Mengubah sel imun otak bisa meningkatkan daya ingat dan kemampuan kognitif. Temuan itu kini dikembangkan untuk mencari terapi bagi demensia serta penyakit neurodegeneratif pada orang usia lanjut.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Sel imun (kekebalan) yang bekerja mengatasi peradangan saraf diketahui bisa merusak otak. Hal ini merupakan penyebab penyakit neurodegeneratif yang memengaruhi daya ingat, misalnya pada demensia.
Para peneliti di Universitas RMIT Australia menemukan, sel-sel kekebalan yang sama, yakni mikroglia, dapat diubah untuk memperkuat daya ingat dan kemampuan belajar.
Demensia adalah sindrom penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, perilaku serta kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari. Alzheimer merupakan bentuk paling umum dari demensia. Meski kebanyakan terjadi pada orang usia lanjut, hal ini bukan sesuatu yang normal dari proses penuaan.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 50 juta orang menderita demensia dengan hampir 10 juta kasus baru per tahun. Demensia merupakan penyebab utama disabilitas dan ketergantungan di kalangan orang usia lanjut. Sindrom ini berdampak secara fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Tak hanya pada penderita demensia, tapi juga pada mereka yang merawat, keluarga, serta masyarakat.
Ketua tim peneliti, Guru Besar Muda Sarah Spencer, menyatakan, penelitian itu memperluas pemahaman tentang pembentukan daya ingat dan peran peradangan saraf dalam kehilangan daya ingat. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan terapi untuk meningkatkan daya ingat serta mencegah penurunan kognitif seiring pertambahan usia.
Penurunan kognitif adalah masalah besar bagi populasi yang menua. Saat ini kita hanya memiliki sangat sedikit cara perawatan ataupun pencegahan.
”Penurunan kognitif adalah masalah besar bagi populasi yang menua. Saat ini kita hanya memiliki sangat sedikit cara perawatan ataupun pencegahan. Penelitian kami untuk pertama kalinya menunjukkan hubungan antara perubahan sel-sel kekebalan otak yang sehat dengan peningkatan fungsi kognitif,” kata Spencer seperti dikutip Science Daily, Selasa (11/2/2020).
Dalam penelitian yang dimuat dalam Journal of Neuroinflammation, 7 Februari 2020, para peneliti bekerja dengan tikus percobaan untuk menguji efek perubahan mikroglia pada fungsi kognitif.
Mereka membandingkan kemampuan tikus yang masih memiliki mikroglia dengan tikus yang mikroglianya disingkirkan. Ternyata tidak ada perbedaan kemampuan kedua kelompok tikus dalam mengerjakan tugas terkait daya ingat.
Daya ingat meningkat
Namun saat terjadi regenerasi mikroglia dari kelompok yang mikroglianya disingkirkan, hasilnya mengejutkan. Kemampuan tikus-tikus mengerjakan tugas terkait daya ingat meningkat 25-50 persen dibandingkan tikus normal. Mikroglia regenerasi merupakan bentuk sel berbeda, mirip bentuk sel yang diaktifkan saat mengatasi peradangan.
”Kami masih meneliti apa yang membuat sel-sel ini berbeda ketika mereka mengisi kembali otak. Bentuknya menunjukkan bahwa sel-sel imun itu lebih aktif dibandingkan sel biasanya, berpotensi membuat neuron lebih efektif untuk mendorong daya ingat lebih baik,” ujar Spencer.
”Tahap selanjutnya adalah meneliti mikroglia yang diregenerasi untuk lebih memahami mekanismenya. Tujuannya menemukan cara untuk mengubah peningkatan memori sementara menjadi efek yang tahan lama,” ujarnya.
Terapi dengan mengurangi jumlah mikroglia agar beregenerasi saat ini sedang diuji klinis di Amerika Serikat sebagai terapi potensial untuk multiple sclerosis, yakni penyakit otoimun yang menyerang sistem saraf pusat, terutama otak, saraf tulang belakang, dan saraf mata. Penyakit ini menimbulkan gangguan keseimbangan, penglihatan, pengendalian dan penyesuaian otot.
Makanan penambah daya ingat
Cara lain menjaga daya ingat adalah mengonsumsi zat gizi yang diperlukan lewat makanan sehat. Penelitian yang dilakukan Luna (Xiaoyue) Xu dari Universitas Teknologi Sydney menemukan kaitan erat antara kelompok makanan tertentu, kehilangan daya ingat, dan penyakit penyerta berupa gangguan jantung dan diabetes. Penelitian ini dimuat dalam International Journal of Public Health, 12 Februari 2020.
Xu mempelajari data 139.000 orang lanjut usia di Australia. Ia mendapatkan, konsumsi banyak buah dan sayuran mampu menurunkan risiko kehilangan daya ingat dan gangguan jantung. Sementara konsumsi banyak makanan kaya protein bisa meningkatkan daya ingat.
Selama ini, brokoli, kale, buah beri, alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian merupakan sebagian jenis makanan yang dipercaya bisa meningkatkan kesehatan otak dan mencegah penurunan daya ingat.
”Penelitian kami saat ini mendapatkan, pola makan sehat dengan mengonsumsi sereal untuk mencegah hilangnya daya ingat dan gangguan jantung pada usia lanjut hasilnya berbeda dibandingkan dengan kelompok usia lain,” kata Xu kepada Science Daily, Selasa (18/2/2020).
Kaitan antara kelompok makanan dan daya ingat bervariasi antarkelompok usia lanjut. Orang-orang berusia 80 tahun lebih yang kurang mengonsumsi sereal berisiko tinggi mengalami penurunan daya ingat dan gangguan jantung. Karena itu, Xu melihat perlunya panduan pola makan sehat bagi usia lanjut.