Menangkal Penipuan di Platform Lowongan Kerja
Platform pencarian kerja berupaya menangkal modus penipuan berkedok lowongan kerja yang kian canggih.
Bagian ke-13 dari 19 tulisan
JAKARTA, KOMPAS — Upaya menangkal penipuan lowongan kerja mulai digaungkan di jagat maya, termasuk di platform pencarian lowongan. Sebab, maraknya aksi penipuan itu kini kian melibatkan rekayasa sosial dan kecanggihan teknologi daring.
Sebagian besar lowongan penipuan tersebut disebar lewat platform pencarian kerja di internet. Penelusuran Kompas per Juli-Agustus 2024, terdapat sejumlah entitas fiktif yang dipakai menyerupai nama perusahaan besar. Lowongan itu memasang syarat mudah, seperti tanpa ijazah dan tanpa batasan usia, tetapi digaji standar upah minimum provinsi.
Baca juga: Lowongan Kerja Disebar Lewat Perusahaan Fiktif
Setelah dilacak, sejumlah entitas fiktif itu ternyata berujung ke tenaga penyalur yang memungut biaya ke pencari kerja. Pada akhirnya, lowongan di perusahaan tujuan tidak ada. Tawaran upah pekerja pun sangat rendah.
Platform pencarian kerja Jobstreet menyadari munculnya sejumlah lowongan penipuan semacam itu yang mengincar tenaga kerja di Indonesia. Pengamatan Kompas, Minggu (25/8/2024), akun media sosial Jobstreet aktif merespons sejumlah unggahan tentang penipuan lowongan yang ramai di media sosial.
Di akun @kabarcibubur24jam, misalnya, unggahan tentang penipuan lowongan kerja di sebuah ruko area Duren Sawit, Jakarta Timur, langsung direspons oleh akun @jobstreetindonesia. ”Halo! Terkait video ini, boleh tolong diinfokan untuk kronologi lebih lanjut ke admin via email?" begitu respons itu tertulis di kolom komentar.
Head of PR, Social & Content Jobstreet Indonesia Adham Somantrie menuturkan, tim Jobstreet sempat menandai iklan lowongan kerja berisikan kata kunci yang diskriminatif atau meminta pembayaran dari pencari kerja.
Baca juga: Mengecilnya Lapangan Pekerjaan, Membesarnya Peluang Penipuan
Selama periode Juli 2023 hingga Juni 2024, ada sekitar 490.000 iklan lowongan Jobstreet yang ditinjau kembali secara global. Jobstreet lalu mengomunikasikan ke perusahaan pengiklan lowongan tersebut tentang mengapa iklan mereka ditandai atau dipertanyakan.
”Satu tahun terakhir, kami secara otomatis memindai 4,9 juta iklan lowongan di platform kami di seluruh Asia Pasifik, yang mengakibatkan tim kami meninjau secara manual 10 persen dari iklan tersebut,” ucap Adham, Kamis (15/8/2024).
Adham mengatakan, Jobstreet juga membatalkan sebagian perusahaan yang mendaftar di platform mereka karena tidak dapat memverifikasi keabsahan perusahaan. Langkah tersebut diambil karena berisiko melanggengkan lowongan yang informasinya tidak jelas bagi pencari kerja.
Pada kenyataannya, sejumlah korban yang Kompas hubungi mengaku mendapatkan panggilan kerja dari perusahaan yang mereka daftarkan di Jobstreet. Indah (35), salah satu korban, sempat menunjukkan kiriman panggilan kerja yang masuk lewat alamat surelnya kepada Kompas. Dari kiriman surel itu, perekrut menyebut bahwa mereka mendapat alamat surel pelamar kerja karena mendaftar via Jobstreet.
”Mereka kirim lamaran itu karena katanya dulu saya pernah mendaftar lewat Jobstreet. Dan, waktu itu, memang saya kirim lamaran ke banyak perusahaan lewat Jobstreet. Saya tidak ingat persis itu kiriman yang mana,” ucap perempuan asal Jawa Tengah itu.
Waktu itu memang saya kirim lamaran ke banyak perusahaan lewat Jobstreet.
