Mengapa Ada Anak Muda yang Mudah Membunuh?
Tingkat pembunuhan yang tinggi banyak terjadi di daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia yang relatif rendah.
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini?
1. Apa motif terbanyak pembunuhan di Indonesia?
2. Mengapa motif asmara paling banyak memicu kasus pembunuhan perempuan?
3. Mengapa pelaku pembunuhan pada anak paling banyak justru orangtuanya sendiri?
4. Bagaimana nasib keluarga korban pembunuhan dan beban hidup yang mereka pikul?
5. Apakah minuman beralkohol dapat memicu terjadinya pembunuhan?
6. Adakah hubungan antara tingkat pembunuhan dan kualitas SDM?
7. Siapakah yang paling banyak melakukan pembunuhan, laki-laki atau perempuan?
8. Apakah pembunuhan selalu dilakukan oleh orang terdekat?
9. Jam berapa paling banyak terjadi pembunuhan?
10. Mengapa kisah cinta bisa berakhir tragis dengan pembunuhan?
11. Benarkah semakin miskin suatu daerah, semakin tinggi tingkat pembunuhan di daerah itu?
12. Benarkah di negara-negara yang relatif bersih dari korupsi, tingkat pembunuhannya kecil?
13. Pasal apa yang paling banyak digunakan dalam putusan dengan hukuman pidana mati?
14. Mengapa terjadi penurunan rasa aman warga di area tempat tinggalnya?
Apa motif terbanyak pembunuhan di Indonesia?
Sebagian besar pembunuhan dilakukan karena motif emosi sesaat. Dari 1.113 berkas putusan yang dianalisis, Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menemukan, sebanyak 38,7 persen pelaku membunuh karena motif emosi sesaat. Dengan kata lain, banyak orang dibunuh hanya karena kemarahan sepele atau emosi sesaat.
Analisis juga menyingkap fakta bahwa kelompok usia yang paling banyak (65 persen) melakukan pembunuhan adalah kelompok muda berusia 19-35 tahun.
Baca juga: Cepat Emosi, Anak Muda Gampang Membunuh
Mengapa motif asmara paling banyak memicu kasus pembunuhan pada perempuan?
Sebanyak 4 dari 10 pembunuhan perempuan dilakukan pasangan intim, yakni suami, pacar, atau pasangan selingkuh. Adapun motif dominan yang memicu terjadinya peristiwa tragis ini adalah masalah asmara.
Motif asmara berada di posisi ketiga motif pembunuhan dengan proporsi mencapai 12,64 persen. Sejumlah motif lain, seperti balas dendam dan menguasai harta korban, juga berhasil diidentifikasi proporsinya melalui hasil analisis.
Budiati (31) dari Desa Kutoharjo, Pati, Jawa Tengah, tewas di tangan suami sirinya, Mashuri (45), pada Jumat (9/6/2023), dua minggu setelah melahirkan anak ketiga mereka. Mashuri menganiaya Budiati karena cemburu setelah menerima telepon dari orang tak dikenal. Menurut saksi, Budiati sering mengalami kekerasan dari Mashuri yang kerap marah dan emosi karena cemburu.
Pembunuhan Budiati hanyalah satu dari ratusan kasus pembunuhan perempuan yang dianalisis Tim Jurnalisme Data Harian Kompas. Sejumlah pola pada pembunuhan perempuan terungkap melalui analisis terhadap 1.349 pelaku yang terlibat dalam 1.113 kasus pembunuhan.
Baca juga: Asmara, Pemicu Maut pada Perempuan
Mengapa pelaku pembunuhan pada anak paling banyak justru orangtuanya sendiri?
Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menemukan fakta, sebanyak 30,3 persen anak-anak korban pembunuhan tewas di tangan orangtuanya sendiri.
Sebanyak 54,5 persen korban pembunuhan adalah anak laki-laki. Pelakunya, sebanyak 84,85 persen juga anak laki-laki. Batasan usia anak di sini adalah 0-18 tahun.
Faktor relasi kuasa menjadi salah satu penyebab banyaknya pelaku kekerasan terhadap anak adalah orangtua sendiri, seperti disebutkan Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nahar.
