Jejak Korea Utara dalam Peretasan Kripto
Korea Utara diduga membobol beragam pelantar perdagangan kripto untuk mencari dana program nuklir dan rudal.
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini?
2. Jejak Korea Utara dalam peretasan perdagangan mata uang kripto
3. Berbagai kasus mata uang kripto
4. Dampak uang kripto pada lingkungan hidup
Apa yang terjadi dalam peretasan Indodax?
Penyedia aplikasi perdagangan mata uang kripto Indonesia, Indodax, mengalami peretasan. Nilai kerugian yang ditanggung ditaksir mencapai Rp 282 miliar. Laporan adanya peretasan ini disampaikan perusahaan keamanan serangan kripto, Cyvers, melalui akun X, Rabu (11/9/2024) pagi.
Perusahaan ini memperingatkan Indodax karena sistem mereka mendeteksi beberapa transaksi mencurigakan yang melibatkan dompet dana di berbagai jaringan.
Baca juga: Kena Bobol, Aplikasi Perdagangan Kripto Indodax Rugi Rp 282 Miliar
Proses penanganan insiden keamanan pada platform perdagangan mata uang kripto, Indodax, masih terus berlangsung. Analis keamanan kripto mengindikasikan pembobolan platform ini terkait dengan pelaku kejahatan siber di Korea Utara, yang terkenal aktif melakukan aksi serupa secara global.
Baca juga: Indodax Belum Pulih, Serangan Diduga Berasal dari Korut
Asosiasi Fintech Indonesia berkomitmen memantau perkembangan pemulihan sistem Indodax yang diduga terkena insiden keamanan siber sejak Rabu (11/9/2024) pagi. isu keamanan siber telah menjadi perhatian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sehingga di Kadin Indonesia sudah terbentuk steering committee untuk keamanan siber semua sektor industri.
Baca juga: Aftech Pantau Pemulihan Sistem Indodax
Jejak Korea Utara dalam peretasan perdagangan kripto
Mereka diduga berada di balik pembobolan Sony Pictures tahun 2014, virus wannacry tahun 2017, dan sekarang pembobolan salah satu bursa kripto terbesar Indonesia, Indodax. Lazarus Group diduga terus bergerak mencuri aset-aset kripto dari seluruh dunia. Hasil pembobolan Lazarus Group diduga kuat mengalir ke proyek pengembangan senjata pemusnah massal atau senjata nuklir Korea Utara.
Baca juga: Lazarus Group dari Korea Utara, Terduga Pembobol Indodax yang Resahkan Dunia
Peretas-peretas Korea Utara terbukti bekerja sama dengan sindikat kejahatan dunia maya berbahasa Rusia terkait ransomware atau peranti lunak berbahaya yang mampu mengambil alih kendali komputer dan mencegah penggunanya mengakses data. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan uang tebusan.
Baca juga: Peretas Korut dan Rusia Kerja Sama Retas Data untuk Tebusan
Jepang mengatakan telah mengalami kerugian sebesar 721 juta dollar AS dalam bentuk aset kripto karena dicuri oleh para peretas yang diperintah oleh Korea Utara. Uang hasil retasan ini digunakan untuk membiayai berbagai proyek rudal balistik dan pengayaan senjata nuklir di negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu.
Baca juga: Jepang Tuduh Korea Utara Curi Aset Kripto untuk Biayai Rudal
Pengembangan program misil dan nuklir Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir didanai dari uang hasil peretasan aset kripto. Selama periode 2020 hingga pertengahan 2021, uang hasil peretasan mencapai 50 juta dollar AS atau sekitar Rp 719 miliar.
Baca juga: Korea Utara Biayai Program Nuklir dari Peretasan Aset Kripto
Beragam kasus terkait mata uang kripto
Serangan terhadap penyedia layanan aplikasi perdagangan aset kripto Indodax pada Rabu (11/9/2024) mengagetkan kita. Platform yang diharapkan aman dari serangan ternyata bobol juga. Namun, sebenarnya kasus ini bukan kasus baru di dunia perdagangan aset kripto. Ada beberapa kasus sebelumnya yang menimpa, baik aplikasi kecil maupun raksasa. Kasus peretasan seperti ini belakangan makin marak.
Baca juga: Mengapa Pembobolan Platform Kripto Makin Marak?
Menurut panel Perserikatan Bangsa-Bangsa, Korea Utara terus mengabaikan sanksi Dewan Keamanan PBB dan terus mengembangkan senjata nuklir dan memproduksi bahan fisil nuklir. Pyongyang juga telah melanjutkan peluncuran rudal balistik, menempatkan satelit ke orbit, dan menambahkan kapal selam serang nuklir taktis ke dalam gudang persenjataannya.
Baca juga: ”Ransomware”, dari Aksi Geng Rusia hingga Pembiayaan Nuklir Korea Utara
Warga New York, Amerika Serikat, Ilya Liechtenstein (34), dan istrinya, Heather Morgan (31), mulai menghadapi persidangan federal AS pada Rabu (9/2/2022) waktu setempat atau Kamis (10/2/2022) waktu Indonesia. Mereka mencuri dana kripto sebesar 3,6 miliar dollar AS pada 2016 dari firma Bitnifex. Atas kejahatan pencurian dan pencucian uang tersebut, pasangan ini masing-masing terancam hukuman penjara 20 tahun.
Baca juga: Suami-Istri Pencuri Aset Kripto Mulai Disidang
Pendiri dan pemimpin Binance, Changpeng Zhao, mengaku bersalah dalam kasus pencucian uang. Akibatnya, Binance, yang merupakan bursa uang kripto itu, harus membayar denda 4 miliar dollar AS. Dengan kasus Binance, sudah berkali-kali bursa kripto terguncang pelanggaran hukum.
Baca juga: Dari Pencucian Uang hingga Penipuan Ponzi, Bursa Kripto Berguguran di Meja Hukum
Uang kripto dan lingkungan hidup
Uang kripto beberapa tahun terakhir menjelma menjadi primadona baru dalam investasi keuangan. Namun, di balik pertumbuhannya yang cepat, uang kripto menyimpan persoalan besar bagi lingkungan hidup.
Baca juga: Uang Kripto, Primadona Baru yang Punya Sisi Gelap terhadap Bumi
Untuk menambang satu bitcoin, menurut riset University of Cambridge, dibutuhkan energi yang bisa dipakai kendaraan listrik berjalan sejauh 1,8 juta kilometer. Padahal, kini rata-rata ada 900 bitcoin ditambang tiap hari.
Baca juga: Swedia Melarang Uang Kripto demi Menyelamatkan Lingkungan