Kurir Rokok Ilegal Rajin Berdoa agar Lolos dari Aparat
Menjadi kurir rokok ilegal adalah pilihan pekerjaan yang penuh risiko. Dinamika kerja mereka bagaikan di dunia narkoba.
Pernyataan: liputan dan laporan investigasi ini diprakarsai dan dibiayai sendiri oleh Kompas dan tidak dalam rangka mempromosikan konsumsi rokok jenis apa pun, termasuk legal dan ilegal.
15 dari 15 tulisan
Bisnis rokok ilegal dijalankan dengan cara yang tidak biasa. Kaki tangan pebisnis bukanlah orang sembarangan. Mereka orang kepercayaan bos yang harus bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat. Begitu pun saat transaksi, prosesnya dilakukan dengan secepat kilat.
Mereka yang terlibat di lapangan diliputi perasaan cemas, tegang, takut jika kepergok aparat, seperti juga yang dialami pihak kurir. Padahal, menjadi kurir rokok ilegal, justru dikawal ketat oleh mereka yang diduga oknum aparat. Oknum tersebut biasanya melepas seragam, duduk di samping sang sopir atau mengawal menggunakan mobil lain yang berkaca gelap.
Tujuan pengawalan demikian tentu saja agar paket rokok ilegal yang dibawa sang sopir selamat sampai tujuan. Meski dikawal oknum aparat begitu, rasa cemas tetap membayangi sang kurir, mengingat oknum pengawal dan aparat yang berpotensi menangkap tak mesti satu instansi.
Demikianlah suasana kebatinan yang kerap dirasakan Dono, bukan nama sebenarnya, kurir sekaligus sopir truk pembawa rokok ilegal. Ia selalu melajukan truknya dengan kencang saat membawa paket rokok ilegal. Selain supaya segera sampai di lokasi, tujuan utamanya adalah mencegah aroma harum tembakau yang dibawa tidak terendus petugas. Kalaupun iya, truknya bisa jadi sasaran pengejaran dan dihadang mereka. Lalu, ditahan begitu saja.
Baca juga: Rokok Ilegal Kian Merajalela
Dono adalah seorang kurir produk olahan hasil tembakau dan rokok ilegal di Pulau Jawa. Sudah cukup lama dia terjun ke dunia abu-abu ini dan menjadikannya sebagai mata pencarian utama.
Truk Dono mampu memuat 4 ton rajangan tembakau yang telah dicampur dengan saus racikan. Meski sudah terkemas rapi dalam karung-karung, aromanya tetap menembus lubang pori-pori karung. Hanya dari jarak sekian meter pun harumnya sudah tercium, apalagi saat diterpa angin. Ah, siapa pun akan mengenalinya. Ini tembakau!
Dalam setiap pengiriman tembakau, Dono tak pernah berangkat sendirian. Dia selalu dikawal seorang pengawal khusus. Di lain waktu, ia bisa dikawal oleh 3-5 orang yang duduk di dalam mobil. Saling telepon menjadi cara berkomunikasiresiprokal yang menghubungkan dua kendaraan itu.
Saat ada instruksi dari pengawal, ”Mas, hati-hati ada mobil mencurigakan yang mendekat dan nempel!” Saat itulah Dono langsung tancap gas untuk memacu truknya sekencang mungkin. Sembari itu, para pengawal bakal menghalangi mobil yang diindikasi merupakan petugas yang mengintai.
Ia akan terus melaju dengan kecepatan maksimal! Whoossshh! Tak perlu khawatir truk menjadi tidak stabil saat diterpa angin. Sebab, muatan tembakau mungkin terlihat menggunung dan padat, tetapi bobotnya ringan. Tentu berbeda saat membawa muatan batu atau pasir yang memang bobotnya berat sehingga harus berkendara pelan-pelan.
Baca juga: Pengawasan Pemerintah terhadap Lokapasar Dinanti
Jadi, bukan hanya truknya yang melaju kencang, jantungnya pun berdegup tak karuan. Harapan dalam pikirannya hanya satu: bisa selamat sampai tujuan dan tidak tertangkap petugas di lapangan. Rasa waswas itu senantiasa menghantuinya, memompa deras adrenalinnya.
Seiring waktu, nalurinya kian terlatih dalam membaca kondisi jalan. Matanya begitu tajam bolak-balik memantau dari spion. Takut kalau ada yang diam-diam membuntutinya dari belakang. Pikiran dan perasaan yang berkelindan ini bisa ditekan sedikit saat ada para pengawal yang mendampingi.
Sabar menunggu
Dono selalu melewati jalur dan berhenti di lokasi yang sama. Lokasi tujuannya tidak spesifik menuju ke suatu rumah atau gudang, tetapi ke sebuah titik di jalan raya. Di sini, dia bertemu dengan orang kepercayaan bos yang memesan tembakau.
