Merawat Bumi dan Hidup Sehat dengan Pertanian Perkotaan Organik
Model pertanian organik di perkotaan dapat dikembangkan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Hasil pertanian organik juga jauh lebih sehat karena terhindar dari kontaminasi zat kimia.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
Kompas/Hendra A Setyawan
Proses transplanting di Sabacotta, Cinere, Depok, Jawa Barat, Rabu (3/3/2021). Sabacotta menggabungkan pertanian perkotaan dengan teknologi.
JAKARTA, KOMPAS — Model pertanian organik di perkotaan dapat dikembangkan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Di sisi lain, hasil pertaniannya juga jauh lebih sehat karena terhindar dari kontaminasi zat kimia pupuk dan pestisida.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan dan Latihan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Pusat Fajar Wiryono, penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian sering kali menyisakan dampak buruk bagi lingkungan. Penggunaan secara masif dapat menyebabkan unsur hara tanah terkikis sehingga tidak lagi subur.
”Pupuk kimia ini bersifat panas sehingga membuat tanah cepat mengeluarkan air. Akibatnya, tanah menjadi keras dan retak-retak,” katanya dalam webinar bertema ”Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Upaya Kemandirian Pangan dan Penyelamatan Bumi”, Selasa (20/4/2021). Webinar ini diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dalam rangka peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2021.
Di sisi lain, penggunaan pupuk dan pestisida kimia juga dapat menurunkan kualitas hasil pertanian. Sisa-sisa zat kimia pestisida dapat tersimpan dalam bahan pangan sehingga membahayakan jika dikonsumsi.
Menurut Fajar, hasil pangan yang sehat dan ramah lingkungan sebenarnya bisa didapatkan melalui pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pertanian organik ini juga bisa dikembangkan untuk model urban farming atau pertanian perkotaan.
”Petani bisa membuat pupuk dan pestisidanya sendiri. Hasil pertaniannya juga akan lebih sehat,” katanya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sejumlah anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) RW 001 Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, berkegiatan bersama yang bertepatan dengan peringatan Hari Gizi Nasional di lahan pertanian mereka, Senin (25/1/2021).
Fajar mengatakan, ada beberapa prinsip dasar dalam budidaya pertanian organik. Lokasi kebun harus bebas dari kontaminasi bahan kimia sintetik. Di sisi lain, varietas tanaman yang dipilih harus bisa beradaptasi di daerah perkotaan sekaligus tidak mencemari lingkungan.
Selanjutnya, pola tanamnya harus mengedepankan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air. ”Hari ini kita tanam kangkung, setelah panen kita tanam bayam, kemudian diubah lagi. Jangan monoton hanya menanam satu jenis tanaman,” katanya.
Menurut Fajar, pestisida kimia bisa diganti dengan pestisida organik yang dibuat sendiri. Untuk mengusir hama semut yang tidak kuat panas, misalnya, bisa menggunakan cabai atau jahe. Untuk mengusir lalat bisa menggunakan tanaman hias agar mendatangkan kumbang.
”Prinsip pertanian organik bukan memusnahkan hama, tetapi mengusirnya,” ujarnya.
Menurut dia , pertanian organik juga dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam tanah yang penting untuk konservasi lingkungan. Pada saat bersamaan, keseimbangan ekosistem secara otomatis juga akan terjaga.
Fajar mengklaim kandungan gizi dari hasil pertanian organik 5-10 kali lebih baik dibandingkan hasil pertanian non-organik. Untuk tanaman tomat organik, misalnya, memiliki kadar kalsium 23 miligram per 100 gram. Sementara untuk tomat non-organik hanya mengandung 5 miligram kalsium per 100 gram.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Warga yang tergabung dalam anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) RW 01 Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, berkegiatan di lahan pertanian mereka, Senin (25/1/2021). Kegiatan tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Gizi Nasional.
Karena itu, tidak mengherankan jika bahan pangan dari hasil pertanian organik nilai jualnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan pertanian non-organik. Hal ini bisa disiasati dengan menanam secara mandiri dengan model pertanian perkotaan.
”Pertanian perkotaan ini hanya memindahkan pertanian organik di perdesaan ke perkotaan. Lahan yang tadinya berhektar-hektar diubah menjadi beberapa meter persegi,” kata Fajar.
Beberapa teknik yang bisa dikembangkan di lahan perkotaan terbatas, misalnya, vertikultur, hidroponik, aquaponik, hingga wadah pot. Sementara media tanam yang bisa dipakai adalah cocopeat pasir malang, pupuk kandang, kompos daun, arang bakar, dan sekam.
Jenis tanaman yang bisa dikembangkan adalah sayuran, tanaman obat, hingga tanaman hias. Sayuran yang bisa beradaptasi dengan kawasan perkotaan, di antaranya selada, terong, tomat, dan cabai.
Manfaat ekologi
Menurut Kepala Sekolah Indonesia Berkebun Ida Amal, warga sering kali tidak menyadari jika aktivitas pertanian perkotaan yang mereka kembangkan sangat berkontribusi dalam penyelamatan bumi. Selain memberikan manfaat ekonomi berupa hasil pangan, pertanian perkotaan juga memberikan manfaat ekologi.
”Semakin banyak tanaman yang ditanam, maka semakin banyak oksigen yang diproduksi. Hal ini dapat mengurangi lubang ozon dan mengurangi pemanasan global,” katanya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara kawasan Agro Edukasi Wisata Ragunan di Jakarta Selatan, Minggu (27/12/2020).
Jika pertanian perkotaan dilakukan menggunakan media tanah, dapat menghindari erosi dan mengontrol pencemaran air tanah. ”Sering kali kita menjumpai air tanah bercampur dengan air payau,” ujarnya.
Ida menambahkan, warga juga dapat memanfaatkan sampah rumah tangga untuk pupuk kompos koleksi tanaman di rumah. Manfaatnya, timbunan sampah menjadi berkurang.
Direktur Program dan Pengembangan Indonesia Food & Agriculture Council (IFAC) Imam Rulyawan mengungkapkan, permasalahan pertanian saat ini bukan karena sempitnya lahan, melainkan banyaknya lahan yang tidak produktif. Di beberapa daerah banyak lahan yang tidak lagi subur.
”Tanah tersebut ditanami apa pun sulit. Di Banten kami pernah bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk merevitalisasi lahan di sana,” katanya.