Curi Start Mudik Naik Kereta Api demi Hindari Puncak Arus Mudik
Mereka mudik lebih awal demi menghindari kepadatan puncak arus mudik. Sebagian lain terpaksa karena tak kebagian tiket.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO
Para penumpang kereta api mengantre masuk ke ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024). Gelombang arus mudik Lebaran dari Jakarta mulai terlihat dan kereta api masih menjadi angkutan umum primadona bagi masyarakat untuk pulang ke kampung halaman.
JAKARTA, KOMPAS — Pemudik mulai memadati dua stasiun kereta api di Jakarta, yaitu Pasar Senen dan Gambir, untuk mudik lebih awal. Mereka melakukannya demi menghindari gelombang arus mudik yang diprediksi mulai pada tanggal 5 April 2024 dan mencapai puncaknya pada 7 April. Sebagian yang lain terpaksa pulang kampung sekarang karena tidak kebagian tiket mendekati Idul Fitri 1445 Hijriah.
Situasi di dua stasiun besar Jakarta ini per Kamis (28/3/2024) mulai terlihat ramai pemudik. Mereka berdatangan dengan koper dan tas-tas besar penanda akan pergi lama dari Ibu Kota. Tak lupa, kardus berisi oleh-oleh pun dibawa untuk sanak saudara di kampung halaman.
Mirza Sena (34) bersama istri dan ketiga anaknya sengaja memilih tanggal keberangkatan hari ini demi menghindari kepadatan arus mudik. Keluarga muda ini memulai perjalanan dari perantauan di Palu, Sulawesi Tengah, naik pesawat ke Jakarta pada pagi hari. Setelah itu, mereka transit ke Stasiun Pasar Senen guna menaiki Kereta Api Brantas menuju Cirebon, Jawa Barat, pukul 13.30. Tiba di Cirebon, mereka melanjutkan perjalanan darat menuju kampung halaman di Kuningan.
Mending berangkat sekarang saja, untung bos baik, dibolehin WFH ( work from home).
Alasan mereka mudik lebih awal demi perjalanan yang nyaman bagi ketiga buah hatinya agar tidak perlu berdesakan saat puncak arus mudik. Beruntung, Mirza juga sedang ditugaskan dinas ke Jakarta sehingga ia bisa mengantarkan keluarganya mudik terlebih dahulu. Anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar juga sudah libur sekolah mulai Senin kemarin.
”Kalau mudik awal ini lebih gampang, tidak terlalu ramai. Anak-anak juga jadi enggak terlalu rewel di jalan. Pas kebetulan ada kerjaan di Jakarta nanti H-5 Lebaran. Jadi, antar mereka pulang dulu, baru saya kerja lagi ke Jakarta,” kata Mirza di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024).
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO
Mirza Sena (34) bersama keluarga duduk di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024), sebelum mudik ke kampung halaman di Kuningan, Jawa Barat.
Menurut Mirza, proses berburu tiket mudik Lebaran tahun ini tidak terlalu rumit. Strategi mereka ialah mengamankan tiket kereta api terlebih dahulu, baru membeli tiket pesawat. Alasannya, karena berburu tiket kereta api lebih sulit daripada pesawat.
Harga tiket kereta api dan pesawat pun dirasa masih sesuai dengan harga normal, tidak ada kenaikan yang signifikan karena masa mudik. Karyawan swasta ini tidak perlu merogoh kocek lebih dalam dari dana yang mereka alokasikan.
”Kemarin kami war tiket kereta dulu, baru berani beli tiket pesawat. Beli lima tiket kereta yang duduk berdekatan lumayan susah Lebaran ini. Untungnya dapat dan harganya masih sesuai,” ucapnya.
Berbeda dengan Mirza, Aulia Rahma (30) terpaksa mudik lebih awal karena kesulitan mendapatkan tiket kereta api pada periode puncak arus mudik. Akhirnya, dia membeli tiket pulang ke Yogyakarta pada Jumat (29/3/2024) dari Stasiun Gambir.
Karyawan swasta di Jakarta Selatan ini kemudian mengajukan bekerja dari rumah kepada kantornya selama sepekan untuk mudik lebih awal dan dilanjutkan dengan cuti selama satu minggu setelah Lebaran. Kantornya pun mengabulkan dan dia mulai bersiap untuk mudik besok.
”Susah sekali cari tiket, sudah habis semua. Jadi, mending berangkat sekarang aja. Untung bos baik dibolehin WFH (work from home),” ucap Aulia.
Memecah arus mudik
Keluarga Mirza dan Aulia termasuk yang mengikuti imbauan pemerintah agar mudik lebih awal demi mengurai kepadatan arus mudik. Sebab, survei potensi pergerakan orang saat Lebaran 2024 oleh Kementerian Perhubungan memprediksi sebanyak 193,6 juta orang akan mudik.
Angka ini meningkat dari proyeksi tahun sebelumnya, yakni 123,8 juta orang. Peningkatan dipengaruhi tidak ada lagi pembatasan pergerakan terkait pandemi Covid-19, perekonomian yang mulai membaik, cuti bersama, liburan anak sekolah, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana transportasi, serta prakiraan kondisi cuaca.
”Sebagian anak-anak yang sudah libur bisa mudik lebih awal, dan juga seperti tahun lalu kiranya tidak menggunakan motor karena sangat bahaya. Gunakan program mudik gratis dengan baik,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (25/3/2024).
Survei ini juga menunjukkan, kereta api masih menjadi moda angkutan umum primadona bagi para pemudik. Sebanyak 20,3 persen atau 39,32 juta orang memilih mudik dengan kereta api. Disusul bus 19,4 persen, mobil pribadi 18,3 persen, dan sepeda motor 16,07 persen.
Tiket masih tersedia
PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat, hingga Kamis, 28 Maret 2024, tiket kereta api jarak jauh pada periode H-10 sampai dengan H+10 (31 Maret-21 April 2024) sudah terjual 59 persen atau 1.922.450 tiket dari 3.283.204 tiket yang disediakan untuk angkutan Lebaran. Tiket mudik paling banyak terjual pada 6 April (H-4), sebanyak 127.256 tiket. Adapun tiket arus balik paling banyak terjual pada 14 April (H+3), sebanyak 120.991 tiket.
”Jumlah tiket yang terjual ini akan terus meningkat karena penjualan masih berlangsung,” kata Kepala Humas KAI Joni Martinus.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Seorang petugas peron memberi izin keberangkatan Kereta Api Argo Dwipangga dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (27/12/2023). Sejak 13 Desember 2023, Argo Dwipangga menggunakan kereta new generation buatan PT Inka, baik di kelas luxury maupun eksekutif.
Sementara itu, lima relasi KA favorit pemudik adalah KA Airlangga relasi Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi, KA Sri Tanjung relasi Lempuyangan-Ketapang, KA Bengawan relasi Pasar Senen-Purwosari, KA Pasundan relasi Kiaracondong-Surabaya Gubeng, dan KA Kahuripan relasi Kiaracondong-Blitar.
Pada angkutan Lebaran 2024 ini, total terdapat 8.678 perjalanan kereta api jarak jauh dan lokal atau rata-rata 394 perjalanan KA per hari. Jumlah total perjalanan KA tersebut sudah termasuk 1.242 perjalanan KA tambahan yang terdiri dari 1.154 perjalanan KA jarak jauh tambahan dan 88 perjalanan KA lokal tambahan.