RSUP Persahabatan Membantu Kelahiran 24 Bayi Selama Pandemi
Sebanyak 24 bayi lahir di tengah pandemi Covid-19 di RSUP Persahabatan. Mereka terlahir dari ibu berstatus positif Covid-19 dan pasien dalam pengawasan. Sejauh ini, bayi-bayi itu masih negatif Covid-19.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, menangani sejumlah kasus ibu hamil dengan gejala Covid-19. Hingga Kamis (23/4/2020), rumah sakit itu telah membantu kelahiran 24 bayi. Semua bayi dinyatakan negatif Covid-19.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Rita Rogayah dalam diskusi daring bertajuk ”Pelayanan Pasien Covid-19 di RSUP Persahabatan”, Kamis (23/4/2020). Dari 24 ibu hamil yang dibantu kelahirannya, dua di antaranya berstatus positif Covid-19. Sementara sisanya merupakan pasien dalam pengawasan.
”Semua anak mereka selamat dan sampai saat ini belum ada (bayi) yang dinyatakan positif Covid-19,” katanya.
Ibu-ibu hamil itu adalah bagian dari 414 pasien terkait Covid-19 yang dirawat di RSUP Persahabatan selama Maret-April. Dari jumlah itu, 205 pasien positif Covid-19, 54 pasien dalam pengawasan (PDP), dan 155 negatif Covid-19.
Dari 205 pasien positif, lanjut Rita, 76 pasien meninggal. Sementara PDP yang meninggal 12 pasien.
Saat ini, dia melanjutkan, RSUP Persahabatan memiliki 121 tempat tidur untuk merawat Covid-19. Ruang perawatan ini akan diperluas menjadi 200 tempat tidur. Oleh karena itu, pasokan alat pelindung diri (APD) tetap dibutuhkan.
Dari data RSUP Persahabatan, masker bedah masih mencukupi untuk kebutuhan sebulan ke depan. Sementara stok masker N95 hanya cukup selama seminggu ke depan. Untuk baju hazmat tersedia hingga kebutuhan 20 hari.
Khusus Covid-19
Rita menekankan, pihaknya hanya menerima pasien dengan gejala berat. Ini untuk mengoptimalkan ruang isolasi rumah sakit. Pasien dengan gejala ringan bisa dirujuk ke rumah sakit darurat Wisma Atlet.
”Setiap hari RSUP Persahabatan menerima 40-60 pasien rujukan. Mereka berasal dari Jabodetabek,” ujarnya.
RSUP Persahabatan, lanjutnya, juga sudah menjadi rumah sakit Covid-19. Oleh karena itu, rumah sakit ini tidak lagi menerima pasien umum.
Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) RSUP Persahabatan Menaldi Rasmin menambahkan, rumah sakit harus memilih di saat pandemi. Pilihan itu adalah menjadi rumah sakit Covid-19 atau non-Covid-19.
”Kalau setengah-setengah, rumah sakit justru akan menjadi episentrum penularan. Tenaga medis dan paramedis akan menjadi korban karena semuanya setengah-setengah. Kalau menjadi rumah sakit Covid-19, tentu standar operasinya akan ditingkatkan,” katanya.
Dia menegaskan, rumah sakit hanya bagian hilir dari penanganan Covid-19. Kuncinya terletak pada kedisiplinan warga dalam menjaga jarak dan memutus rantai penularan virus korona.
Orang-orang memiliki penyakit lain atau komorbid, kata dia, merupakan kelompok paling rawan tertular Covid-19. Oleh karena itu, ia harus betul-betul menjaga jarak. Orang-orang di sekitar komorbid juga harus memperhatikan bahwa dirinya rentan menularkan virus ke kelompok rentan itu. Dari 205 total pasien positif yang dirawat di RSUP Persahabatan, 131 pasien (64 persen) merupakan komorbid.