Mengapa Tidak Mudah Menjadi Kelas Menengah di Indonesia?
Perlindungan sosial dan penyediaan pekerjaan dengan pendapatan memadai, memudahkan kehidupan kelas menengah Indonesia.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F27%2F714cf92a-4540-4e6d-9f91-f2846642c083_jpg.jpg)
Karyawan menyeberang jalan Prof Dr Satrio di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan saat jam makan siang, Selasa (27/2/2024). Para karyawan ini adalah potret kelas menengah Indonesia. Kelas menengah dengan gaji terbatas bersiasat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk masa depan.
Apa yang bisa dipelajari dari artikel ini?
1.Siapakah kelas menengah Indonesia?
2.Apa yang harus dilakukan untuk memudahkan hidup kelas menengah Indonesia?
3.Apa saja masalah kelas menengah Indonesia?
4.Mengapa kelas menengah Indonesia sulit menjadi orang kaya?
5.Apa pengeluaran terbesar kelas menengah?
6.Apa yang dilakukan kelas menengah untuk bertahan hidup?
7.Mengapa pendapatan warga kelas menengah defisit?
8.Provinsi mana yang gaji anak mudanya lebih rendah dari pengeluaran?
9.Provinsi mana dengan surplus gaji paling tinggi bagi anak muda?
Siapakah kelas menengah Indonesia?
Merujuk pada pada dokumen Bank Dunia berjudul ”Aspiring Indonesia-Expanding The Middle Class (2019)” dengan menggunakan penghitungan pertumbuhan domestik bruto Indonesia hingga 2016, kelas menengah Indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yakni calon kelas menengah (aspiring middle class) dan kelas menengah (middle class).
Rentang pengeluaran calon kelas menengah, 1,5–3,5 kali lipat garis kemiskinan per kapita per bulan. Merujuk garis kemiskinan BPS (2021), rentang pengeluaran calon kelas menengah dari Rp 729.252 hingga Rp 1,7 juta per bulan. Adapun untuk kelas menengah, pengeluarannya pada rentang 3,5-17 kali lipat garis kemiskinan per kapita per bulan, yakni Rp 1,7 juta hingga Rp 8,2 juta per orang per bulan.
Simak video berikut: Kelas Menengah yang ”Boncos” Lagi, ”Boncos” Lagi
Apa yang harus dilakukan untuk memudahkan hidup kelas menengah Indonesia?
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F05%2F15%2F7d9b1f4e-595c-4cff-97aa-9b3bc1aafe4b_jpg.jpg)
Antrean panjang para pencari kerja dalam Jakarta Job Fair di Pusat perbelanjaan Seasons City, Jakarta Barat, Rabu (15/5/2024). Bursa kerja selalu diserbu oleh para pencari kerja.
Perlindungan sosial juga diperlukan bagi kelas menengah untuk mengatasi menurunnya pendapatan warga kelas menengah. Hal tersebut menjadi usulan pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Chatib Basri. Namun, perlindungan sosial untuk kelas menengah ini bukan hanya soal dukungan keuangan, tetapi juga soal kualitas.
Kelas menengah bawah perlu mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang memadai. Pekerjaan di sektor formal, pariwisata dan industri manufaktur menawarkan tingkat upah lebih tinggi dibanding sektor pertanian atau sektor jasa yang bernilai tambah rendah.
Selanjutnya, Indonesia harus menjadi basis produksi untuk pasar global, seperti Vietnam. Di bidang UMKM, menurut Chatib, penting untuk membuat UMKM memiliki akses pasar, untuk masuk dalam rantai nilai global.
Baca juga: Kelas Menengah: dari Zona Nyaman ke Zona Makan
Apa saja masalah kelas menengah Indonesia?

Lima kategori masalah kelas menengah tertinggi ialah keterampilan usaha/kerja rendah, konsumtif, kenaikan harga/inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan susah mengatur keuangan. Adapun lima kategori solusi teratas adalah penciptaan/menciptakan lapangan kerja, kualitas pendidikan, pelatihan kerja, literasi keuangan, dan sumber daya manusia (SDM).
Kategori masalah tersebut diolah tim Jurnalisme Data Harian Kompas dari wawancara kualitatif terhadap 15 dosen ekonomi dari 15 perguruan tinggi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, serta Papua. Setiap dosen diminta menyebutkan lima kelompok kata atau frasa yang mencerminkan masalah masyarakat kelas menengah dan lima frasa solusinya. Frasa yang menunjukkan masalah dan solusi tersebut dikategorisasi.
Baca juga: Isu Literasi Keuangan Terlewatkan dalam Pemilu 2024
Mengapa kelas menengah Indonesia sulit menjadi orang kaya?

Kelas menengah di Indonesia sulit menjadi orang kaya. Ada kesenjangan sisa gaji per bulan antara kelas menengah dan kelas kaya usia produktif (15-64 tahun) di tahun 2021. Sisa gaji warga kelas atas Rp 1,59 juta per orang per bulan, yang nilainya setara dengan 3,64 kali lebih besar dari warga kelas menengah.
Dengan rata-rata sisa gaji kelas menengah dalam satu tahun 2021 senilai Rp 435.888 per bulan, tidak banyak uang yang bisa ditabung dan diinvestasikan. Kondisi ini menyulitkan kelas menengah sulit naik kelas menjadi orang kaya.
Baca juga: Kelas Menengah Indonesia Sulit Menjadi Orang Kaya

