Kemampuan mengelola keuangan bulanan penting dikuasai guna menggapai kesejahteraan di masa pensiun. Kebiasaan dan sikap dalam mengatur dan mengambil keputusan jadi poin penting mengelola anggaran bulanan.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Percaya atau tidak, salah satu poin penting yang dapat membawa kesejahteraan di masa pensiun seseorang adalah hadirnya good money habit. Istilah ini adalah sebuah kebiasaan dan sikap seseorang dalam mengatur pola pikir, menata hidup, dan mengambil keputusan terkait aspek keuangan. Salah satu good money habit penting yang perlu dipahami adalah kemampuan mengelola keuangan bulanan berdasarkan anggaran.
Dalam pengelolaan keuangan, saya banyak mendapati masyarakat berkonsentrasi penuh pada cara menumbuhkan kekayaan alias berinvestasi. Padahal, tanpa didahului oleh tata kelola anggaran bulanan yang baik, maka investasi pun bisa menjadi tidak optimal. Berapa pun penghasilan yang diterima oleh rumah tangga sebaiknya dapat dikelola untuk berbagai kebutuhan hidup.
Lantas, bagaimana dengan nasib pekerja dengan penghasilan setara upah minimum provinsi (UMP). Artinya, keluarga itu perlu membuka keran-keran penghasilan tambahan melalui pasangan yang juga turut bekerja, memulai usaha dari rumah, ataupun berdagang. Lalu, mengapa masih sering gagal dalam menerapkan anggaran bulanan?
Kesalahan terbesar saat menyusun anggaran adalah tidak sesuai dengan status kehidupan dan tidak realistis. Anggaran rumah tangga sebenarnya adalah sebuah rencana pengeluaran untuk suatu periode yang harus juga mempertimbangkan faktor sumber penghasilannya.
Apabila sumber pemasukan datangnya konsisten setiap bulan, anggaran juga disusun bulanan. Namun, apabila sumber pemasukan datangnya mingguan, misalnya, anggaran juga harus dipecah per minggu supaya bisa lebih mudah.
Faktor berikutnya adalah tidak menyesuaikan dengan kondisi nominal pemasukan uang. Sepuluh persen dari gaji Rp 3 juta pasti akan berbeda hasilnya dengan gaji Rp 50 juta per bulan.
Itu sebabnya, di tulisan kali ini, saya akan membagikan tiga metode dasar dalam mengelola anggaran yang dapat dipilih sesuai kondisi masing-masing rumah tangga. Secara umum, semua metode ini masih menggunakan alokasi persentase atas penghasilan karena, selain lebih mudah diukur, juga sesuai aturan beberapa agama.
Pertama, anggaran untuk rumah tangga yang berpenghasilan setara UMP dan di bawahnya. Berdasarkan literasi yang ada, UMP sebenarnya ditujukan untuk hidup layak bagi satu atau maksimal dua orang. Dengan demikian, apabila sebuah rumah tangga memiliki lima tanggungan, misalnya, mengandalkan UMP semata memang menjadi tantangan sehingga anggota keluarga lain diharapkan dapat bekerja atau wirausaha.
Secara umum, pembagian alokasi untuk penghasilan setara UMP adalah 75 persen untuk berbagai komitmen dan kebutuhan hidup utama, sedangkan 25 persennya sebaiknya dikumpulkan sebagai dana cadangan pengeluaran tak terduga dan menabung. Pahami, saat penghasilan terbatas, maka cicilan gawai tambahan bukan sebuah kebutuhan hidup utama.
Kedua, metode pos pengeluaran untuk rumah tangga yang memiliki penghasilan lebih besar dari standar UMP. Keluarga muda, lajang, dan mereka yang memiliki tanggungan hingga tiga orang dapat menerapkan metode pembagian pengeluaran untuk tiga pos, yaitu biaya hidup utama (living); pos dana darurat, menabung, dan investasi untuk tujuan keuangan (saving); dan pos untuk tambahan kenikmatan hidup (playing).
Cicilan pinjaman rumah, misalnya, merupakan bagian dari biaya hidup utama. Alokasi pembagiannya dapat menggunakan konsep 50:30:20 dari pemasukan. Dengan demikian, misalnya gaji bulanan adalah Rp 10 juta, usahakan hanya maksimal menggunakan Rp 5 juta untuk membiayai pengeluaran biaya hidup.
Ketiga, metode paling seimbang yang diperkenalkan di media sosial @zapfinance dengan konsep ZAPFIN. Secara umum, saat pemasukan sudah jauh di atas UMP, maka kehidupan yang seimbang juga dapat dijalankan.
Metode ZAPFIN mengingatkan pengelolaan untuk hidup hari ini, hidup nanti, dan hidup di masa depan. Zakat untuk pengeluaran wajib sesuai nilai agama serta sedekah dan bantuan sosial. Assurance adalah alokasi yang ditujukan untuk dana darurat dan iuran premi asuransi penting seperti kesehatan. Present consumption adalah alokasi untuk biaya hidup normal yang layak, tetapi bukan kemewahan. Apabila ada cicilan pinjaman, maka harus dapat disesuaikan dengan pos alokasi untuk biaya hidup.
Future spending adalah alokasi untuk pengeluaran kebutuhan dan keinginan yang masih akan terjadi beberapa tahun lagi. Misalnya, menabung untuk liburan sekolah tahun depan, mengumpulkan dana untuk membeli kendaraan, dan lainnya. Adapun investment adalah alokasi untuk investasi bagi kehidupan di masa depan. Cirinya, kebutuhan dan keinginan itu ditujukan untuk jangka waktu di atas lima tahun atau bahkan lebih. Dana pensiun masa depan dan dana kuliah anak yang masih balita akan masuk ke dalam alokasi ini. Untuk alokasi pembagiannya dapat menggunakan pedoman 5:10:60:25. Apakah aturan ini baku? Tentu tidak. Apabila kebutuhan hidup tidak perlu mencapai 60 persen dari pemasukan, sebaiknya dialihkan untuk investasi.
Apa pun metode pengelolaan yang dipilih, syarat utama adalah adanya pembagian rekening yang jelas agar penggunaan tidak bercampur aduk. Untuk menabung dan berinvestasi, misalnya disarankan untuk menggunakan bantuan fasilitas transfer otomatis dari rekening pemasukan ke rekening dana investor. Dengan demikian, saya sarankan setiap rumah tangga memulai dengan pembagian tiga rekening keuangan. Jadi, mana yang sesuai untuk Anda?