Selain di Jobstreet, Kompas juga mendapati penipuan lowongan kerja lainnya di platform Glints. Lowongan yang mengatasnamakan restoran Norren Han Sushi di Glints terindikasi kuat sebagai salah satu entitas fiktif yang mengarah pada penipuan. Lowongan itu sempat bercokol lama hingga akhirnya menghilang di Glints saat kami cek kembali pada Senin (10/8/2024).
Kami mencoba mendaftar untuk lowongan yang mengatasnamakan restoran Norren Han Sushi itu, Selasa (23/8/2024). Lowongan itu berujung pada lembaga penyalur tenaga kerja yang memungut uang, sementara resto Norren Han Sushi yang disebut-sebut sejak awal, tidak pernah ada.
Baca juga: Mengecilnya Lapangan Pekerjaan, Membesarnya Peluang Penipuan
Head of Platform Operations Glints Cynthia Dewi mengatakan, timnya menerapkan serangkaian pemeriksaan untuk memverifikasi lowongan yang telah diunggah. Meski dengan pengawasan ketat, Cynthia tidak memungkiri adanya lowongan terindikasi penipuan yang bisa lolos pemeriksaan.
”Meski kami memiliki sistem yang kokoh, kami sadar bahwa tidak ada sistem yang sempurna. Di samping upaya terbaik kami, sebagian lowongan yang mengarah ke penipuan mungkin saja masih ada di platform kami,” ujar perempuan ini.
Glints secara aktif telah mengawasi lowongan yang mengarah ke penipuan. Timnya menerapkan serangkaian verifikasi dengan teknologi untuk mendeteksi lowongan kerja sebelum akhirnya dapat diakses pencari kerja.
Glints mendapat informasi bahwa sejumlah pelaku penipuan berupaya menggiring pelamar kerja agar berkomunikasi di luar platform. Komplotan penipu itu kemudian mengontak pelamar kerja, meminta data pribadi, hingga sejumlah uang sebagai jaminan.
Menurut Cynthia, kondisi seperti itu membuat tim perlu waktu untuk menginvestigasi dugaan penipuan. Sebab, salah satu cara penipu adalah dengan mengontak lewat alamat surel pribadi para pelamar kerja.
Tren penipuan
Glints memandang maraknya tren penipuan saat ini sebagai bagian dari era yang makin digital dan berkembangnya kecerdasan buatan. Cynthia melihat makin seringnya pencari kerja mencari lowongan terutama lewat media sosial.
Selain itu, Glints mendapat informasi bahwa komplotan penipu kerap menggiring pelamar kerja agar berinteraksi di luar platform mereka. Hal tersebut menjadi salah satu alasan investigasi terhadap aksi penipuan lowongan kerja di platform butuh waktu lebih lama. Tim perlu mengecek latar informasi perusahaan perekrut.
Terkait penipuan, Cynthia tidak menoleransi segala bentuk penipuan yang dilakukan di dalam platform Glints. Akun perusahaan perekrut yang mencurigakan dipastikan segera diblokir agar tidak menjaring korban lebih banyak.
Cynthia menyatakan, Glints akan terus berinvestasi pada teknologi terbaru untuk memverifikasi dan mengidentifikasi penipuan. Mereka menindaklanjuti laporan penipuan secara serius dan menginvestigasi platform mereka secara utuh.
Adham dari Jobstreet juga menyampaikan hal serupa. Sebelumnya telah ada sistem pemeriksaan saat sebuah entitas atau perusahaan bergabung dalam platform Jobstreet.
Baca juga: Sindikat Penipu Lowongan Kerja Beroperasi bagai Gurita
Jobstreet ingin memutus jejaring penipuan sejak dari iklan lowongan. Hal tersebut diharapkan dapat menekan potensi keuntungan yang didapat para komplotan penipu.
”Kami berupaya mengganggu modus operandi dan membatasi jangkauan mereka sehingga bentuk eksploitasi (penipuan) ini menjadi tidak layak secara ekonomi bagi para pelaku kejahatan,” kata Adham.