Takut Terseret Pelanggaran di Gaza, Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel
Serangkaian gugatan ke Israel soal Gaza mencemaskan Jerman. Izin ekspor senjata tidak keluar sejak Maret 2024.
VIENNA, SENIN — Serangkaian gugatan atas dugaan pelanggaran hukum internasional oleh Israel terhadap Palestina ternyata berdampak ke Jerman. Berlin ternyata cemas terseret dugaan pelanggaran tersebut. Karena itu, Jerman tidak lagi menerbitkan izin ekspor senjata ke Israel.
Penghentian itu terungkap dalam penyelidikan media Israel, Shomrim, dan media Austria, Profil. Media Israel, The Jerusalem Post, mengutip laporan kedua media tersebut pada Senin (16/9/2024).
Baca juga: Inggris Umumkan Penangguhan Simbolis Ekspor Senjata ke Israel
Izin ekspor senjata diterbitkan Dewan Keamanan Federal Jerman atau Bundessicherheitsrat (BSR). Dewan pimpinan Kanselir Jerman Olaf Scholz itu belum mengeluarkan izin ekspor senjata ke Israel sejak Maret 2024. Sementara pada Januari-Februari 2024, hanya dikeluarkan izin ekspor senilai 32.000 euro.
Sebagai pembanding, menurut data salah satu LSM Jerman, ekspor senjata Jerman ke Israel bernilai 326,5 juta euro. Bentuknya termasuk peluru senapan, roket pelontar, dan aneka kendaraan tempur.
Setelah Amerika Serikat, Jerman merupakan pemasok senjata terbesar ke Israel. Selain itu, sebagian perusahaan AS-Jerman membuat perusahaan patungan untuk produksi senjata.
Baca juga: Para Sekutu Israel Mulai Mendesak Pembatasan Pasokan Senjata
Pada 2024, kondisi semakin sulit bagi eksportir Jerman untuk mengirim senjata ke Israel. Sejumlah petinggi industri persenjataan Jerman mengakui kesulitan itu. Seorang petinggi pabrik peralatan pesawat menyebut, ada izin yang harus diurus ke berbagai lembaga. Tidak ada kejelasan kapan izin akan keluar.
Seorang pegawai BSR yang menolak identitasnya diungkap mengatakan, serangkaian gugatan menjadi alasan penghentian penerbitan izin ekspor. ”Ada peningkatan kekhawatiran terkait penurunan izin meski tidak ada yang mengungkapnya secara terbuka. Kekhawatiran kami soal pelanggaran HAM jadi alasan,” kata pegawai itu kepada Profil.
Banyak gugatan
Pada Juli 2024, pengadilan Berlin menolak gugatan penghentian ekspor senjata Jerman ke Israel. Gugatan diajukan European Centre for Constitutional and Human Rights (ECCHR) bersama sejumlah warga Jerman keturunan Palestina.
Nikaragua juga menggugat Jerman ke Mahkamah Internasional (ICJ). Nikaragua menuding Jerman terlibat genosida yang dilakukan Israel di Gaza. Keterlibatan dalam bentuk bantuan keuangan, politik, dan militer Jerman untuk Israel.
Sementara Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) sedang memeriksa permohonan penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Bersama Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Netanyahu dituding melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. ”Kalau Netanyahu didakwa, bila ICJ memutuskan hukum internasional, siapa yang akan diseret sebagai kaki tangan,” kata seorang anggota parlemen Jerman yang menolak identitasnya diungkap.
Lihat juga: Pengadilan Tinggi PBB Sidangkan Tuduhan Keterlibatan Genosida Jerman di Gaza
Politisi itu menyebut, Jerman mau menjaga jarak dari Israel. Jaga jarak setidaknya secara militer dengan cara mengurangi pasokan persenjataan ke Israel.
Ada peningkatan kekhawatiran terkait penurunan izin meski tidak ada yang mengungkapnya secara terbuka.
Politisi itu mengatakan, beragam gugatan kepada Israel memang belum terbukti. Bahkan, sebagian telah ditolak. Walakin, tidak ada jaminan rangkaian gugatan itu akan terhenti dan akan terus ditolak. ”Akan semakin sering (gugatan) dan mungkin suatu hari kondisi berubah, lalu gugatan dikabulkan,” kata politisi itu.
Anggota parlemen lain menyebut, ada perdebatan keras soal dukungan Jerman ke Israel. Penolakan, antara lain, disampaikan anggota parlemen dari Partai Hijau, partai pimpinan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock. Mereka menyebut, perkembangan di Gaza menunjukkan Jerman harus berhenti mengirim senjata ke Israel.
Dalam kunjungan ke Israel pada 6 September 2024, Baerbock menyebut perang Gaza bisa diselesaikan tanpa harus mengandalkan tentara. Bahkan, mengandalkan tentara semata ternyata bisa memperburuk keadaan. Karena itu, gencatan senjata perlu segera dicapai.
Baca juga: HRW: Israel Pakai Senjata Terlarang
Sementara Kementerian Ekonomi Jerman tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan soal hambatan ekspor senjata ke Israel. Kementerian itu terlibat dalam proses perizinan ekspor senjata.
”Pemerintah Federal mempertimbangkan dengan serius setiap kemungkinan pelanggaran hukum humaniter internasional. Pemerintah Federal telah menyatakan harapan, secara terbuka ataupun pertemuan tertutup, Israel akan mematuhi aturan hukum humaniter internasional kala menjalankan hak membela diri,” demikian pernyataan kementerian itu kepada Profil dan Shomrim.
Hambatan ekspor itu terjadi meski Jerman berulang kali menyatakan mendukung penuh Israel. Baerbock dan Scholz berulang kali menyatakan, Jerman mendukung hak Israel membela diri. Ternyata, Jerman diam-diam menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Larangan lain
Kabar hambatan ekspor senjata Jerman ke Israel terungkap hampir dua pekan setelah Inggris mengumumkan penghentian terbatas ekspor senjata ke Israel. Menlu Inggris David Lammy menyebut, pembatasan itu bukan embargo senjata
Baca juga: Seperempat Ekspor Senjata Israel Mengalir ke Arab
Menurut BBC, pengumuman itu lebih bersifat politis daripada berdampak secara militer. Porsi ekspor senjata Inggris ke Israel hanya 1 persen dari seluruh impor pertahanan Israel. Sebanyak 69 persen impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat.
Pemerintah Jerman, Perancis, dan Inggris dalam keterangan bersama, 13 Agustus 2024, mendesak Israel menjalankan gencatan senjata, pembebasan sandera, dan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza segera. Desakan tersebut disampaikan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan PM Inggris Keir Starmer
Sementara AS sempat beberapa bulan menunda ekspor senjata ke Israel. Belakangan, pemerintahan Joe Biden membuka lagi keran ekspor. Sejak Perang Gaza meletus, AS telah mengirim lebih dari 50.000 ton persenjataan ke Israel. (AFP/REUTERS)