Banjir merendam sejumlah perumahan di Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Hujan deras di hulu Sungai Cileungsi mengakibatkan air Sungai Bekasi meluap dan merendam perumahan di sekitarnya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sejumlah perumahan di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (25/10/2020), terendam banjir akibat luapan air Sungai Bekasi. Banjir disebabkan hujan deras yang turun berjam-jam di hulu. Saat ini, ketinggian air di sejumlah perumahan dilaporkan sudah mulai surut.
Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menyebut, perumahan yang terendam sejak Minggu pagi di antaranya Perumahan Vila Jatirasa, Jaka Kencana, Vila Nusa Indah, dan Pondok Gede Permai (PGP).
Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kota Bekasi Suhendra mengatakan, banjir paling parah melanda Perumahan PGP dan Vila Jatirasa. Di PGP, ketinggian air tertinggi mencapai 100 sentimeter, sedangkan di Vila Jatirasa 190 sentimeter. Kini, ketinggian air di PGP sudah surut dari 100 sentimeter menjadi 40 sentimeter. Demikian pula di Vila Jatirasa, ketinggian air saat ini mencapai 160 sentimeter.
”Kondisinya saat ini, ketinggian air sudah mulai surut. Belum surut total. Tapi, beberapa warga terpantau mulai kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan lumpur dan sampah,” kata Suhendra ketika dihubungi.
Jumlah warga yang mengungsi di PGP mencapai sekitar 80 orang, sedangkan di Vila Jatirasa diperkirakan 100 orang lebih. Beberapa warga memilih tidak mengungsi dan bertahan di rumah. Mereka berdiam di lantai atas rumah. Kendati demikian, petugas BPBD telah mengevakuasi warga yang merupakan kelompok prioritas, seperti ibu hamil, warga lanjut usia, dan anak-anak.
BPBD Kota Bekasi juga telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bekasi terkait penyiagaan petugas kesehatan dan ambulans. Upaya ini mengantisipasi agar warga terdampak banjir tidak terkena penyakit. Petugas BPBD yang diterjunkan mencapai 40 orang. Mereka disebar ke sejumlah lokasi banjir di Kota Bekasi. Adapun total ada 15 perahu penyelamat yang digunakan untuk mengevakuasi warga.
Selain itu, petugas membagikan masker kepada warga karena banjir terjadi di tengah situasi pandemi Covid-19.
Suhendra menjelaskan, banjir di Kota Bekasi akibat dari hujan deras di hulu Sungai Cileungsi pada Sabtu (24/10/2020). Hujan turun sejak pukul 19.00 hingga 24.00. Akibat curah hujan tinggi dan berlangsung selama berjam-jam, tinggi muka air di hulu Cileungsi sempat mencapai 5 meter lebih.
Air dari hulu Sungai Cileungsi mengalir hingga Sungai Bekasi. Menurut dia, luapan air dari Sungai Cileungsi tidak dapat tertampung sepenuhnya di Sungai Bekasi yang sudah mengalami pendangkalan. Pada saat itulah air meluap dan merendam sejumlah perumahan di sempadan sungai, termasuk Perumahan PGP. Sejak 2015 hingga saat ini, setiap musim hujan, banjir selalu merendam Perumahan PGP yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Bekasi.
”Antisipasinya, kami harus mendirikan tenda dan posko kalau semisal nanti malam ada hujan deras lagi,” katanya.
Di Kabupaten Bekasi, banjir merendam sejumlah kawasan dan permukiman di Kecamatan Babelan dan Tambun Utara. Salah satu perumahan yang terkena banjir adalah Perumahan Bumi Anugrah Sejahtra di Kelurahan Babelan.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bekasi Muhammad Said, ada 17 keluarga yang terdampak banjir di Desa Satria Mekar, Tambun, dan 175 keluarga di Kelurahan Babelan. Rumah yang terendam banjir di Kelurahan Babelan sebanyak 153 unit.
”Banjir disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga Sungai Bekasi meluap,” kata Said.
Sejauh ini, petugas BPBD Kabupaten Bekasi telah dikerahkan ke lokasi banjir untuk mengevakuasi warga. Said mengatakan masih terus mendata jumlah korban banjir. Saat ini, luapan air dari Sungai Bekasi masih terus terjadi sehingga menyebabkan akses jalan terputus.
Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal menyampaikan, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La Nina sedang berkembang.
La Nina kuat memicu peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normal. Peningkatan curah hujan pada awal musim hujan yang disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor.