Konsultasi Infertilitas Sebaiknya ke Klinik yang Tepat
Oleh
Adi Prinantyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bagi pasangan suami istri yang menghadapi infertilitas atau sulit memiliki keturunan, perlu konsultasi ke klinik yang tepat. Konsultasi dengan dokter bisa membantu pasangan mendeteksi permasalahan. Jika usaha pembuahan dengan hubungan seksual tidak berhasil, bayi tabung bisa menjadi salah satu jalan keluar.
Definisi infertilitas, sesuai definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ialah kegagalan sepasang suami istri untuk mendapatkan kehamilan, setelah berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 1-2 tahun. Ahli Embriologi Klinik Morula In Vintro Fertilization Jakarta, Arief Boediono mengatakan, dalam kondisi infertilitas, pasangan perlu berkonsultasi ke klinik terpercaya, yang menangani infertilitas.
Dalam konsultasi tersebut, dokter akan mencari tahu indikasi infertilitas. Dalam beberapa kasus, Arief menjumpai pasangan yang tidak mengetahui masa subur. "Setelah tahu masa suburnya, sebagian berhasil hamil," kata Arief di Jakarta, Jumat (24/8/2018).
Jika cara itu kurang berhasil, akan dilakukan inseminasi, yakni membantu proses reproduksi dengan cara memasukkan sperma yang telah disiapkan ke dalam rahim menggunakan kateter. Hal ini dilakukan untuk membantu sperma menuju sel telur yang telah matang.
Jika gagal, kemungkinan ada permasalahan lain baik dari sel telur ataupun sperma. "Kalau itu masalahnya, harus kita temukan di luar. Jadi proses alami di dalam tubuh, dikerjakan di luar," kata Arif. Proses menyatukan sperma dan sel telur di luar tubuh yang dikerjakan dilaboratorium disebut "in vitro fertilization" atau bayi tabung.
Kelainan kromosom
Kegagalan program bayi tabung, mayoritas terjadi pada tahap implantasi atau penanaman embrio pada rahim. Namun, hal ini bisa diminimalisir dengan kemajuan tekhnologi. Salah satunya, penapisan pra-implantasi atau Preimplantation Genetic Screening (PGS) dan Intra Morphogically Selected Sperm Injection (IMSI).
Direktur Medis Klinik Morula IVF, Ivan Sini, menambahkan, metode PGS merupakan pemeriksaan kromosom pada embrio sebelum dilakukan penanaman ke dalam rahim. Metode ini bisa meningkatkan keberhasilan implantasi embrio hingga 50 persen.
Sedangkan IMSI adalah sebuah metode untuk meneliti bentuk dan karakteristik sperma dengan menggunakan mikroskop canggih. Mikroskop tersebut dapat melakukan pembesaran sprema hingga 6.000 kali sehingga karakteristik sperma bisa terlihat jelas. Sperma yang memiliki bentuk paling baik yang akan digunakan.
"Dulu orang menganggap hanya sel telur yang menentukan kualitas embrio. Faktor sperma juga bisa jadi penyebabnya. IMSI menyeleksi sperma. Angka kehamilan dengan metode ini lebih bagus," ujar Ivan.
Perencanaan
Sebelum memutuskan untuk mengikuti program bayi tabung, pasangan perlu perencanaan yang matang. Hal itu meliputi kesiapan fisik, mental, dan finansial. Angka keberhasilan bayi tabung lebih tinggi jika dilakukan pada kondisi fisik wanita yang berusia di bawah 35 tahun. Wanita di atas 35 tahun lebih berisiko mengalami kelainan kromosom yang mengakibatkan angka keberhasilan bayi tabung rendah.
Kesiapan mental yang perlu diperhatikan adalah menyadari bahwa bayi tabung adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mendapatkan keturunan. Kesiapan mental diperlukan jika belum berhasil hamil dalam proses bayi tabung. "Ini belum tentu upaya terakhir. Dilihat dulu, kenapa tidak berhasil," ujar Ivan.
Kesiapan finansial juga perlu direncanakan dengan matang. Kisaran biaya dalam program bayi tabung antara Rp 60-100 juta. Pasangan bisa mempersiapkan hal ini dengan sesegera mungkin berkonsultasi kepada dokter. Itu dilakukan agar permasalahan infertilitas terdeteksi sedini mungkin sehingga pasangan bisa menyiapkan keuangan lebih dini. (Sucipto)