Pandemi Covid-19 Pengaruhi Perubahan Konsumsi Alkohol
Sejumlah penelitian menemukan ada perubahan pola konsumsi alkohol di masyarakat. Perubahan ini dinilai berkaitan dengan kondisi kesehatan jiwa. WHO pun mengingatkan, alkohol tidak bisa melindungi orang dari Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah studi menemukan perubahan pola konsumsi alkohol pada masyarakat selama pandemi Covid-19. Perubahan ini diasosiasikan dengan sejumlah gangguan kesehatan jiwa, antara lain stres dan kecemasan.
Menurut peneliti dari Washington State University di Amerika Serikat, satu dari empat orang dewasa mengalami perubahan konsumsi alkohol setelah publik diminta tinggal di rumah oleh pemerintah setempat. Ini ditemukan melalui studi terhadap 909 pasangan kembar pada 26 Maret hingga 5 April 2020. Studi dipublikasi di Frontiers in Psychiatry, Jumat (25/9/2020).
Saudara kembar diuji karena peneliti ingin mengetahui korelasi perubahan konsumsi alkohol dengan dua hal, yakni genetika dan faktor lingkungan. Kedua hal itu juga diuji korelasinya dengan kesehatan mental.
Sebanyak 14 persen responden dilaporkan mengonsumsi alkohol lebih banyak saat di rumah selama pandemi. Mereka juga tercatat mengalami tingkat stres dan kecemasan lebih tinggi dibanding yang tidak mengonsumsi alkohol, serta yang konsumsi alkoholnya tetap.
Adapun 11 persen responden lain konsumsi alkoholnya menurun. Namun, mereka juga mengalami stres dan kecemasan tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa perubahan konsumsi alkohol—baik peningkatan maupun penurunan konsumsi—berhubungan dengan gangguan kesehatan jiwa.
Pada saat yang sama, alkohol juga menyebabkan depresi dan kecemasan. Ini bisa menyebabkan lingkaran setan di mana ada peningkatan tekanan mental, peningkatan konsumsi alkohol, dan peningkatan stres lebih lanjut
”Kami berpikir bahwa di masa depan orang-orang akan beralih ke alkohol setelah aturan stay-at-home dikeluarkan. Tapi, ternyata itu langsung terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan kesehatan jiwa perlu dipastikan,” kata penulis utama studi Ally R Avery kepada Sciencedaily.
Sosiolog sekaligus salah satu penulis penelitian tersebut, Michael S Pollard, mengatakan, mengonsumsi alkohol adalah cara orang untuk mengatasi tekanan mental. Pandemi telah menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi, kecemasan, dan kesepian.
”Pada saat yang sama, alkohol juga menyebabkan depresi dan kecemasan. Ini bisa menyebabkan lingkaran setan karena ada peningkatan tekanan mental, peningkatan konsumsi alkohol, dan peningkatan stres lebih lanjut,” kata Pollard kepada Healio.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan agar publik bijak mengonsumsi alkohol. Mereka menekankan bahwa alkohol tidak bisa melindungi orang dari Covid-19. Sebaliknya, konsumsi alkohol berlebih justru berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu, konsumsi alkohol juga dapat memperburuk kesehatan jiwa, meningkatkan potensi kekerasan dan risiko cidera, serta perilaku berisiko.
Kalau ada yang suka mengonsumsi alkohol, sekarang dibatasi. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien Covid-19, selama masa pemulihan kita harus membatasi atau bahkan menghentikan minuman manis.
Wakil Ketua Bidang Apoteker Advance dan Spesialis Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kerry Lestari Dandan mengingatkan publik untuk minum secara bertanggung jawab. Artinya, publik perlu membatasi alkohol dan menghindari minuman manis.
”Kalau ada yang suka mengonsumsi alkohol, sekarang dibatasi. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien Covid-19, selama masa pemulihan kita harus membatasi atau bahkan menghentikan minuman manis. Ini semua sesuai dengan saran WHO,” kata Kerry pada konferensi pers BNPB, Kamis (24/9/2020).