”Meskipun tiap kasus punya kondisi yang unik, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kasus pembunuhan anak oleh orangtuanya sendiri, seperti faktor psikologis, sosial, dan ekonomi,” kata Nahar.
Tim Jurnalisme Data juga membedah dan menganalisis secara khusus kasus-kasus yang menyangkut pembunuhan terhadap anak perempuan.
Baca juga: Orangtua adalah Maut?
Bagaimana nasib keluarga korban pembunuhan dan beban ganda yang mereka pikul?
Selain merampas nyawa korban, pembunuhan juga menimbulkan trauma mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan dan bahkan sejumlah persoalan pelik lain yang tidak dibayangkan sebelumnya. Terlebih lagi ketika kasus mendapat perhatian besar dari publik. Kesedihan seakan terulang terus.
”Saya kalau lihat foto Vina di handphone atau televisi langsung teringat lagi,” kata Sukaesih, ibu Vina, korban pembunuhan di Cirebon, saat diwawancarai Kompas pada Senin (8/7/2024) di rumah mereka.
Di luar itu pun, kasus pembunuhan ini mengikat mereka pada persoalan hukum yang berlarut-larut dengan biaya yang tak murah bagi keluarga dengan ekonomi pas-pasan itu.
Ada juga kasus pembunuhan terhadap Anton (25) di Palembang, Sumatera Selatan, yang terjadi awal Juni 2024 ini. Tewasnya Anton di tangan nasabah koperasi tempat ia bekerja, An, Po, dan Kek, meninggalkan keluarga muda Anton, Rensi (26) dan anaknya yang masih berusia 2 tahun, tanpa pencari nafkah.
Baca juga: Nestapa dan Beban Ganda Keluarga Korban
Apakah minuman beralkohol dapat memicu terjadinya pembunuhan?
Sebanyak satu dari empat kasus pembunuhan yang dianalisis oleh Tim Jurnalisme Data Harian Kompas melibatkan konsumsi alkohol, baik oleh pelaku maupun korban.
Dari pembacaan tim terhadap ratusan berkas perkara pembunuhan yang melibatkan miras ini, terlihat dominasi motif ”emosi sesaat”. Para pakar menilai ini berhubungan dengan bagaimana karakteristik alkohol yang memengaruhi penggunanya.
Analisis juga mengungkap provinsi mana saja yang paling banyak menjadi lokasi pembunuhan beraroma maut alkohol.
Baca juga: Minuman Alkohol Beraroma Maut
Adakah hubungan antara tingkat pembunuhan dan kualitas SDM?
Tingkat pembunuhan yang tinggi banyak terjadi di daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang relatif rendah. Analisis Tim Jurnalisme Data Harian Kompas mengungkap, ada korelasi negatif menengah (0,4) antara tingkat kasar pembunuhan dan IPM per provinsi. Artinya, semakin rendah angka IPM, semakin tinggi tingkat pembunuhan di provinsi tersebut.
Salah satu contoh adalah Sumatera Selatan (Sumsel) yang baru-baru ini dihebohkan oleh kasus pembunuhan karyawan koperasi, Anton Eka Saputra (25), yang jasadnya ditemukan dicor di dalam ruko di kawasan Maskarebet, Palembang, Sumsel, Rabu (26/6/2024).
Sumsel memiliki angka IPM 72,48, lebih rendah ketimbang rata-rata nasional di angka 73,77. Sumsel pun masuk lima besar provinsi dengan jumlah pembunuhan tertinggi menurut Statistik Kriminal 2023 oleh BPS.
Baca juga: Kasus Pembunuhan Tinggi di Daerah Tertinggal
Siapakah yang paling banyak melakukan pembunuhan, laki-laki atau perempuan?
Entah apa yang ada di hati dan pikiran Herman (45). Pria ini diduga membunuh AL (17), keponakannya yang masih menjadi pelajar di sekolah menengah kejuruan di Mesuji, Lampung. Setelah tertangkap polisi, Herman mengaku membunuh AL karena punya utang ratusan juta rupiah yang harus segera dibayar.
