Terpapar Covid-19, 400 Tenaga Kesehatan di Kota Bogor Jalani Isolasi
Semakin banyak warga terpapar Covid-19 semakin kesulitan mendapatkan perawatan karena tenaga kesehatan pun bertumbangan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, sebanyak 400 tenaga kesehatan di Kota Bogor terpapar Covid-19. Tanpa kesadaran bersama menjaga protokol kesehatan, pelayanan kesehatan hanya akan bertambah timpang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Kamis (22/7/2021), mengatakan, selama pelaksanaan PPKM darurat sejak 3 Juli lalu, tercatat peningkatan 29.000 kasus. Saat ini, 400 tenaga kesehatan yang terpapar menjalani isolasi mandiri.
”Nakes kelelahan, imun turun sehingga mudah terpapar. Dengan peningkatan kasus, isoman jadi tanggung jawab puskesmas untuk memantau, kolaborasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) lewat telemedicine. Itu salah satu upaya kami agar pelayanan kesehatan terus berjalan,” tutur Retno.
Seiring tren peningkatan kasus selama PPKM darurat, tenaga kesehatan memiliki beban kerja ganda karena secara bergantian mengantikan tugas teman-teman tenaga kesehatan lainnya yang satu per satu bertumbangan. Otomatis jam kerja mereka pun terus bertambah.
Pada saat masih harus melakukan pelayanan kesehatan dan upaya perawatan pasien Covid-19, kekurangan tenaga kesehatan dikhawatirkan menganggu penanganan keseluruhan Covid-19. Oleh karena itu, jika pengendalian kasus positif harian tidak bisa ditekan maksimal dengan kepatuhan protokol kesehatan ketat, akan semakin banyak warga yang terpapar. Mereka akan kesulitan mendapatkan perawatan karena nakes terus berkurang.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir menuturkan, selain terus bertambahnya tenaga kesehatan yang terpapar, kondisi saat ini di ruang isolasi dewasa sudah penuh dan ketersediaan oksigen juga masih belum teratasi sepenuhnya. Banyaknya pasien yang masuk dalam keadaan kritis membuat suplai oksigen cepat habis.
”Pasien yang datang ke RSUD saturasi sudah 70 persen, sudah berat. Bahkan, di ICU sendiri daftar tunggu sudah 31 antrean. Dengan adanya RS lapangan, kami kira dapat membackup ICU, ternyata masalahnya di oksigen juga terbatas. Lebih baik akan kami tangani semampu kami. Untuk pasokan oksigen, kami maksimalisasi generator oksigen dari kemenkes dan banprov,” kata Ilham.
Kebutuhan oksigen di RSUD Kota Bogor setidaknya lebih dari 4,8 ton per hari untuk menangani pasien Covid-19. Di RSUD Kota Bogor juga memerlukan 210 tabung oksigen berukuran 6 meter kubik.
Pasien Covid-19 dengan gejala berat rata-rata perlu pemakaian oksigen hampir 5 ton per hari. Pasien dalam kondisi sangat berat, kebutuhan oksigen bukan lagi 5 liter per menit, tetapi minimal sudah 15 liter per menit. Oksigen menjadi salah satu penanganan yang paling penting.
Saat mengumumkan perpanjangan PPKM darurat, Rabu (21/7/2021), Wali Kota Bima Arya mengatakan, kebutuhan tabung oksigen belum aman atau masih dalam kebutuhan mendesak. Saat ini, satgas membangun sistem distribusi tabung oksigen agar kebutuhan itu bisa segera terpenuhi. Setiap sore, tim satgas menerima laporan ketersediaan tabung oksigen oleh 21 rumah sakit rujukan.
Jika ada rumah sakit yang masuk kategori tidak aman, tim satgas akan langsung bergerak untuk memasok tabung. Sejauh ini, bantuan pemenuhan oksigen di Kota Bogor dari PT Krakatau Steel dan Tanoto Foundation. Selasa lalu, Kota Bogor juga baru mendapatkan bantuan 100 tabung oksigen konsentrator dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.
”Upaya lainnya, kami bersama IPB akan menginisiasi untuk memproduksi oksigen konsentrator yang akan diproduksi secara massal. Ada juga klan oksigen konsentrator yang kapasitasnya bisa memproduksi 50 tabung oksigen per hari. Semoga lancar,” kata Bima.
Dalam pertemuan bersama Presiden Joko Widodo pada Rabu sore, Bima juga menyampaikan perkembangan kasus hingga penanganan hulu dan hilir yang harus diperkuat guna menekan kasus di Kota Bogor. Penanganan hilir yang dibahas adalah kebutuhan tabung oksigen.