Memilih Makanan untuk Kesuburan
Pola makan tidak sehat turut meningkatkan risiko gangguan kesuburan atau infertilitas pada perempuan ataupun lelaki. Karena itu, kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat mesti dijaga.
Infertilitas atau gangguan kesuburan menjadi salah satu masalah kesehatan yang dialami sebagian masyarakat modern. Selain sejumlah penyakit ginekologi dan sistemik yang memengaruhi kesuburan, faktor gaya hidup dan kondisi lingkungan seperti stres, nutrisi tak seimbang, dan pola makan tak sehat bisa mengganggu kesehatan reproduksi.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 80 juta perempuan di seluruh dunia mengalami gangguan kesuburan atau kegagalan untuk hamil setelah satu tahun atau lebih berhubungan seksual. Secara global, dari populasi perempuan usia subur, 20-30 persen di antaranya mengalami infertilitas.
Erica Silvestris, Domenica Lovero, dan Raffaele Palmirotta dari Departemen Ilmu Biomedis dan Onkologi Manusia, Universitas Bari Aldo Moro, Bari, Italia, dalam artikel berjudul ”Nutrition and Female Fertility: An Interdependent Correlation” yang dimuat di situs frontiersin.org, menyatakan, beberapa riset menunjukkan, efek pola makan terhadap kesuburan.
Sebuah riset mengeksplorasi efek kebiasaan diet pada kesuburan didasarkan pada data dari studi panjang dengan melibatkan 116.678 perempuan dalam Nurses Health Study II. Studi itu menyebut, risiko kesuburan karena gangguan ovulasi pada perempuan yang rejimen makanannya, termasuk kadar indeks glikemik rendah dan asupan nutrisi terbatas.
Sementara studi pada 2006 melibatkan 12.579 subyek dari Southampton Women’s Survey menyebut, status gizi prakonsepsi perempuan dan lelaki memengaruhi kesuburan dan kondisi perinatal. Studi melibatkan 485 perempuan dari Seguimiento Universidad de Navarra Project menyebut, hasil reproduksi naik pada pasangan dengan diet seimbang yang benar.
Gizi makro
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Rumah Sakit Pondok Indah, Puri Indah, Jakarta, Thomas Chayadi, dalam paparannya, menjelaskan, makanan turut menentukan terjadinya kehamilan. Makanan yang berpengaruh baik bagi kehamilan harus mengandung makronutrien dan mikronutrien yang seimbang.
Makronutrien atau gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Mutu dan kuantitas karbohidrat berpengaruh pada metabolisme tubuh, dan mempengaruhi sensitivitas insulin pada individu sehat.
”Kurangi makanan mengandung indeks glikemik tinggi karena berisiko mengalami gangguan ovulasi. Konsumsi serat berlebihan juga dapat mengganggu ovulasi (konsumsi serat lebih dari 22 gram per hari),” katanya.
Sementara konsumsi protein tidak mempengaruhi fungsi reproduksi. Selain itu, protein diperlukan untuk pembentukan sel sehingga diet protein yang seimbang dibutuhkan. Makanan yang mengandung protein meliputi antara lain daging sapi, ikan, ayam, dan kacang-kacangan.
Kurangi makanan mengandung indeks glikemik tinggi karena berisiko mengalami gangguan ovulasi. Konsumsi serat berlebihan juga dapat mengganggu ovulasi.
”Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat mengganggu sel telur,” ujarnya. Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi meliputi antara lain daging merah, susu, produk susu berlemak tinggi, dan makanan berminyak lainnya.
Adapun konsumsi asam lemak tak jenuh, terutama lemak tidak jenuh ganda, memperbaiki proses pembentukan sel telur Adapun makanan yang mengandung lemak tak jenuh seperti alpukat, olive oil, salmon dan kacang-kacangan, seperti almon, kacang kenari atau walnut, dan hazelnut.
Konsumsi lemak trans juga harus dihindari karena berhubungan dengan resistensi insulin yang lebih tinggi dan dapat mengganggu fungsi ovulasi. Lemak trans biasanya dijumpai pada makanan cepat saji, seperti burger, kentang goreng, ayam goreng, dan mentega.
Gizi mikro
Menurut Thomas, salah satu mikronutrien atau gizi mikro yang penting adalah asam folat. Kadar asam folat yang rendah dihubungkan dengan pembelah sel yang kurang baik, peningkatan kadar stres oksidatif, dan kematian sel. Hal itu dapat mengganggu proses perkembangkan sel telur.
Oleh karena itu, penting sekali untuk mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat (sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah beet) atau minum suplemen asam folat jika ingin hamil maupun sudah hamil.