Desakan ekonomi, seperti utang piutang bisa mendorong seseorang menjadi gelap mata. Kasus serupa terjadi pada 2021 di Tarakan, Kalimantan Utara. Edy Guntur (24) membunuh Arya Gading (19), sepupunya sendiri, dibantu istri dan temannya. Edy awalnya hanya berniat menculik Arya guna meminta uang tebusan Rp 200 juta kepada ibu korban. Namun, akhirnya Edy membunuh korban guna menghilangkan jejak. Edy mengaku butuh uang. Ia harus mengembalikan uang Rp 20 juta yang dipinjam dari orangtuanya sendiri, tetapi kemudian habis untuk judi.
Kasus-kasus di atas pelakunya adalah laki-laki. Analisis Kompas mengungkap, dari 1.349 pelaku yang terlibat dalam 1.013 pembunuhan selama 2022–2024, sebanyak 1.322 orang atau 98 persen adalah laki-laki.
Baca juga: Gelap Mata Membunuh akibat Harta
Apakah pembunuhan selalu dilakukan oleh orang terdekat?
Pola relasi antara pelaku dan korban bervariasi, tergantung motif pembunuhan. Temuan fakta ini adalah hasil analisis 1.113 berkas putusan perkara pembunuhan pengadilan tingkat pertama pada 2022–2024. Seluruh kasus yang dianalisis melibatkan 1.013 nama korban dan 1.349 pelaku.
Penguasaan harta korban adalah satu-satunya motif di mana pelaku dan korban umumnya tidak saling mengenal. Dalam motif ini, sebanyak 46,8 persen kasus pembunuhannya melibatkan pelaku dan korban yang tidak saling mengenal.
Dari hasil analisis, kategori relasi yang tidak begitu ”dekat”, seperti tetangga, teman main, rekan kerja, dan sekadar kenal ternyata tercatat sebagai pelaku pembunuhan yang paling banyak. Kategori ini menyumbang 44,4 persen atau 450 dari 1.013 pembunuhan yang dianalisis.
Baca juga: Pelaku Pembunuhan, Mengapa (Tidak) Selalu Orang Terdekat?
Jam berapa paling banyak terjadi pembunuhan?
Nasihat agar tidak pulang malam-malam ternyata ada benarnya. Pembunuhan di Indonesia lebih banyak terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 dan pukul 05.00, dibandingkan ketika hari masih terang.
Hasil analisis Tim Jurnalisme Data Harian Kompas, sebanyak 620 kasus di antaranya (61,2 persen) terjadi pada malam hari, pukul 18.00 hingga sebelum pukul 06.00. Hanya 38,8 persen atau 393 pembunuhan terjadi pada siang hari. Analisis dilakukan terhadap 1.013 kasus pembunuhan yang perkaranya telah diputus pengadilan tingkat pertama pada 2022-2024.
Semakin malam semakin banyak pembunuhan terjadi. Periode tiga jam paling berbahaya dalam sehari antara pukul 23.00 dan pukul 02.00.
Selain banyak terjadi di malam hari, karakteristik lain kasus-kasus pembunuhan di Indonesia adalah mayoritas menggunakan senjata tajam.
Baca juga: Tiga Jam Paling Berbahaya dalam Sehari
Mengapa kisah cinta bisa berakhir tragis dengan pembunuhan?
Kisah cinta yang awalnya romantis bisa berubah menjadi tragis, seperti dialami RM (50). Nyawanya harus melayang di tangan kekasih gelapnya, Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29). Jenazah RM dimasukkan ke dalam koper sebelum dibuang ke Jalan Inspeksi Kalimalang, Cikarang Barat, Bekasi (Kompas.id, 6/5/2024).
Hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap 1.113 putusan pengadilan tingkat pertama kasus-kasus pembunuhan sepanjang 2022-2024, hubungan percintaan menjadi motif nomor tiga paling banyak di balik pembunuhan. Sebanyak 12,63 persen korban pembunuhan kehilangan nyawa karena urusan asmara.
Olahan data Tim Jurnalisme Data Harian Kompas juga menunjukkan 40,91 persen pelaku pembunuhan adalah pasangan intim korban. Pasangan intim dalam konteks ini adalah suami/istri, kekasih, atau pasangan selingkuh.
