Sebagian pasangan yang sudah menikah menginginkan keturunan, tetapi kesulitan. Program bayi tabung pun dapat jadi solusi. Dengan persentase keberhasilan 30-40 persen, program ini perlu disiapkan matang-matang.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat keberhasilan program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) berkisar 30-40 persen. Dengan persentase tersebut, berbagai persiapan mesti dilakukan agar hasilnya optimal. Persiapan itu mulai dari kemampuan finansial, kesehatan calon ibu dan ayah, hingga kesiapan mental.
”Secara umum, tingkat kesuksesan program bayi tabung di dunia 30-40 persen. Karena itu, perlu edukasi mendalam untuk menyiapkan pelaksanaan program ini,” kata General Manager Medical Business and Operations PT Morula Indonesia dokter Azhar Nurbahri, di Jakarta, Kamis (2/6/2022). Morula Indonesia merupakan klinik fertilitas yang berbasis di Jakarta.
Menurut dia, sebagian pasangan yang sudah menikah ingin memiliki keturunan, tetapi kesulitan. Program bayi tabung pun dilirik sebagai solusi. Morula Indonesia mencatat, rata-rata pertumbuhan pasien di klinik mereka 30 persen per tahun. Adapun jumlah pasien mereka selama 24 tahun terakhir mencapai 100.000 orang.
Biaya program bayi tabung masing-masing pasangan tidak bisa disamakan.
Sulitnya mengalami kehamilan bisa terjadi karena gangguan kesuburan atau infertilitas. Pasangan disebut mengalami infertilitas jika melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi, tapi belum mendapat kehamilan. Infertilitas dapat terjadi pada orang yang belum pernah hamil serta pada orang yang sudah pernah hamil, tapi kesulitan di kehamilan selanjutnya (Kompas.id, 10/2/2021).
Gangguan kesuburan bisa terjadi pada laki-laki ataupun perempuan. Pada laki-laki, infertilitas bisa terjadi karena kualitas sperma yang buruk. Gangguan lain pada sperma, misalnya dari segi jumlah, bentuk, kemampuan gerak sperma, ataupun materi genetik.
Infertilitas pada perempuan bisa terjadi karena masalah pada rahim serta adanya sumbatan atau infeksi pada saluran indung telur. Perempuan dengan endometriosis dan sindrom ovarium polikistik (PCOS) juga berpotensi mengalami infertilitas.
Gangguan kesuburan juga dapat disebabkan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok. Faktor lain, yaitu usia pasangan karena berkaitan dengan masa subur. Itu sebabnya calon ayah dan calon ibu mesti diperiksa kesehatannya sebelum mengikuti program bayi tabung.
Keberhasilan program bayi tabung perlu didukung sejumlah hal, termasuk usia calon ibu. Menurut penelitian Perhimpunan Fertilitasi in Vitro Indonesia (Perfitri) terhadap 12.000 program bayi tabung, tingkat keberhasilan program ini semakin tinggi jika dilakukan pada usia di bawah 35 tahun. Sebaliknya, peluang kehamilan menurun ketika usia bertambah. Penelitian ini dilakukan pada 2018.
Program bayi tabung berkembang di Barat pada 1970-an. Program ini mendapat pro dan kontra dari berbagai kalangan di masa itu. Di satu sisi, program bayi tabung dapat menjadi solusi bagi pasangan yang sulit hamil, tetapi menginginkan keturunan. Di sisi lain, program ini dinilai melewati batas kewajaran. Kesehatan anak yang lahir dari program bayi tabung juga sempat dikhawatirkan di zaman itu.
Kompas mencatat perempuan bernama Louise Brown yang lahir pada 1978 sebagai bayi tabung pertama di Inggris. Ia disebut ”bayi abad ini” serta mendapat sorotan media nasional dan internasional. Setelahnya, beberapa bayi dari program serupa pun lahir. Kini, program bayi tabung telah berkembang.
Azhar mengatakan, pasangan yang berencana melakukan program bayi tabung agar segera berkonsultasi dengan dokter. Pasangan yang memiliki gangguan kesehatan mesti diobati lebih dulu. Setelahnya, kesehatan pasangan akan dipantau. Mereka diminta untuk menjaga gaya hidup sehat, makan makanan bergizi, tidak merokok, serta menghindari stres dan lelah.
”Siapkan mental juga dan jaga ekspektasi. Yang terpenting adalah baik dokter maupun pasangan melakukan upaya terbaik,” kata Azhar.
Persiapan finansial juga diperlukan. Menurut penelusuran di internet, biaya program bayi tabung mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Biaya bisa bertambah jika pasangan mengalami gangguan kesehatan yang mesti disembuhkan dulu. Azhar menambahkan, biaya program bayi tabung masing-masing pasangan tidak bisa disamakan.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari mengatakan, edukasi soal program bayi tabung mesti diperluas. Ini agar pasangan yang berniat mengikutinya bisa mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Edukasi itu bisa diakses lewat layanan kesehatan jarak jauh atau telemedik.
”Topik kehamilan serta tumbuh kembang bayi dan anak merupakan topik yang paling dicari di antara jutaan konten di Alodokter,” ucap Suci. ”Kami juga menyediakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan dokter,” tambahnya.