Selain itu, vitamin D berperan penting dalam reproduksi manusia. Kadar vitamin D rendah terkait kadar hormon androgen tinggi pada perempuan dengan PCOS atau sindrom polikistik ovarium, penyakit ketika ovum atau sel telur pada perempuan tak berkembang normal karena hormon tak seimbang. Asupan vitamin ini dapat diperoleh dengan berjemur pada sinar matahari pagi, dan makanan seperti minyak ikan cod, salmon, tuna, sarden, hati sapi, dan jamur kancing.
Zat besi juga merupakan zat gizi mikro yang berperan penting dalam ovulasi. Anemia defisiensi besi dan kadar ferritin rendah dijumpai pada perempuan dengan gangguan kesuburan. Makanan yang mengandung zat besi terdapat pada daging merah, kacang-kacangan, kuning telur, sayur berdaun gelap atau hijau.
Berat badan
Menurut Thomas, kesehatan reproduksi kurang bagus seiring kenaikan indeks massa tubuh (IMT) dibandingkan perempuan dengan IMT normal. Perempuan dengan IMT tinggi (obesitas ) berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami gangguan kesuburan, ovulasi lebih rendah (menurunkan mutu sel telur), angka kehamilan spontan lebih rendah (menurunkan mutu embrio), dan meningkatnya risiko keguguran.
Perempuan dengan underweight atau berat badan rendah berhubungan dengan banyak hal yang bisa mengganggu fungsi reproduksi. Beberapa hal terkait berat badan rendah itu meliputi, antara lain, gangguan pada sekresi hormon seks rendah sehingga menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan haid, dan nafsu seks yang rendah.
Perempuan dengan berat badan kurang mempunyai risiko hampir dua kali lipat mengalami gangguan kesuburan. Oleh karena itu, perempuan dengan underweight harus memperbaiki status gizinya untuk dapat mengembalikan fungsi fertilitas dan dampak buruk lainnya dari IMT yang rendah.
Erica Silvestris dan tim memaparkan, kelebihan berat badan dan kurang berat badan, terkait perubahan keseimbangan energi. Itu memicu gangguan ovulasi. Kelebihan berat badan dan obesitas terkait penurunan tingkat kehamilan dan risiko keguguran lebih tinggi dan masalah kehamilan seperti diabetes gestasional, hipertensi, dan kelahiran prematur.
Selama ini kelebihan berat badan dan obesitas merupakan kondisi patologis yang menyebar selama usia subur perempuan dengan kejadian 20-25 persen di antara pasien yang berkonsultasi untuk masalah infertilitas. Pada pasien tanpa gangguan ovulasi, obesitas memperpanjang waktu untuk hamil serta mengurangi efektivitas terapi infertilitas.
Sejumlah studi gizi dan klinis mengonfirmasi bahwa pola diet Mediterania dan aktivitas fisik rutin pada perempuan yang kelebihan berat badan mengurangi risiko kegagalan untuk hamil dan meningkatkan efektivitas program kesuburan. Karena itu, evaluasi gaya hidup tak sehat dengan bantuan seperti suplementasi asam folat harus sistematis pada perempuan yang berusaha hamil.
Menyeimbangkan hormon
Menjaga konsumsi makanan bertujuan menyeimbangkan hormon untuk meningkatkan kesuburan, hormon apa saja yang perlu diperhatikan keseimbangannya? Menurut Thomas, pada tubuh terdapat aksis hipotalamus–hipofisis–ovarium, aksis menghasilkan hormon gonadotropin yang berperan merangsang pembentukan dan pematangan sel telur.
Selain itu, hormon estrogen dan progesteron penting dalam mempersiapkan dinding rahim menerima embrio untuk berimplantasi hingga terjadi kehamilan. Jika salah satu hormon ini terganggu, harus diperiksa apakah penyebab gangguan itu, misalnya nutrisi kurang baik atau gangguan fungsi organ.
Untuk calon ayah, makanan apa saja yang bisa mendukung kualitas sperma agar mempercepat terjadinya kehamilan? Konsumsi lemak jenuh (daging yang diproses atau berlemak) berhubungan dengan penurunan mutu dari bentuk dan gerakan sperma. Diet yang mengandung tinggi buah dan sayuran menjaga fungsi sperma karena mengandung antioksidan dan asam folat.
Konsumsi vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat dan antioksidan lainnya dapat memperbaiki konsentrasi sperma, gerakan dan menurunkan kerusakan DNA, serta meningkatkan peluang kehamilan. Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan bisa mengganggu fungsi sperma dan profil hormon pada laki–laki. Adapun konsumsi kopi lebih dari lima gelas per hari dapat meningkatkan kerusakan DNA pada sperma.