Baca juga: Dari Hati Turun ke Nyawa
Benarkah semakin miskin suatu daerah, semakin tinggi tingkat pembunuhan di daerah itu?
Berita tentang pembunuhan atau penganiayaan hingga meninggal dunia, seperti tidak putus-putusnya di Sumatera Utara (Sumut). Dalam publikasi Statistik Kriminal 2023 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, daerah ini tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kejahatan pembunuhan kedua tertinggi di Indonesia.
Meskipun dikenal sebagai daerah agamis, tingkat pembunuhan di Kalimantan Selatan juga cukup tinggi. Kalsel masuk 10 provinsi dengan laporan pembunuhan terbanyak, menurut Statistik Kriminal 2023.
Kedua provinsi ini menjadi protret hubungan antara pembunuhan dan ekonomi, sesuai catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kemiskinan dan ketimpangan ekonomi menjadi salah satu faktor risiko pembunuhan.
Hasil analisis data BPS 2022 yang dilakukan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menemukan adanya korelasi positif antara kemiskinan dan tingkat pembunuhan per 100.000 penduduk di Indonesia. Relasi positif berarti, tingkat kemiskinan dan tingkat pembunuhan akan bergerak searah. Ketika kemiskinan meningkat, kasus pembunuhan juga akan semakin banyak.
Baca juga: Kemiskinan Memicu Tingginya Pembunuhan
Benarkah di negara-negara yang relatif bersih dari korupsi, tingkat pembunuhannya kecil?
Tindak pembunuhan patut mendapat banyak perhatian. Menurut data UNODC, rata-rata 440.000 nyawa hilang sepanjang 2019-2021 akibat pembunuhan. Bandingkan dengan konflik dan terorisme yang setiap tahun ‘hanya’ menghilangkan masing-masing 94.000 dan 22.000 jiwa.
Di Indonesia, tingkat pembunuhan pada 2019 menurut WHO, mencapai 4,3 per 100.000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata tingkat pembunuhan di Asia Tenggara yang sebesar 3,8 per 100.000 penduduk.
Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menemukan, adanya hubungan antara tingkat pembunuhan dengan kondisi sosial ekonomi setiap negara. Indeks gini yang menjadi ukuran ketimpangan pendapatan menunjukkan korelasi positif dengan tingkat pembunuhan.
Berkebalikan, hubungan negatif ditunjukkan antara pendapatan per kapita dengan tingkat pembunuhan. Tim Jurnalisme Data Kompas juga menemukan adanya hubungan antara tingkat pembunuhan dengan indeks persepsi korupsi. Di negara-negara yang relatif bersih dari korupsi, tingkat pembunuhannya juga kecil.
Baca juga: Kasus Pembunuhan Global: Ekonomi Lemah, Pembunuhan Bertambah
Pasal apa yang paling banyak digunakan dalam putusan dengan hukuman pidana mati?
Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana paling banyak digunakan dalam putusan dengan hukuman pidana mati. Putusan yang menggunakan pasal ini juga paling banyak menghasilkan hukuman dengan pidana penjara seumur hidup.
Olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menunjukkan, dari total 50 terdakwa kasus pembunuhan dengan vonis penjara seumur hidup, sebanyak 84 persennya berasal dari putusan dengan menggunakan pasal pembunuhan berencana.
Baca juga: Menyelisik Pembunuhan Berencana
Mengapa terjadi penurunan rasa aman warga di area tempat tinggalnya?
Kejahatan selalu mengintai di mana pun bahkan di sekitar area tempat tinggal. Kecemasan warga akan kondisi keamanan di sekitarnya tergambar lewat kuantifikasi rasa aman warga yang turun 10 persen pada periode 2014-2020.
Merujuk data Proporsi Penduduk yang Merasa Aman Berjalan Sendirian di Area Tempat Tinggalnya tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), nilai rata-rata nasional penduduk Indonesia yang merasa aman sebesar 62,62 persen atau turun 10,95 persen dibandingkan tahun 2014. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor.
Baca juga: Rasa Aman Warga yang Kian Terkikis