Qatar Mundur sebagai Mediator karena Hamas dan Israel Tak Serius Berunding
Qatar akan melanjutkan perannya sebagai mediator ketika para pihak serius untuk mengakhiri perang yang brutal di Gaza.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AFP/EYAD BABA
Reaksi seorang perempuan warga Palestina terhadap serangan militer Israel ke tenda-tenda pengungsi warga di halaman Rumah Sakit Martir Al Aqsa, Deir el Balah, Jalur Gaza, Sabtu (9/11/2024).
DOHA, MINGGU — Pemerintah Qatar memutuskan untuk menangguhkan perannya sebagai mediator proses gencatan senjata Kelompok Hamas dan Israel. Qatar frustrasi. Kurangnya keinginan dan keseriusan untuk berunding para pihak menjadi penyebab utama keluarnya keputusan Doha tersebut.
Tidak jelas apakah keputusan itu membuat Hamas bisa tetap tinggal di Qatar atau harus keluar dan mencari lokasi baru. Keputusan itu telah disampaikan pada Hamas dan Israel sejak 10 hari lalu, tetapi baru diumumkan ke publik pada Sabtu (9/11/2024).
”Pemerintah Qatar memberi tahu para pihak 10 hari yang lalu. Kami akan menghentikan upaya untuk menengahi Hamas dan Israel jika kesepakatan tidak tercapai dalam putaran tersebut,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari dalam sebuah pernyataan.
Kompas
Tank-tank Israel terus menggempur Gaza pada Jumat (12/7/2024). Padahal, Israel bersiap mengirim delegasi ke Kairo untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan mediator mengenai usulan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas.
”Qatar akan melanjutkan upaya tersebut dengan para mitra ketika para pihak menunjukkan kemauan dan keseriusan mereka untuk mengakhiri perang brutal tersebut.”
Sejak 2012, Qatar telah menjadi rumah bagi sejumlah pemimpin politik Hamas. Amerika Serikat disebut-sebut memberikan restu kebijakan tersebut.
Sebelumnya, beberapa kali perundingan antara Hamas dan Israel yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan Amerika Serikat berhasil mendorong terjadinya jeda pertempuran, pengiriman bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina di Gaza, dan pemulangan sejumlah sandera yang ditawan Hamas. Akan tetapi, sikap Hamas menjadi kian mengeras setelah beberapa pemimpin mereka tewas dibunuh oleh intelijen dan militer Israel. Tidak hanya di medan pertempuran, tapi juga di sejumlah negara tetangga, termasuk Iran.
Dalam proses negosiasi Hamas tidak pernah mau mundur dari posisinya, yaitu menuntut Israel segera menghentikan serangan dan sepenuhnya keluar dari wilayah Palestina yang didudukinya. Hal itu berlawanan dengan sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menginginkan pengawasan dan penguasaan menyeluruh, termasuk kehidupan warga Gaza dan juga demiliterisasi kelompok-kelompok perlawanan.
AFP/OMAR AL-QATTAA
Seorang perempuan dan anak-anak Palestina yang telantar berjalan di atas puing-puing bangunan saat mereka mengangkut kontainer air di lingkungan Shujaiya di kota Gaza pada 7 Oktober 2024, pada peringatan pertama perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.
Upaya untuk melibatkan pihak lain, termasuk membuka potensi pemindahan kantor Hamas ke lokasi lain pernah dicoba. Salah satu opsi adalah Turki. Akan tetapi, situasi itu hanya bertahan selama kurang dari dua pekan. Para pihak menilai negosiasi tidak efektif ketika para pemimpin Hamas berada di Turki.
”Setelah dua minggu, pemerintahan Biden dan Pemerintah Israel mendesak Qatar untuk meminta mereka kembali,” kata pejabat seorang pejabat AS.
Qatar, sekutu utama non-NATO Washington, merupakan negara penghubung antara negara-negara Barat dan ”musuh-musuh” mereka di kawasan. Doha adalah salah satu pihak yang berperan dalam pertukaran tahanan antara Iran dan AS tahun lalu. Qatar juga tempat bagi pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah.
