Syok Menghadapi Menstruasi Pertama
Menstruasi adalah hal normal dan wajar yang akan dialami semua perempuan. Namun, penabuan membuat informasi tentang menstruasi, termasuk menjaga kebersihan selama menstruasi, kurang tersampaikan kepada perempuan.
Menstruasi adalah kodrat perempuan. Itu berarti, separuh penduduk Bumi akan mengalaminya. Meski demikian, membahas hal yang sebenarnya normal itu, termasuk menjaga kebersihan selama menstruasi, masih dianggap tabu. Akibatnya, tidak hanya hak kesehatan reproduksi perempuan dan anak perempuan terabaikan, tetapi juga menempatkan mereka pada berbagai risiko penyakit.
Nimaz Dewantary, aktris yang juga psikolog, masih ingat saat menstruasi pertamanya datang di usia 11 tahun. Meski dia sudah mendapatkan informasi dari sekolah bahwa anak perempuan di usia tertentu akan mengalami haid, saat menstruasi pertama itu datang tetap membuatnya kaget. Terlebih, sebagian besar temannya belum mengalami hal serupa.
”Meski secara teori sudah tahu, saat mengalaminya sendiri untuk pertama kali tetap kaget,” ungkap Nimaz saat menjadi pembicara dalam seminar memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia 2022 di Jakarta, Rabu (25/5/2022).
Semula, saat bercak merah itu muncul di pakaiannya, Nimaz yang sedang berkegiatan di luar rumah mengira tengah sakit perut meski perutnya tidak merasakan apa-apa. Terlebih, warna bercak itu tidak semerah darah yang ada dalam bayangannya. Setelah sampai di rumah, ia pun menceritakan hal itu kepada ibunya.
Sang ibu pun menjelaskan bahwa bercak itu adalah darah menstruasi. Selanjutnya, ibunya pun mengajarkannya memasang pembalut secara tepat agar aman dan nyaman. Tak lupa, ibunya berpesan untuk tidak kaget jika terjadi kebocoran pembalut di sekolah. Untuk itu, sang ibu membekali anaknya pembalut cadangan dan sabun untuk membersihkan diri saat pergi ke sekolah.
Baca juga : Kebersihan Menstruasi Remaja Belum Terjamin
Menstruasi adalah keluarnya darah yang berasal dari rahim melalui vagina. Setiap bulan, sebelum menstruasi, endometrium yang melapisi dinding rahim akan menebal agar bisa menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi sperma. Jika sel telur itu tidak dibuahi atau tidak terjadi kehamilan, endometrium akan luruh dan keluar sebagai darah menstruasi.
”Darah haid itu umumnya keluar selama dua hari sampai tujuh hari dengan siklus atau jarak antarmenstruasi berkisar antara 22 hari dan 35 hari,” kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Eni Gustina.
Menstruasi adalah tanda pubertas pada anak perempuan. Devi Fitriyana dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia mengatakan, pubertas adalah masa transisi yang menandai perkembangan anak menjadi remaja dan menuju dewasa. Datangnya menstruasi pertama menjadi tanda anak perempuan sudah aktif secara seksual, organ reproduksinya sudah berfungsi, dan bisa hamil.
Tips menjaga kebersihan alat kelamin perempuan yang disampaikan Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Eni Gustina dalam seminar memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia di Jakarta, Rabu (25/5/2022).
Meski bisa hamil, bukan berarti anak sudah bisa melakukan hubungan seks atau menikah seperti anggapan sebagian masyarakat selama ini. Dikutip dari Kompas, 25 Juni 2015, hubungan seks dan pernikahan tak hanya membutuhkan kesiapan rahim, tetapi juga kematangan organ seksual lain serta kematangan otak dan psikologis anak.
Menstruasi pertama umumnya berlangsung pada umur 10-15 tahun. ”Namun, umur menstruasi pertama ini berbeda pada setiap anak,” kata Devi. Paparan aneka zat kimiawi, stimulasi seksual dari media atau gawai, meningkatnya obesitas pada anak, dan membaiknya kualitas gizi anak bisa mempercepat terjadinya menstruasi pertama pada anak.
Selama menstruasi, tubuh mengalami perubahan hormon yang berdampak besar pada kondisi fisik dan psikis perempuan. Perubahan itu umumnya terjadi beberapa hari sebelum menstruasi. Gangguan fisik yang sering menyertai haid itu umumnya berupa sakit kepala, muncul jerawat, perut kembung, nyeri perut bagian bawah atau payudara, dan gatal pada kulit.
Sementara gangguan psikologis yang sering muncul selama menstruasi, tambah Nimaz, umumnya berupa emosi negatif, seperti cemas, khawatir, dan takut karena ada potensi darah keluar banyak atau bocor saat di sekolah. Selain itu, akan mudah lelah, emosi labil atau terjadi perubahan suasana hati, lebih sensitif, depresi, insomnia, hingga meningkatnya nafsu makan.
Penting memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak perempuan dan laki-laki agar mereka bisa memahami dan berempati dengan apa yang sedang terjadi.
