Susah Dapat Kerja, Sarjana Pun Terjebak Penipuan Lowongan Kerja
Ada sarjana keperawatan hingga psikologi yang kehilangan jutaan rupiah akibat penipuan lowongan kerja.
Bagian ke-14 dari 19 tulisan
Baik itu lulusan sekolah menengah atas maupun jebolan universitas, semua bisa jadi korban penipuan lowongan kerja. Rasa putus asa akibat menganggur karena kesulitan mendapat pekerjaan membuat para korban lengah dan akhirnya terjebak.
Derap sepatu cukup keras terdengar di anak tangga. Sesosok perempuan berambut seleher muncul. ”Ini lantai tiga, ya?” tanya Susi, bukan nama sebenarnya. Entah apa yang mengganggu konsentrasinya, tetapi ibu satu anak itu baru menjejakkan kaki di lantai dua. Seorang anggota staf perusahaan lantas mengarahkan dia naik sekali lagi.
Hari itu, Susi mengikuti pembekalan di kantor pusat perusahaan penyalur tenaga kerja di Kalideres, Jakarta Barat. Beberapa jam sebelumnya, ia menjalani wawancara kerja dan tanda tangan perjanjian di kantor cabang Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
”Badan pegal banget, di jalan ada 2,5 jam,” keluh sarjana psikologi ini. Bukan hanya waktu tempuh yang dikeluhkan Susi, melainkan kebohongan di perusahaan mengenai pembayaran uang jaminan Rp 1,7 juta karena iming-iming kerja bergaji layak.
Awalnya, Susi mendapat informasi lowongan pekerjaan untuk posisi staf administrasi di PT Deka Guna Logistindo melalui pesan Whatsapp. Mantan pegawai urusan sumber daya manusia di salah satu perusahaan itu tertarik dan mendaftarkan diri. Ia mendapat panggilan wawancara keesokan harinya di Tambun Selatan.
Di sana, pewawancara menginformasikan bahwa Susi akan ditempatkan di Pulogadung, Jakarta Timur. Gaji pokok Rp 4,9 juta per bulan dan terdapat uang makan plus transportasi Rp 50.000 per hari. ”Katanya, uang jaminan dikembalikan barengan gaji pertama. Makanya, aku percaya,” tutur warga Jakarta Timur itu.
Baca juga: Sindikat Penipu Lowongan Kerja Beroperasi bagai Gurita
Setelah menyerahkan uang ke manajer cabang, Susi tiba-tiba disuruh langsung ke kantor pusat di Kalideres, Jakarta Barat. Manajer mendesak ia menggunakan ojek daring dengan biaya Rp 155.000. Ia lantas menyadari bahwa ia tidak sedang berurusan dengan perekrut dari PT Deka Guna Logistindo, tetapi dengan perusahaan penyalur tenaga kerja atau biasa disebut lembaga penempatan tenaga kerja swasta (LPTKS).
”Harusnya dia (pewawancara di kantor cabang) dari awal ngomong mau dikirim ke head hunter (penyalur tenaga kerja) gitu, kan. Ini dia enggak ngomong,” ujar mantan staf urusan sumber daya manusia pada salah satu perusahaan itu. Apalagi, ternyata ia tidak disalurkan ke perusahaan logistik tadi. Perusahaan penyalur ini bahkan sempat merekomendasikan ia melamar jadi staf desk collection (bertugas mengingatkan nasabah terkait tagihan) pada pelaku usaha kredit.
Baca juga: Berharap Memperbaiki Nasib, Berujung Duit yang Raib
Staf perusahaan di Kalideres juga menyebutkan, jika Susi mendapat pekerjaan, uang Rp 1,7 juta tidak dikembalikan karena dihitung sebagai kontribusi ke PT. Padahal, manajer kantor cabang Tambun Selatan mengatakan, uang jaminan dikembalikan bersamaan gaji pertama.
Jika Susi menghendaki uang jaminan dikembalikan, ia mesti tiga kali gagal dalam percobaan penempatan kerja ke pelaku usaha yang jadi rekanan PT. Namun, jika gagal diakibatkan Susi mengundurkan diri atau menolak pekerjaan, uang juga hangus. Aturan yang tidak masuk akal itu membuat Susi memilih tidak melanjutkan proses dan terpaksa kehilangan uang jaminan Rp 1,7 juta.
Berpengalaman
Penipuan bermodus lowongan kerja ini juga menimpa Nia (22), bukan nama sebenarnya, yang merupakan lulusan sarjana keperawatan. Kendati pernah punya pengalaman bekerja menjadi staf akuntan dan staf admin, dia tetap terperangkap oleh jebakan sindikat penyalur kerja.
Pertengahan Juli lalu, Dia mendapat undangan wawancara yang mengatasnamakan PT Sumi Dunlop Indonesia. Nia yang saat itu tengah menganggur tak pikir panjang untuk datang ke alamat wawancara di kawasan Ciledug, Jakarta Selatan. Kantor yang didatangi ternyata bukan kantor perusahaan yang tertera dalam undangan wawancara, melainkan kantor dari entitas penyalur tenaga kerja. ”Pas ngobrol sama pelamar-pelamar lain, baru sadar kalau ini kayaknya penipuan,” katanya.
Baca juga: Jebakan Penipu untuk Pelamar Disiapkan Sejak Awal
Nia diminta uang jaminan sebesar Rp 1,45 juta dalam proses wawancara. Selanjutnya, dia diarahkan untuk mengikuti pembekalan dan penempatan kerja di perusahaan penyalur tenaga kerja lain di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Nia terpaksa mengikuti proses-proses selanjutnya karena tidak ingin uangnya hangus karena dianggap mengundurkan diri.
Perusahaan di Jatinegara kemudian menjelaskan bahwa Nia akan disalurkan ke perusahaan yang menjadi mitranya. Dia hanya punya kesempatan tiga kali. Setelah menjalani tiga proses penempatan yang menguras tenaga, waktu dan materi, Nia dinyatakan gagal.
Nia kemudian mendatangi perusahaan di Jatinegara untuk meminta surat rekomendasi pengembalian dana ke PT pertama di Ciledug. Namun, staf administrasi malah memberikan penempatan keempat. Padahal, sebelumnya perwakilan penyalur tenaga berjanji akan memberikan surat rekomendasi pengembalian dana jika pelamar kerja gagal dalam tiga kali penempatan.
”Aku udah capek sama prosesnya. Dioper ke sana-sini. Sekarang malah uangnya tidak bisa diminta balik,” ujar Nia kesal. Dengan beragam tipu muslihat dari penipu lowongan kerja, masyarakat perlu berhati-hati dan menyalakan alarm waspada.