Lalu, truknya dibawa oleh mereka entah menuju ke mana, mungkin gudang atau tempat pengepakan. Pokoknya sangat dirahasiakan. Kurir juga dilarang tahu. Yang jelas, truk dikembalikan dalam keadaan bersih, tak ada tembakau bersisa.
Pengiriman bahan itu waktunya tak tentu. Mungkin dikirim pagi, siang, atau sore. Padahal, proses bongkar muat tembakau cukup lama, yakni menghabiskan waktu lebih kurang tiga jam. Selama proses itu, dia biasanya singgah di suatu tempat untuk beristirahat atau makan untuk melepas penat setelah dua jam berkendara.
Baca juga: Tembakau Madura, dari Mitologi hingga Menjadi Komoditas ”Daun Emas” (Tulisan 9)
Ketika pesanan ramai, dia bisa bolak-balik ke lokasi yang sama hingga lima kali per minggu. Meski bikin deg-degan, pekerjaan ini tetap dilakoni karena cuan besar baginya. Dalam seminggu, dia bisa mengantongi upah tiga kali UMR Kabupaten Sampang atau kisaran Rp 6,5 juta. Belum lagi jika pengiriman cukup padat, pundi-pundi kian berlipat.
Jika dihitung kumulatif dalam sebulan, upahnya bisa menembus dua digit. Artinya, setidaknya ia bisa mengantongi Rp 24 juta per bulan. Itu baru seorang kurir saja. Adakalanya hari apes itu datang, tapi Dono belum pernah tertangkap sejauh ini. Maksud dari hari apes adalah saat mobil dan barang bawaan yang dibawa kurir disita oleh petugas Bea Cukai di titik tertentu dalam perjalanan.
Rajin berdoa
Gambaran betapa dag-dig-dugnya bisnis rokok ilegal juga tergambar dari Jojo, seorang bos-kecil rokok ilegal di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Kurirnya pernah tertangkap di Jawa Tengah. Kala itu, dia tengah mengirim rokok buatannya ke Tangerang, Banten, menggunakan kendaraan travel yang berupa mobil pribadi, tanpa ada merek yang ditempel di badan kendaraan.
Jumlah yang dikirim totalnya 52 bal (satu bal isinya 200 bungkus rokok). Sesampainya di Tegal, kurir mendadak dicegat oleh oknum patroli jalan raya. Sang kurir langsung menelepon dirinya dan menghubungkan ke oknum petugas itu.
Uang tebusan yang diminta Rp 20 juta. Jojo mentransfer sejumlah itu dengan syarat barang dikembalikan. Ia tidak masalah harus menebus itu meski keuntungan dari separuh barangnya hilang. Begitulah risikonya, ibaratnya kata orang, uang setan dimakan setan.
Dari hasil analisisnya, mobilnya mungkin dicegat karena terlihat kosong, tapi ternyata membawa barang yang terlihat berat. Sejauh ini, dia menghindari pengiriman lewat ekspedisi karena lebih besar risiko terdeteksinya.
Jika memang pengiriman harus pakai travel, Jojo mengaku hanya bisa berserah kepada Tuhan. ”Berdoa terus saya,” ucapnya sambil tertawa.
Harapannya, doa baik yang dilafalkan terus-menerus itu bisa mengiringi perjalanan rokok ilegal agar tetap aman sampai tujuan dan dirinya selamat dari segala nasib buruk.
Dia meracik sendiri tembakau yang akan diolah menjadi rokok. Lalu, tembakau yang sudah diracik dibawa ke sebuah pabrik rokok di dekat rumahnya untuk dilinting dengan mesin. Istilahnya disebut ”titip mesin”.
Konsep itu serupa dengan mesin penggiling padi di desa-desa. Mereka yang punya bahan mentah tembakau bisa meminjam alat itu untuk memproduksi rokok ilegal racikan mereka sendiri. Biasanya alat dimiliki oleh satu orang dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Rokok yang sudah jadi itu dibawa pulang. Kemudian, ia memberdayakan para tetangga untuk mengemas rokok tersebut sebelum dikirim ke Tangerang. Bungkusnya dicetak di Surabaya, Sidoarjo, dan Malang.
Baca juga: Jasa ”Travel” Diduga Terlibat Peredaran Rokok Ilegal
Untuk mencegah mobilnya tidak dicegat petugas, dia juga menghindari penggunaan nomor pelat kendaraan M, yang menunjukkan daerah Madura. Namun, hari apes itu tetap singgah meski sudah menggunakan kendaraan dengan plat nomor W.
Di balik bisnis rokok ilegal yang menguntungkan, ada risiko besar yang harus dipikul. Entah merugi atau rasa waswas yang dihadapi. Pengalaman dicegat petugas sepertinya bukan batu sandungan berarti bagi bisnis kecil berumur tujuh bulan yang dikelola Jojo. Sejak awal, dia paham bahwa bisnis yang untungnya besar juga pasti memiliki risiko yang besar.