Tak hanya itu, anak perempuan yang masuk masa pubertas juga akan menghadapi munculnya tanda kelamin sekunder, seperti pembesaran payudara atau panggul. Kondisi ini sering menjadi bahan olok-olok teman sebaya hingga mengikis kepercayaan diri anak perempuan.
Karena itu, lanjut Devi, penting memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak perempuan dan laki-laki agar mereka bisa memahami dan berempati dengan apa yang sedang terjadi. Pendidikan ini juga bermanfaat untuk menghindarkan anak dari pelecehan ataupun kekerasan seksual.
”Tentu, pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual itu perlu diberikan sesuai umurnya.” tambahnya. Pengetahuan tentang menstruasi tentu akan bermakna jika mulai diberikan saat anak berumur 10 tahun.
Menjaga kebersihan
Banyak orangtua, karena alasan tabu, tidak pernah membicarakan persoalan menstruasi kepada anak perempuannya. Baru setelah menstruasi datang dan anak syok, orangtua akan memberi penjelasan, itu pun lebih pada upaya menjaga kebersihan selama menstruasi. Membangun kesiapan anak menghadapi rangkaian perubahan fisik dan psikis saat menstruasi justru sering luput dari pembicaraan.
”Persiapkan anak menghadapi menstruasi pertamanya, terlebih mereka masih harus beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologisnya,” kata Nimaz. Jika anak mengeluh sakit atau merasa tidak nyaman, jangan anggap anak manja alias lebay (berlebihan) karena anak sedang berusaha menyesuaikan diri dengan segala hal baru dan perubahan yang terjadi.
Di tengah kondisi itu, guru di sekolah bisa menjadi pengganti untuk membekali anak dengan pengetahuan yang memadai tentang menstruasi. Sebagian anak mengakui, guru justru menjadi sumber pertama yang mengajarkan kepada mereka soal menstruasi. Terlebih, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi telah mengatur pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja, termasuk anak usia sekolah.
Baca juga : Pengetahuan tentang Menstruasi Rendah
Meski menjaga kebersihan selama menstruasi menjadi hal yang paling sering diberikan orangtua kepada anak, nyatanya sebagian orang belum memiliki pengetahuan yang benar dan memadai. Karena itu, momentum Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia yang dirayakan tiap 28 Mei menjadi waktu yang tepat untuk mengampanyekan kembali kebersihan menstruasi.
Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia pertama kali diselenggarakan pada 2013 dan digagas oleh organisasi nirlaba asal Jerman, WASH United. Tanggal 28 bulan kelima dipilih karena 28 menunjukkan jumlah hari rata-rata siklus menstruasi dan lima adalah lama rata-rata periode menstruasi perempuan.
Eni mengatakan, selama menstruasi, kebersihan organ vital harus menjadi perhatian utama. Saat ini, penggunaan pembalut menjadi pilihan utama banyak perempuan untuk menampung dan menyerap darah menstruasi. Namun, mereka perlu mengganti pembalut setiap empat jam sekali, termasuk pada hari terakhir menstruasi saat darah haid yang keluar hanya tinggal beberapa tetes.
Saat menstruasi, perempuan dituntut lebih higienis atau menjaga kebersihan akibat keluarnya darah haid ataupun penggunaan pembalut memiliki sejumlah risiko. Darah haid yang keluar sangat digemari oleh banyak mikroorganisme penyebab penyakit. Sementara penggunaan pembalut saja akan membuat vagina menjadi lebih lembab hingga memudahkan kuman penyakit berkembang.
Tanda-tanda menstruasi tidak normal yang perlu diwaspadai perempuan disampaikan oleh Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Eni Gustina dalam seminar memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia di Jakarta, Rabu (25/5/2022).
Diabaikannya kebersihan vagina, khususnya selama masa menstruasi, membuat perempuan menghadapi risiko tinggi mengalami infeksi. ”Saluran kencing pada perempuan itu sangat pendek, hanya antara 0,7 sentimeter sampai 1 sentimeter, sehingga berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi dibandingkan saluran kencing laki-laki,” ujarnya.
Pembalut memang sangat membantu perempuan selama menstruasi. Meski demikian, penggunaan pembalut sekali pakai yang masif diyakini berdampak besar bagi lingkungan.
Karena itu, saat ini muncul kesadaran perempuan untuk menggunakan pembalut yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan pembalut kain atau menstrual pad yang bisa digunakan berulang, memakai celana dalam yang juga memiliki fungsi sebagai pembalut atau menstrual panties yang bisa digunakan dalam jangka waktu lama, serta cangkir menstruasi atau menstrual cup untuk menampung darah haid.
Perempuan berhak memilih alat penampung dan penyerap darah haid yang membuatnya merasa aman dan nyaman. Namun, yang pasti, kebersihan vagina selama menstruasi adalah prioritas utama karena taruhannya adalah kesehatan perempuan. Jika perempuan sakit, fungsi keluarga dan ketahanan negara pun pincang. Karena sejatinya, menjaga kesehatan perempuan sama dengan menjaga ketangguhan bangsa.