Melacak Jejak Digital Lowongan Kerja yang Janggal
Situs perusahaan fiktif sengaja dibuat untuk menjebak pelamar. ”Kompas” melacak itu bermula dari lowongan yang janggal.
Bagian ke-19 dari 19 tulisan
Aksi penipuan lowongan kerja mengandalkan laman perusahaan fiktif yang dibuat untuk mengelabui pencari kerja. Dari banyak laman itu, sebagian besar menyimpan kejanggalan jejak digital yang mengindikasikan kebohongan.
Kompas mengumpulkan lebih dari 10 situs perusahaan fiktif yang bertaut dengan kiriman undangan wawancara kerja. Kami memindai dan mengambil isi seluruh situs, termasuk teks dan gambar yang tersimpan di laman mereka.
Baca juga: Lowongan Kerja Disebar lewat Perusahaan Fiktif
Hasilnya, ada sejumlah situs perusahaan berbeda nama tetapi menggunakan teks hingga gambar yang serupa. Salah satunya, kami menemukan situs resto norrenhansushi.store dan tokugawashabusushi.store yang punya kesamaan berupa foto-foto dan templat laman.
Melihat ke bagian about us, baik Norren Han Sushi maupun Tokugawa Shabu Sushi sama-sama menyebut resto mereka menyajikan japanese food yang lengkap dan halal. Kedua resto menyertakan foto serupa, yakni ruang berdekorasi kayu yang beruas-ruas diselingi pencahayaan putih terang dari sejumlah sisi.
Kompas lalu melacak sumber kedua foto itu lewat Google Lens. Kedua foto itu identik dengan foto salah satu artikel blog laman www.highstreet.co.id. Blog itu mengulas restoran bernama En Dining, 24 Januari 2019, yang berada di Mal Senayan City, Jakarta.
Tak hanya itu, kejanggalan lainnya kami temukan pada kedua situs resto. Hampir semua gambar dalam kedua situs itu mencatat metadata nama yang serupa. Kami lalu coba mengecek bagian pendaftaran lowongan di kedua situs. Kedua situs itu mengarah pada tautan formulir Google Form yang sama.
Baca juga: Jebakan Penipu untuk Pelamar Disiapkan sejak Awal
Setelah mendaftar dan mencatatkan nomor kontak di formulir, tak lama sebuah pesan aplikasi Whatsapp masuk. Isinya meminta kami datang untuk wawancara kerja di kawasan Rukan Kirana, Jatinegara, Jakarta Timur.
Saat kami datangi, Rabu (24/7/2024), panggilan wawancara itu rupanya meminta uang jaminan ke para pencari kerja. Biaya Rp 1,7 juta yang diberikan oleh pencari kerja ke perusahaan ternyata tidak pernah bisa kembali. Begitu pula resto yang sempat disebutkan di awal, nyatanya tidak pernah ada. Lowongan daari situs perusahaan fiktif tersebut justru mengarah ke PT KTT, perusahaan penyalur tenaga kerja.
Panggilan wawancara itu rupanya meminta uang jaminan ke para pencari kerja.
Terjerat
Vina (19), bukan nama sebenarnya, terjerat penipuan lowongan dari jejaring PT KTT yang mengatasnamakan Saung Sunda Caffe Restoran. Panggilan wawancara kerja yang ia terima juga menyertakan situs resto fiktif.
Kami melacak sumber gambar pada laman sites.google.com/view/saungsundacafferestoran dari undangan kerja yang diterima Vina. Hasilnya, gambar yang dipakai di situs tersebut bersumber dari foto aktivitas restoran bernuansa desa, salah satunya dari resto bernama Kampung Kecil. Sebagian foto lainnya diambil dari aktivitas makan bersama yang diunggah dalam sebuah video di Youtube.
Baca juga: Berharap Memperbaiki Nasib, Berujung Duit yang Raib
Vina yang menjalani penempatan kerja dari PT KTT justru diarahkan ke sebuah alamat resto di Jakarta Utara yang tidak pernah ada. ”Kami tanya ke orang-orang di sana, katanya tidak ada rumah makan itu. Kata mereka sudah banyak yang tertipu seperti saya,” ujar perempuan asal Banten ini.
