Venezuela Bongkar Komplotan Asing untuk Bunuh Presiden Maduro
Mendagri Diosdado Cabello menuduh CIA merancang operasi guna menggulingkan Pemerintah Venezuela. Tuduhan ini ditepis AS.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
CARACAS, MINGGU — Venezuela menangkap enam orang berkewarganegaraan asing, salah satunya adalah personel Angkatan Laut Amerika Serikat. Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello, Sabtu (14/9/2024) waktu setempat atau Minggu (15/9/2024) pagi WIB, mengatakan, keenam warga asing itu merupakan komplotan yang dirancang Badan Pusat Intelijen AS (CIA) untuk menggulingkan Pemerintah Venezuela dan membunuh para pejabatnya, termasuk Presiden Nicolas Maduro.
Cabello mengumumkan melalui televisi pemerintah bahwa keenam warga asing itu terdiri atas tiga warga AS, dua warga Spanyol, dan satu warga Ceko. ”Kami tahu, Pemerintah AS mempunyai keterkaitan dengan operasi ini,” ujarnya.
Departemen Luar Negeri AS, melalui pernyataan tertulis, mengonfirmasi penahanan seorang anggota militer AS di Venezuela. Washington juga menyatakan mengetahui adanya laporan yang belum dikonfirmasi tentang penahanan dua warga AS lainnya.
Akan tetapi, Deplu AS menegaskan, AS tidak terlibat dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Maduro. ”Setiap klaim yang menyebut keterlibatan AS dalam rencana menggulingkan Maduro dipastikan salah. AS terus mendukung solusi demokratis untuk krisis politik di Venezuela,” demikian pernyataan Deplu AS.
Adapun sumber di Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan, mereka meminta informasi lebih lanjut dari Venezuela. ”Kedutaan Besar Spanyol telah mengirim nota lisan kepada Pemerintah Venezuela untuk meminta akses kepada warga negara yang ditahan guna memverifikasi identitas dan kewarganegaraan mereka serta untuk mengetahui tuduhan apa yang sebenarnya ditujukan kepada mereka,” kata sumber yang meminta tidak disebutkan identitasnya itu.
Cabello mengatakan, keenam warga asing tersebut ditangkap dengan tuduhan mengacaukan Venezuela. Ia menyebut salah satu dari tiga warga AS yang ditangkap itu bernama Wilbert Joseph Castaneda Gomez. Gomez diidentifikasi sebagai personel Angkatan Laut AS. Menurut Cabello, Gomez pernah bertugas di Afghanistan, Irak, dan Kolombia.
Selain tiga warga AS, seperti dilansir CNN, Venezuela juga menangkap dua warga negara Spanyol, bernama Jose Maria Basoa Valdovinos dan Andres Martinez Adasme. Keduanya diduga terkait dengan dinas rahasia Spanyol dan merencanakan pembunuhan seorang wali kota.
Sementara itu, seorang lainnya adalah Jan Darmovzaini, warga negara Ceko yang diduga terlibat dalam aksi teroris, termasuk dugaan rencana pembunuhan Maduro dan pejabat lainnya. ”Kelompok-kelompok ini berupaya merampas kekayaan negara dan kami sebagai pemerintah akan menanggapi dengan tegas setiap upaya destabilisasi,” kata Cabello.
Dalam tayangan televisi itu, Cabello memperlihatkan gambar senapan-senapan yang dia sebut hasil penyitaan dari sejumlah pelaku yang merancang aksi pembunuhan pejabat Venezuela.
Menurut Cabello, Badan Pusat Intelijen AS (CIA) berada di garis depan operasi ini. Ia juga mengklaim Pusat Intelijen Nasional Spanyol juga terlibat. ”Itu sama sekali tidak mengejutkan kami,” katanya.
Cabello menuduh bahwa operasi mereka memiliki tujuan yang sangat jelas untuk membunuh Presiden Maduro dan pejabat tinggi Venezuela lainnya, termasuk dirinya dan wakil presiden. Cabello juga menyatakan sekitar 400 senapan yang berasal dari AS telah disita. Senapan-senapan itu disita dari beberapa orang yang diduga terlibat dalam rencana tersebut.
