Cermati Informasi Lowongan dan Waspadai Permintaan Uang
Pencari kerja perlu waspada dengan lowongan yang syaratnya minim dan iming-iming fasilitas. Apalagi sampai meminta uang.
Bagian ke-5 dari 19 tulisan
Penipuan berkedok lowongan kerja menyasar orang yang menyebar lamaran secara daring. Di antara banyaknya lamaran yang dikirim, ternyata sebagian lowongan fiktif itu menyangkut ke alamat surel pencari kerja.
Dari situlah Lina (22), bukan nama sebenarnya, menerima lowongan kerja fiktif awal Agustus 2024. Perempuan ini sempat merasakan harapan karena akhirnya ada undangan wawancara kerja dari puluhan lamaran yang dikirim. Namun, dia merasakan ada kejanggalan pada lowongan itu, terutama karena syarat yang sangat mudah, yakni usia 18-65 tahun boleh mendaftar lowongan itu.
Belakangan saat dia mendatangi wawancara kerja, perusahaan itu meminta uang jaminan dengan total sekitar Rp 1,7 juta sambil menjanjikan gaji layak dan sejumlah fasilitas. Sudah membayar penuh uang jaminan itu, Lina justru tidak pernah mendapat gaji dan fasilitas yang dijanjikan.
"Ini penempatan malah dioper-oper, enggak sesuai dengan nama perusahaan dan bidang yang aku lamar di awal. Gaji yang dibilang UMR ternyata malah cuma Rp 2 juta (per bulan)," jelasnya, saat ditemui, Rabu (14/8/2024).
Baca juga: Berharap Memperbaiki Nasib, Berujung Duit yang Raib
Seperti pengalaman Lina, penipuan lowongan kerja bisa menghampiri siapa saja saat tidak teliti. Pencari kerja perlu mencermati ciri-ciri lowongan yang mengarah ke penipuan.
Berdasarkan penelusuran Kompas di platform pencarian kerja dan media sosial, modus penipuan lowongan kerja sering menerapkan syarat-syarat yang terlalu mudah. Temuan tim, hampir semua penipuan lowongan kerja tidak mensyaratkan ijazah pendidikan terakhir.
Baca juga : Lapangan Kerja Menyempit, Gen Z Makin Terimpit
Dari temuan kami, sejumlah lowongan kerja dengan syarat mudah kerap berujung pada wawancara di lokasi ruko yang tidak terawat dan dijaga ketat petugas sekuriti. Ketika ditelusuri, perusahaan yang tercantum pada lowongan berbeda dengan pihak yang mewawancara, yang kemudian mengaku sebagai penyalur tenaga kerja.
Jika mendapati situasi seperti ini, pencari kerja patut curiga karena tak jarang praktik semacam ini yang berujung pada penipuan.
Tak jarang, persyaratan kerja yang terlalu mudah dan tidak mencantumkan riwayat pendidikan terakhir berujung pada penipuan.
Diminta uang jaminan
Indikasi kuat penipuan berkedok lowongan kerja adalah saat pewawancara meminta uang jaminan ke pelamar kerja. Permintaan uang itu selalu dibarengi dengan janji gaji standar upah minimum provinsi, uang transportasi dan uang makan, serta fasilitas mes pekerja.
Sejalan dengan penelusuran tim di sejumlah lowongan dengan ciri-ciri itu, kenyataannya setelah membayar uang jaminan, pencari kerja justru disalurkan lagi ke tempat kerja lain. Gaji yang didapat pun di bawah Rp 3 juta per bulan.
Siti Kustiati, Direktur Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), menyebut praktik permintaan uang pada pelamar kerja melanggar Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. “Untuk pencaker (pencari kerja), ketika nanti akan dipungut biaya dengan segala modus, pelatihan dan yang lain-lain, itu agar waspada,” ucapnya.
Siti merekomendasikan para pencari kerja agar menjelajahi lowongan-lowongan di aplikasi dan situs SIAPkerja besutan Kemenaker. Melalui menu Karirhub, pengunjung situs bisa mencari lowongan kerja di dalam maupun luar negeri, sesuai bakat, minat, dan kualifikasi masing-masing.
Panduan
Karena maraknya lowongan yang berujung penipuan, pengelola platform pencarian kerja menerbitkan panduan bagi pencari kerja. Pengelola platform memperbarui panduan secara berkala dengan informasi modus penipuan terbaru.
Glints, misalnya, telah menyediakan panduan untuk mengidentifikasi lowongan yang berpotensi penipuan di laman www.glints.com/id/lowongan/panduan-cari-kerja-online. Panduan itu menekankan ciri-ciri penipuan lowongan kerja yang dapat dilihat dari iklan lowongan, surat undangan, serta wawancara.
Apabila ada penulisan yang ceroboh dalam iklan atau surat undangan wawancara, menjanjikan penggantian biaya perjalanan dan akomodasi, bahkan hingga meminta uang saat wawancara, maka patut diduga lowongan itu adalah penipuan.
Head of Platform Operations Glints Cynthia Dewi menyatakan pentingnya memastikan kejelasan informasi perusahaan yang hendak merekrut pencari kerja itu. Detail berupa situs perusahaan, akun media sosial, dapat menjadi petunjuk untuk memastikan apakah perusahaan itu benar-benar ada.
“Berhati-hatilah, jika kalian tidak menemukan informasi yang kredibel dari perusahaan perekrut itu,” jelas Cynthia.
Baca juga : Generasi Z Lebih Susah Cari Kerja
Sementara, Jobstreet juga menyediakan panduan serupa lewat tautan id.jobstreet.com/id/security-privacy/current-scams yang fokus pada ragam modus penipuan terbaru. Panduan itu menjabarkan ciri-ciri umum dari tiap modus penipuan.
Seperti diakses Selasa (20/8/2024) pukul 17.10, tautan dari Jobstreet menampilkan panduan tentang penipuan lowongan kerja lewat aplikasi pesan Whatsapp. Disebutkan dalam panduan, ciri-ciri penipuan itu adalah pesan bersifat umum yang tidak menyertakan nama anda atau informasi identitas lainnya.
Selain itu, informasi lowongan kerja kadang mengecoh orang, karena menyerupai nama perusahaan terkenal. Sejumlah lowongan penipuan yang disebarkan lewat Whatsapp itu juga tidak memiliki alamat surel resmi perusahaan. Mereka biasanya memakai surel umum.
Head of PR, Social & Content Jobstreet Indonesia Adham Somantrie mengatakan, pencari kerja dapat melaporkan apabila ada lowongan yang terindikasi menipu. Indikasi ini dapat dilihat dari syarat kerja, pembayaran, gaji yang tidak wajar, serta minimnya informasi perusahaan.