Apa pengeluaran terbesar kelas menengah?
Pengeluaran terbesar keluarga kelas menengah berupa pembelian kendaraan bermotor dan bahan bakar, serta sewa/kontrak rumah. Setelah itu, dialokasikan untuk biaya pendidikan. Sementara warga kelas atas sudah mengalokasikan pengeluaran terbesar keluarganya untuk biaya pendidikan, selain untuk membeli kendaraan.
Temuan tim Jurnalisme Data Harian Kompas menunjukkan, tiga pengeluaran teratas kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah adalah pembelian kendaraan pribadi (mobil/sepeda motor), sewa/kontrak rumah, dan pembelian BBM.
Baca juga: Kelas Menengah Indonesia Menguras Gaji untuk Mobil dan Rumah
Apa yang dilakukan anak muda kelas menengah untuk bertahan hidup?
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F18%2F22dfc182-0e46-46ec-9c14-89706d4d8e4f_jpg.jpg)
Seorang perempuan terpantau membuka laptop di dalam gerbong KRL sekitar pukul 22.00, Rabu (14/2/2024), untuk menyelesaikan urusannya. Laptop identik dengan alat kerja. Pekerjaan menjadi salah satu isu bagi pekerja yang tergolong pemilih muda (usia 17-40 tahun) kelas menengah.
Sebagian besar kelas menengah usia 17-40 tahun jumpalitan mengatur pengeluaran. Salah satu caranya dengan menambah pekerjaan lantaran sisa gajinya kurang dari nol alias minus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti Ani (27), warga Kalimantan Timur, yang berusaha mencari tambahan pekerjaan di sela-sela pekerjaannya menjadi pekerja lepas di bidang fotografi, copy writer, dan kreator konten. Juga Dedi Setiawan (30), warga Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang mengandalkan penghasilan dari jualan daring yang dijalankan istrinya untuk menutupi biaya pengeluaran yang minus.
Baca juga: Gaji ”Ngepas”, Anak Muda Jungkir Balik Mengelola Keuangan
Mengapa pendapatan warga kelas menengah defisit?

Pendapatan penduduk usia 17-40 tahun yang masuk calon kelas menengah dan kelas menengah diprediksi di bawah angka pengeluaran bulanan pada 2045. Defisit gaji ini bisa melanda sekitar 69 juta warga.
Dari pemodelan yang dilakukan tim Jurnalisme Data Harian Kompas, rata-rata gaji dan pengeluaran warga calon kelas menengah pada 2030 masing-masing diperkirakan Rp 1,26 juta per kapita per bulan dan Rp 1,64 juta per kapita per bulan. Pada 2045, angka gaji dan pengeluaran tersebut mencapai Rp 1,7 juta per kapita per bulan dan Rp 2,52 juta per kapita per bulan. Artinya, rata-rata gaji warga calon kelas menengah pada 2030 dan 2045 lebih rendah Rp 384.109 dan Rp 818.472 dibandingkan pengeluarannya.
Baca juga: Indonesia Cemas 2045, Pendapatan Kelas Menengah Lebih Kecil dari Pengeluaran
Provinsi mana yang gaji anak mudanya lebih rendah dari pengeluaran?

Defisit gaji melanda anak-anak muda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Bengkulu, Riau, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sumatera Barat, Lampung, dan Papua Barat. Nilai defisit gaji di wilayah itu berkisar Rp 42 hingga Rp 528.4965 per orang per bulan.
Tingginya pengeluaran warga juga dipengaruhi faktor gaya hidup dan inflasi sehingga menyebabkan gaji defisit. Faktor lain yang membuat defisit gaji adalah penghasilan yang rendah di provinsi-provinsi tersebut.
Baca juga: Provinsi yang Gaji Anak Mudanya Lebih Rendah dari Pengeluaran
Provinsi mana dengan surplus gaji paling tinggi bagi anak muda?
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F05%2F05%2F7d45e656-1e79-49b1-94bc-02d7b49dbc80_jpg.jpg)
Peserta dari salah satu perwakilan kampus menyiapkan perlengkapan dan peralatan untuk menampilkan hasil kuliner buatan mereka pada Semarang Semarang Introducing Market di Lapangan Pancasila, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2024).
Provinsi-provinsi di luar Jawa tercatat menjadi wilayah dengan surplus gaji tertinggi bagi kelas menengah dan calon kelas menengah pada kelompok usia 17-40 tahun. Bahkan, surplus gaji di Kepulauan Riau konsisten berada di tiga teratas kelompok kelas menengah ataupun calon kelas menengah.
Gaji surplus menandakan anak muda calon kelas menengah dan kelas menengah punya sumber dana untuk menabung dan berinvestasi. Angka penghasilannya berada di atas pengeluaran. Semakin rendah nilai surplus, bahkan defisit, ruang untuk menabung dan berinvestasi makin sempit hingga tidak ada sama sekali.
Baca juga: Provinsi dengan Surplus Gaji Paling Tinggi bagi Anak Muda
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi penurunan jumlah warga kelas menengah Indonesia?
Perlindungan sosial juga diperlukan bagi kelas menengah untuk mengatasi menurunnya pendapatan warga kelas menengah. Hal tersebut menjadi usulan pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Chatib Basri. Namun, perlindungan sosial untuk kelas menengah ini bukan hanya soal dukungan keuangan, tetapi juga soal kualitas.
Kelas menengah bawah perlu mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang memadai. Pekerjaan di sektor formal, pariwisata dan industri manufaktur menawarkan tingkat upah lebih tinggi dibanding sektor pertanian atau sektor jasa yang bernilai tambah rendah.
Selanjutnya, Indonesia harus menjadi basis produksi untuk pasar global, seperti Vietnam. Di bidang UMKM, menurut Chatib, penting untuk membuat UMKM memiliki akses pasar, untuk masuk dalam rantai nilai global.