Pengaruh Vaksinasi Covid-19 terhadap Pola Menstruasi Diselidiki
Meski vaksin aman dan diperlukan, kajian akan pengaruhnya terhadap siklus menstruasi masih sangat minim. Sejumlah lembaga riset kini mulai menelitinya.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Warga menjalani vaksinasi di rumahnya, Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (14/9/2021). Sejak pekan lalu, layanan vaksinasi dari pintu ke pintu diberikan untuk mendongkrak capaian. Pada Oktober mendatang, sedikitnya 5.000 orang di wilayah tersebut ditargetkan sudah tervaksin.
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan pola menstruasi setelah vaksinasi sejauh ini belum terdaftar sebagai efek samping umum dari vaksinasi Covid-19. Namun, semakin banyak perempuan melaporkan mengalami perubahan siklus menstruasi setelah divaksinasi Covid-19 sehingga menuntut kajian lebih mendalam.
Artikel yang ditulis Victoria Male, spesialis reproduksi di Imperial College London di jurnal The BMJ yang dipublikasikan pada Rabu (15/9/2021), menyebutkan, lebih dari 30.000 laporan terkait perubahan pola menstruasi telah diterima Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) hingga 2 September 2021.
Male menyebutkan, kebanyakan orang mendapati bahwa menstruasi mereka kembali normal pada siklus berikutnya. ”Yang terpenting, tidak ada bukti bahwa vaksinasi Covid-19 berdampak buruk pada kesuburan,” katanya.
Sejauh ini MHRA menyatakan bahwa laporan dan data pengawasan kejadian pascavaksinasi belum mendukung hubungan antara perubahan periode menstruasi dan vaksin Covid-19 karena belum dilakukan kajian secara ilmiah. Sementara itu, hubungan langsung antara vaksin dan siklus menstruasi yang tidak teratur juga belum diselidiki selama uji klinis vaksin.
Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh respons kekebalan tubuh terhadap virus itu sendiri.
Penelitian ilmiah yang diterbitkan yang meneliti hubungan potensial di antara keduanya, sejauh ini juga belum ada. Di sisi lain, para pakar kesehatan masyarakat juga berulang kali menegaskan kembali bahwa vaksin aman, efektif, dan diperlukan untuk mengakhiri pandemi.
Namun, Male berpendapat perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai hal ini. Kajian dilakukan dengan membandingkan tingkat perubahan menstruasi pada populasi yang divaksinasi versus tidak divaksinasi.
Menurut Male, perubahan menstruasi setelah vaksinasi kemungkinan dipicu respons imun terhadap vaksinasi, dibandingkan karena komponen tertentu dalam vaksin. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh respons kekebalan tubuh terhadap virus itu sendiri, yang dikuatkan dengan penelitian yang menunjukkan gangguan menstruasi pada sekitar seperempat wanita yang terinfeksi SARS-CoV-2.
Pentingnya kajian untuk melihat keterkaitan antara vaksinasi Covid-19 dan perubahan pola menstruasi juga mulai disadari Amerika Serikat. Para peneliti di lima institusi ternama di AS saat ini telah menyelidiki hal ini, didukung oleh dana dari National Institutes of Health (NIH), untuk membantu menghilangkan kekhawatiran.
AP PHOTO/SAKCHAI LALIT
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca kepada seorang perempuan di mal Paragon, Bangkok, Thailand, 7 Juni 2021.
Tim peneliti gabungan ini berasal dari Universitas Johns Hopkins, Sekolah Kedokteran Harvard, Universitas Boston, Universitas Negeri Michigan, dan Universitas Kesehatan Sains Oregon. Mereka akan melakukan penelitian terhadap orang-orang dari segala usia dan latar belakang yang belum menerima vaksin untuk mempelajari siklus sebelum dan sesudah suntikan.
”Para peneliti akan menilai prevalensi dan tingkat keparahan perubahan pasca-vaksinasi pada karakteristik menstruasi, termasuk panjang siklus, nyeri, dan gejala lainnya,” kata NIH dalam siaran pers pada Senin (13/9/2021).
Disebutkan pula, beberapa proyek juga berusaha mengungkap mekanisme yang mendasari efek potensial vaksin Covid-19 pada siklus menstruasi. Caranya dengan memeriksa karakteristik kekebalan dan hormonal dalam sampel darah, jaringan, dan air liur yang diambil sebelum dan sesudah vaksinasi Covid-19.