Cabello mengatakan, warga negara Spanyol dari komplotan itu ditahan saat mengambil foto di kota Puerto Ayacucho. ”Warga negara ini memiliki hubungan dengan pusat (badan intelijen Spanyol). Kami tahu, mereka akan mengatakan ’tidak’, bahwa itu bohong,” jelas Cabello.
”Spanyol akan memutuskan apa yang harus dilakukan, jika akan terus mencampuri urusan Venezuela,” imbuh Cabello.
Sengketa pemilu
Peristiwa di Venezuela tersebut terjadi ketika para tokoh oposisi Venezuela, sejumlah pemimpin Amerika Latin, dan AS menolak untuk mengakui kemenangan Maduro dalam pemilihan umum yang disengketakan, 28 juli 2024. Setelah pemilu, meletus unjuk rasa mematikan. Ribuan orang ditangkap.
Maduro, presiden pengganti pemimpin sayap kiri Hugo Chavez yang meninggal pada 2013, bersikukuh dirinya memenangi pemilu untuk periode jabatan ketiga kali. Namun, ia menolak merilis detail hasil penghitungan suara pemilu.
Pengumuman penangkapan enam warga asing itu juga terjadi hanya berselang dua hari setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada 16 pejabat sekutu Maduro. Pemerintah AS menuduh para sekutu Maduro ini menghalangi pemungutan suara pada pemilihan presiden Venezuela dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Penangkapan ini makin memperdalam ketegangan yang sudah terjadi antara Venezuela dan Spanyol dan AS. Awal minggu ini, Parlemen Spanyol mengakui kandidat presiden dari kubu oposisi, Edmundo Gonzalez, sebagai pemenang pemilihan presiden Venezuela.
Pengakuan itu membuat marah sekutu Maduro yang meminta Pemerintah Venezuela untuk menangguhkan hubungan komersial dan diplomatik dengan Spanyol. Ketegangan antara pemerintah Venezuela dan AS juga meningkat setelah pemilihan presiden. Sejumlah protes di Venezuela terjadi di mana ratusan aktivis oposisi ditangkap.
Dewan Pemilihan Umum Venezuela, yang dikenal dekat dengan pemerintahan Maduro, mengatakan, Maduro memenangi pemilu dengan 52 persen suara. Akan tetapi, pernyataan itu tidak disertai dengan rincian hasil secara detail.
Para aktivis oposisi membuat kejutan. Mereka mengumpulkan lembar penghitungan suara dari 80 persen mesin pemungutan suara di negara itu. Lembar penghitungan suara yang dikumpulkan oposisi menunjukkan Gonzalez memenangi pemilu dengan suara dua kali lebih banyak daripada Maduro. Hasil itu dipublikasikan secara daring.
Mahkamah Agung Venezuela yang juga diketahui sejak lama mendukung Maduro, kemudian mengonfirmasi kemenangan Maduro pada Agustus 2024 meskipun ada kecaman internasional atas kurangnya transparansi pemilu. Jaksa Agung Venezuela kemudian mengajukan tuntutan konspirasi terhadap Gonzalez, yang melarikan diri ke Spanyol, minggu lalu, setelah jelas ia akan ditangkap.
Maduro juga menolak permintaan dari beberapa negara, termasuk pemerintah sayap kiri Kolombia dan Brasil, untuk memberikan lembar penghitungan suara yang membuktikan bahwa ia memenangi pemilu. Maduro sudah berkuasa sejak 2013. Ia telah lama mengklaim bahwa AS berusaha menggulingkannya melalui sanksi dan operasi rahasia.
Pemerintahan Maduro sebelumnya menggunakan warga AS yang dipenjara di Venezuela untuk mendapatkan konsesi dari Pemerintah AS. Dalam kesepakatan yang dilakukan tahun 2023 dengan pemerintahan Biden, Maduro membebaskan 10 warga AS dan seorang buron Pemerintah AS untuk mendapatkan pengampunan presiden bagi Alex Saab.
Saab merupakan sekutu dekat Maduro yang ditahan di Florida atas tuduhan pencucian uang. Menurut jaksa penuntut AS, Saab juga telah membantu Maduro menghindari sanksi Departemen Keuangan AS melalui jaringan perusahaan cangkang yang kompleks.