Revitalisasi Sungai dan Bangun Embung Target Pemkot Bekasi
Kota Bekasi berusia 24 tahun pada 10 Maret 2021. Pembangunan di daerah difokuskan pada pengendalian banjir, pandemi, dan pemulihan ekonomi.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pengendalian banjir menjadi prioritas pembangunan Pemerintah Kota Bekasi tahun 2021. Prioritasnya revitalisasi sungai, pelebaran badan sungai, dan pembangunan embung.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-24 Kota Bekasi, Rabu (10/3/2021), mengatakan, masalah banjir di Kota Bekasi hanya bisa diatasi dengan revitalisasi sungai dan pembangunan polder atau embung. ”Sungai-sungai yang berubah fungsi (dikembalikan) dengan restoratif justice. Kemudian yang kedua dengan membangun long storage (pembuatan polder atau embung),” kata Rahmat di Plaza Pemerintah Kota Bekasi.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi Arief Maulana saat dihubungi terpisah mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi sudah menyiapkan anggaran pengendalian banjir untuk merawat dan menormalisasi berbagai saluran air di wilayah Kota Bekasi. Anggaran pemeliharaan sungai yang disiapkan Rp 50 miliar.
”Kami juga sedang merencanakan untuk penanggulangan banjir yang akan dilakukan pada 2022. Berdasarkan fenomena yang terjadi terkait banjir yang beberapa kali terjadi, persoalannya hampir sama, yaitu kapasitas sungai yang sudah tidak bisa menampung debit air,” kata Arief.
Arief menambahkan, salah satu percontohan penanganan banjir di Kota Bekasi yang sedang berjalan saat ini adalah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cakung. Model pengendalian banjir di DAS Cakung akan jadi rujukan mengendalikan banjir di sembilan DAS lain yang melintasi wilayah Kota Bekasi.
Di Kali Cakung Pemerintah Kota Bekasi dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) akan terlebih dahulu mengembalikan lebar sungai yang saat ini hanya selebar 6 meter. Lebar Kali Cakung akan dikembalikan ke lebar semula, yakni 18 meter.
”Jika lebarnya dikembalikan, ini tidak hanya mengembalikan badan sungai, tetapi juga berfungsi sebagai long storage (area tangkapan air). Berdasarkan hasil kajian, badan Kali Cakung bisa dikembalikan minimal 12 meter,” ucap Arief.
Setelah pelebaran, langkah lanjutan yang dibutuhkan adalah tempat penampung air berupa embung atau polder. Rencana pelebaran dan pembangunan embung akan dikerjakan bersama dengan pihak BBWSCC.
”Bersama BBWSCC kami kolaborasi. Misalnya, Pemkot Bekasi membantu menertibkan bangunan. Konsep ini juga akan sama untuk sembilan DAS lain,” katanya.
Pengendalian masalah banjir di Kota Bekasi kian mendesak lantaran daerah itu berulang kali dilanda banjir pada 2020 dan 2021. Pada 2021, tepatnya 8 Februari, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, hujan deras yang terjadi mengakibatkan 11 wilayah kecamatan di Kota Bekasi terendam banjir. Banjir itu akibat luapan Kali Bekasi dan banjir lokal.
”Banjir, menurut data, ada di 94 titik yang tersebar di 11 kecamatan. Artinya, hanya satu kecamatan di Jatisampurna yang tidak terdampak,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Bekasi Agus Harpa (Kompas, 9/2/2021).
Kesehatan
Rahmat menambahkan, di usia Kota Bekasi yang ke-24, pemerintah daerah masih fokus mengendalikan pandemi Covid-19. Langkah pengendalian itu akan diselaraskan dengan upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah.
”Pengendalian pandemi dengan ekonomi itu harus sejalan. Tujuannya supaya ekonomi hidup sehingga tidak banyak fluktuasi sosial,” kata Rahmat.
Di Kota Bekasi, selama satu tahun terakhir, akumulasi kasus Covid-19 di daerah itu mencapai 36.810 kasus. Rinciannya, 1.737 kasus dalam perawatan, 34.591 kasus sembuh, dan 482 kasus meninggal.
Selain pengendalian pandemi, Rahmat mengatakan, selama dua tahun ke depan, pihaknya menargetkan memiliki 56 puskesmas. Sejauh ini sudah ada 47 puskesmas yang dibangun pemerintah daerah.