahu pemilahan dan pembersih sampah, di Kali Bekasi, Pekayon, Bekasi Selatan.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono mengatakan, kehadiran Bekasi River Cleanup (BRIC) melalui pengadaan fasilitas perahu pembersih sungai See Hamster bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah di Kali Bekasi dengan cara mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah yang terkumpul.
Melalui program BRIC, Tri optimistis, permasalahan sampah di Kali Bekasi perlahan akan berkurang. Kebersihan sungai tidak hanya semata untuk meminimalkan potensi banjir, tetapi menjaga ekologi hingga kualitas mutu air.
Inisiatif dan kegiatan menjaga kebersihaan sungai perlu diangkat ke skala nasional. Keterlibatan dan kolaborasi tidak cukup hanya dari komunitas lokal dan pemerintah daerah. Namun, juga oleh pemerintah pusat dan lembaga lainnya, agar penyelesaian kompleksitas sampah bisa lebih cepat teratasi.
”Kami mengajak seluruh elemen mengambil peran untuk ikut serta menjaga sungai di Bekasi dari hulu sampai hilir. Kegiatan luar biasa ini berawal dari Bekasi dan bisa dikembangkan ke daerah dan sungai lainnya,” ujar Tri dalam keterangan tertulis, Selasa (16/11/2021).
Tri berharap, unsur eksternal ikut terlibat dalam penyelesaian masalah sampah di sungai atau kali yang ada di Kota Bekasi. Tidak hanya di Bekasi, tetapi sungai-sungai di Indonesia harus dinilai sama pentingnya.
Seperti penyelesaian Sungai Citarum, sungai lainnya perlu mendapat perhatian pemerintah pusat serta bantuan rekan-rekan pencinta lingkungan.
”Kolaborasi menciptakan sinergi masyarakat, komunitas, lembaga, hingga pemerintah,” ujar Tri.
Peresmian fasilitas pengelolaan sampah Kali Bekasi berupa sarana pemilahan sampah dan peluncuran dua kapal See Hamster itu, lanjut Tri, merupakan lanjutan dari peresmian kapal See Hamster, yang sebelumnya diluncurkan pada Februari 2021.
Tiga perahu inovatif yang resmi beroperasi di Kali Bekasi memiliki mekanisme yang berbeda. See Hamster pertama memiliki ramp yang berfungsi untuk menarik sampah dari badan air dan batas sungai.
See Hamster kedua dilengkapi dengan keranjang yang dapat naik-turun dan berfungsi untuk menahan serta mengumpulkan sampah saat perahu berjalan.
Adapun, See Hamster ketiga memiliki ban berjalan sistem pemilah yang dapat menarik sampah secara otomatis dari air.
Ketiga perahu See Hamster pabrikan asal Jerman itu bekerja saling melengkapi sehingga diharapkan membantu upaya pemerintah daerah dan komunitas untuk terus menjaga lingkungan dari pencemaran di Kali Bekasi karena timbunan sampah.
Project Manager BRIC Harald Frank melanjutkan, semua perahu berjalan dengan daya panel surya sehingga dinilai ramah lingkungan dan bebas emisi karbon. Perahu-perahu itu memiliki kapasitas pengumpulan 50 kilogram sampai 300 kilogram sampah per hari.
Fasilitas pengelolaan sampah itu juga dilengkapi dengan tempat pemilahan dan penyimpanan sampah sementara serta stasiun pengisian untuk mengisi daya listrik perahu.
”Saya senang, kami telah menyelesaikan persiapan proyek unik ini bersama-sama. Unik karena saat ini tidak ada proyek pembersihan sungai limbah plastik lain yang nol karbon di dunia, perahu dengan motor listrik dan conveyor. Semuanya ditenagai oleh energi surya,” kata Harald, yang bersyukur program itu akhirnya bisa berjalan setelah sempat tertunda karena pandemi.
Sementara itu, pendiri sekaligus Managing Director Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan, tanpa kolaborasi dan komitmen bersama untuk serius dalam mengatasi pencemaran lingkungan, ancaman sampah terus akan mengintai lingkungan Kota Bekasi dan kerugiannya berdampak besar di kemudian hari.
Upaya bersama
Selain Pemkot Bekasi, kolaborasi program sebagai upaya mengatasi permasalah sampah itu juga melibatkan Schwarz Group, One Earth One Ocean (OEOO), Pasukan Katak, dan warga Delta Pekayon Bekasi .
”Peluncuran kapal ini merupakan hasil keprihatinan kita bersama terhadap sampah di sungai Kali Bekasi. Sampah ini tanggung jawab semua pihak, apalagi mengingat isu marine debris (sampah laut yang dihasilkan manusia) yang kita hadapi,” ujarnya.
Junerosano berharap komitmen menjaga lingkungan dari pencemaran sampah juga berlaku untuk semua wilayah. Pengelolaan sampah di Indonesia yang lebih bertanggung jawab harus menjadi keseriusan, agenda prioritas, dan gerakan kolektif semua lapisan warga dan lembaga.
Gerakan kesadaran menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah rumah tangga pun perlu ditingkatkan. Sungai tidak boleh menjadi tong sampah warga. Oleh karena itu, penting untuk pemerintah atau komunitas menyediakan bank sampah atau sarana pembuangan sampah sementara di area perumahan atau kampung yang dilintasi aliran sungai.