Setelah Haniyeh tewas dibunuh di Teheran, Iran, sejumlah pemimpin politik Hamas tetap tinggal di Doha, yakni Khalil al-Hayya yang kini memimpin perundingan dengan Israel. Ada juga Khaled Meshaal, yang secara luas dipandang sebagai wajah diplomatik Hamas.
Kantor Hamas
Menyusul keputusan Qatar, nasib kantor politik Hamas di negara itu kini tidak jelas. Pernyataan seorang pejabat Pemerintah AS di Washington telah menimbulkan kesimpangsiuran. Ia mengatakan bahwa operasionalisasi kantor Hamas di Doha tidak lagi efektif. Oleh karena itu, Hamas harus keluar dari Qatar.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan mereka mengetahui keputusan Qatar untuk menangguhkan upaya mediasi. Akan tetapi, menurut dia, tidak ada pernyataan apa pun dari Pemerintah Qatar yang mengindikasikan pengusiran Hamas dari Qatar.
Seorang pejabat senior Hamas di Doha mengatakan kepada AFP: ”Kami belum menerima permintaan apa pun untuk meninggalkan Qatar”.
AFP/OMAR AL-QATTAA
Jajaran tenda pengungsi warga Palestina tampak rapi di Stadion Palestina di Kota Gaza, Jalur Gaza, Sabtu (9/11/2024). Sebanyak 16 warga Palestina tewas setelah serangan militer Israel menyasar sejumlah bangunan sipil, termasuk tenda-tenda tempat tinggal para pengungsi.
Beberapa pejabat menyampaikan informasi-informasi itu dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut. Kantor Perdana Menteri Israel tidak memberikan komentar.
Serangan berlanjut
Serangan Israel ke Gaza tidak berhenti. Dua hari lalu Kantor Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan bahwa persentase kematian anak-anak dan perempuan mendominasi korban tewas di Gaza selama invasi Israel. Angka ini terus bertambah.
Pada Sabtu (9/11/2024), menurut pejabat medis Palestina, 16 orang tewas dalam dua serangan militer Israel di beberapa tempat berbeda.
Satu serangan menghantam bangunan sekolah di lingkungan Tufah, Gaza timur, menewaskan sedikitnya enam orang. Dua jurnalis, perempuan yang tengah mengandung, dan seorang anak termasuk korban tewas. Sama seperti serangan-serangan lainnya, militer Israel menyebut serangan itu menargetkan seorang anggota Kelompok Jihad Islam Palestina, tetapi Israel tidak memberikan bukti apa pun.
AFP/OMAR AL-QATTAA
Sejumlah anak Palestina mencoba melakukan kegiatan fisik untuk mengurangi trauma akibat perang di tengah reruntuhan bangunan di Jalur Gaza, Sabtu (9/11/2024).
Serangan Israel lainnya menewaskan tujuh orang, termasuk dua perempuan dan seorang anak di Khan Younis, Gaza selatan, menurut Rumah Sakit Nasser. Tentara Israel tidak menanggapi permintaan komentar.
Serangan Israel juga menghantam tenda-tenda di halaman rumah sakit utama Gaza tengah, menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai seorang wartawan lokal, kata rumah sakit Al-Aqsa Martyrs di Deir al-Balah. Itu adalah serangan Israel kedelapan di kompleks itu sejak Maret.
Desakan AS agar Israel mengizinkan minimal 350 truk per hari untuk bantuan kemanusiaan juga tak digubris. Sebuah laporan oleh Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), Kamis kemarin, menyebut potensi besar kelaparan akan segera terjadi di beberapa wilayah di Gaza utara, daerah paling terisolasi di wilayah itu.
COGAT Israel menolak temuan tersebut dan mengatakan laporan tersebut bergantung pada ”data yang parsial, bias, dan sumber-sumber yang dangkal dengan kepentingan pribadi.”
Selama empat hari terakhir, hanya 11 truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza, yang pertama sejak bulan lalu. Namun, tak semua bantuan mencapai titik yang disepakati. Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyebut tentara Israel menghentikan satu truk yang tengah menuju Beit Lahia dan memerintahkan agar pasokan diturunkan, kata juru bicara WFP Alia Zaki. (AP/AFP/Reuters)