Kelas Menengah Indonesia, Bergaji Terbatas dan Banyak Masalah
Kelas menengah dengan gaji terbatas bersiasat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk masa depan.
Oleh
MARGARETHA PUTERI ROSALINA, MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI, MELATI MEWANGI
·3 menit baca
Tekanan ekonomi masyarakat Indonesia di awal tahun ini semakin berat dengan kenaikan harga bahan makanan pokok. Harga beras yang pada akhir tahun lalu sudah naik, sekarang harganya semakin melejit. Juga dengan harga telur, daging ayam, cabai, dan gula pasir. Padahal, ke depan, sesuai tradisi, harga bahan makanan pokok juga akan naik menjelang bulan puasa.
Tekanan ekonomi ini tak hanya dikeluhkan oleh masyarakat miskin. Masyarakat kelas menengah yang kondisi keuangannya terjepit antara miskin dan kaya juga ikut menjerit dengan kenaikan harga bahan makanan pokok.
Kelas menengah dengan gaji terbatas harus bersiasat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat dan menabung untuk masa depan. Sisa gaji per bulan pun makin berkurang, hingga tak bersisa, sehingga harus berutang ataupun makan tabungan.
Kaum pas-pasan ini juga harus bekerja keras setiap hari demi tanggungan hidup. Terkadang, tak ada waktu untuk keluarga, liburan, atau hiburan sekadar untuk menikmati gaya hidup.
Lalu, bagaimana nasib kelas menengah ke depan? Kelas menengah yang tidak dapat bantuan pemerintah, padahal belum jadi orang kaya. Sementara prioritas pemerintah saat ini masih terfokus pada penanggulangan kemiskinan.
Jurnalisme Data Harian Kompas akan membahas mengenai kondisi perekonomian kelas menengah yang menggunakan definisi Bank Dunia, yakni calon kelas menengah (aspiring middle class) dan kelas menengah (middle class).
Ulasan mengenai apa saja masalah yang membelit kelas menengah, solusi untuk mengatasi, hingga harapan kaum menengah dari beberapa wilayah di Indonesia pada pemerintahan ke depan. Disertai dengan perhitungan mengenai gaji dan pengeluaran kaum medioker ini.
Diawali dengan artikel mengenai gaji kelas menengah usia produktif (15-64 tahun) yang ”ngepas” untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tak punya kesempatan untuk menabung ataupun berinvestasi. Dari hitungan Kompas, selama 2012-2021, sisa gaji calon kelas menengah dengan pengeluaran Rp 729.252–Rp 1,7 juta tak kurang dari Rp 100.000 dan sisa gaji kelas menengah dengan rentang pengeluaran Rp 1,7 juta hingga Rp 8,2 juta, berkisar Rp 200.000-Rp 400.000.
Kelas menengah anak muda yang berusia 17-40 tahun pun sisa gajinya kurang dari nol alias minus. Mereka harus jumpalitan menambah pekerjaan ataupun menghemat pengeluaran supaya gajinya cukup untuk membiayai kebutuhan harian. Tidak hanya untuk hidupnya sendiri, tapi juga keluarga besar karena sebagian besar kelas menengah muda berperan sebagai generasi roti lapis.
Bahkan, di tahun Indonesia emas nanti, 2045, sisa gaji anak muda ini diproyeksikan minus sekitar Rp 800.000 akibat lonjakan kenaikan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaji.
Ada juga informasi mengenai pengeluaran terbesar bulanan kelas menengah. Setiap bulan, kelompok ini lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan transportasi dan rumah. Minimnya penyediaan layanan angkutan umum membuat kelas menengah harus membeli kendaraan bermotor sendiri dan membayar biaya BBM yang tak murah setiap hari.
Harga rumah yang mahal juga menjadi beban bagi kelas menengah. Beberapa dari mereka memilih untuk menyewa rumah terlebih dahulu, dibandingkan dengan membeli rumah.
Setelah urusan transportasi dan hunian, pengeluaran lainnya untuk biaya pendidikan. Untuk menyiasati biaya sekolah yang tinggi, beberapa kelas menengah menyiasatinya dengan menyiapkan tabungan sejak awal.
Untuk mengetahui apa saja masalah kelas menengah di beberapa daerah di Indonesia, tim Jurnalisme Data menjaring informasi masalah dan usulan solusi kelas menengah dari pendapat 15 dosen ekonomi dari 15 perguruan tinggi di Indonesia. Menggunakan metode kuantitatif analisis isi, solusi tersebut disandingkan dengan visi misi tiga pasangan calon presiden pada Pemilu 2024 ini.
Apakah solusi tersebut terjawab dengan visi misi pemerintahan baru ke depan? Nantikan laporan lengkapnya dalam 12 artikel dan satu video berita selama seminggu ke depan, dari Senin (26/2/2024) hingga Jumat (1/3/2024).