Foto-memfoto sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Sejak revolusi fotografi Kodak, yang ditandai dengan dipasarkannya kamera Kodak Brownie, kegiatan foto-memfoto mulai mendunia. Terlebih sejak revolusi fotografi kedua, yang ditandai dengan memasyarakatnya fotografi berbasis teknologi digital yang terintegrasi dengan gawai dan informasi teknologi, fotografi semakin intim dengan miliaran manusia di muka bumi.
Terbukanya akses fotografi bagi semua lapisan masyarakat menghasilkan banyak corak, motivasi, pendekatan, dan fungsi yang tampak pada hasil foto. Itu terjadi berkat karakteristik manusia sebagai makhluk budaya yang tidak pernah puas dan selalu melakukan berbagai pengembangan terhadap apa yang dimilikinya. Fotografi yang awalnya digunakan sebagai media penggambaran, media pemindahan alam nyata tiga dimensional menjadi citra dua dimensi yang realistik, terus dioptimalkan dengan berbagai cara pandang.
Boleh dikata, pada masa awal kelahirannya, fotografi dipandang sebagai alat menggambar yang akurat, perekaman visual yang memanfaatkan asas-asas dalam ilmu fisika dan kimia. Misalnya, fotografi pada masa lalu sempat dinobatkan sebagai alat perekam kenyataan yang obyektif, faktual, dan tak terbantahkan. Pendek kata, semua yang terfoto adalah realitas.