Situs fiktif
Wendi, bukan nama sebenarnya, tergabung dalam salah satu jejaring kelompok penipu sebagai orang yang membuat situs perusahaan fiktif. Laki-laki ini membenarkan bahwa situs yang dibuat adalah fiktif. Situs-situs lowongan tersebut dibuat sengaja menyerupai nama perusahaan yang mapan dengan tujuan agar pencari kerja terjebak.
Hal yang dikatakan Wendi itu persis seperti yang kami temukan pada laman www.industrigroup.site yang mengatasnamakan PT Nitera Mobiliti Indonesia. Apabila tidak cermat, pencari kerja sekilas akan mengira itu adalah PT Nitera Mobility Indonesia, nama baru dari perusahaan NGK Busi di Indonesia. Padahal, kedua nama perusahaan itu berbeda secara penulisan.
Gambar dan templat situs yang sama kami temukan pada laman pt-yohzuautoindustry.weebly.com. Kedua situs perusahaan fiktif itu ternyata berujung pada panggilan wawancara kerja di PT SAS, sebuah penyalur tenaga kerja di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
”Beberapa website itu dibikin gratis, pakai Wordpress atau sejenisnya. Paling beli domain aja, domain kan, bos yang nanggung,” ujar Wendi, Jumat (16/8/2024).
Baca juga: Anggota Komplotan Pun Gunakan Nama Samaran
Laman perusahaan fiktif pun Kompas temukan pada undangan wawancara kerja lewat pesan Whatsapp oleh PT Indo Pasific Express. Belakangan saat diakses pada Jumat (30/8/2024), nama perusahaan di situs ini berubah menjadi PT Tunas Abadi Indocargo.
Dari tautan infocarrer-cergo.online di undangan itu, kami mengecek adanya perbedaan nama perusahaan, yang sebelumnya dalam undangan disebut PT Tunas Abadi Indocargo, tetapi di dalam situs disebutkan sebagai PT Tri Buana Express Logistik & Cargo.
Baca juga: Asal Bayar, Pakai Sandal Jepit Pun Bisa Melamar
Kompas mengecek ketiga nama perusahaan itu lewat laman profil perseroan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan hak Asasi Manusia. Nama-nama tersebut tidak ditemukan di profil perseroan Kemenkumham. Padahal, pada bagian bawah situs infocarrer-cergo.online tadi disebutkan perusahaan logistik tersebut sudah ada sejak tahun 1993 di Jakarta.
Pada bagian company profile, laman perusahaan disebut berdiri sejak 2018. Terdapat deskripsi lini kegiatan perusahaan di bidang logistik, visi-misi perusahaan, hingga foto-foto yang mencirikan aktivitas perusahaan.
Pelacakan foto-foto aktivitas perusahaan itu di Google Lens justru mengarah pada sumber yang berbeda. Dua foto yang menampilkan aktivitas pekerja berseragam merah memindahkan dus di sebuah gudang ternyata bersumber dari laman kontan.co.id. Foto-foto tersebut dipublikasikan di artikel pada Desember 2017, sedangkan situs perusahaan loker itu tercatat baru dibuat pada 2024.
Dua foto itu dipastikan identik karena sama-sama mencantumkan byline ”Kontan/Maizal Walfajri” pada bagian sudut foto. Sementara, lokasi foto sebenarnya adalah di gudang milik perusahaan e-commerce Lazada.
Sebagian pencari kerja terjebak lowongan penipuan karena situs perusahaan fiktif tersebut. Lina (22), bukan nama sebenarnya, sempat yakin mendatangi panggilan wawancara kerja saat melihat situs www.industricompany.site yang mengatasnamakan PT Fedral Izumi Industry. Namun, panggilan itu justru mengarah ke PT SAS di Kebayoran Lama.
”Saya kira itu PT besar karena situsnya meyakinkan. Tahu-tahu hilang uang Rp 1,7 juta, terus ditempatkan di pekerjaan yang gajinya cuma Rp 2 juta. Tidak sesuai janji di awal,” ujar perempuan asal Kalimantan Tengah ini.
Satu demi satu korban penipuan lowongan itu bermunculan karena terjebak situs perusahaan fiktif. Situs-situs yang menyimpan kejanggalan jejak digital itu terus beroperasi sampai sekarang, menjerat pencari kerja selanjutnya.