Paus Fransiskus Sindir Kamala Harris dan Donald Trump
Ada pesan dari Paus Fransiskus kepada 52 juta umat Katolik AS soal Harris dan Trump. Ada juga komentar soal Gaza.
–
VATIKAN, KOMPAS — Paus Fransiskus berkomentar soal pemilihan umum presiden Amerika Serikat. Ia mengimbau agar rakyat AS yang beragama Katolik mempraktikkan hak demokrasi mereka dan memilih ”yang mendingan” di antara dua pilihan buruk.
Hal itu diutarakan Paus Fransiskus dalam pesawat menuju Roma, Italia, Jumat (13/9/2024) malam. Paus tidak menyebut nama Donald Trump ataupun Kamala Harris. Paus hanya mengidentifikasi mereka melalui kebijakan yang sudah diumumkan.
Baca juga: Pesan Persaudaraan dari Paus
Paus Fransiskus mengatakan bahwa mengusir migran adalah sebuah kesalahan serius. Bahkan, Paus menyebutnya sebagai dosa. Mengutip kisah dalam Perjanjian Lama, terutama terkait anak yatim, janda, orang asing, dan migran, Paus mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang harus dilindungi.
”Menolak kaum imigran itu kejahatan kemanusiaan, demikian juga dengan membunuh bayi,” kata Paus Fransiskus yang baru menyelesaikan lawatan ke Indonesia, Timor Leste, Papua Niugini, dan Singapura.
Ia mengkritik kebijakan antiimigran yang digembar-gemborkan Trump. Selama kampanye, Trump menuduh kaum imigran sebagai sumber masalah sosial, termasuk kejahatan di AS. Ketika menjabat sebagai presiden AS periode 2017-2021, Trump membangun tembok di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko.
Baca juga: Akhiri Kunjungan di Singapura, Paus Fransiskus Tekankan Pesan Toleransi Antaragama
Ia menjelaskan bahwa membuang migran, meninggalkan mereka, adalah tindakan mengerikan. Ada kejahatan di sana.
”Mereka yang tidak melindungi migran itu kurang, itu dosa. Itu juga dosa terhadap kehidupan orang-orang itu. Imigrasi adalah hak, hak yang ada dalam kitab suci dan juga di Perjanjian Lama: orang asing, yatim piatu, dan janda. Jangan lupakan itu. Itulah yang saya pikirkan tentang migran,” kata Paus Fransiskus dalam jumpa pers di atas ketinggian lebih dari 11.500 kaki itu.
Hal ini konsisten dengan sikap Paus Fransiskus selama ini. Ia sangat membela hak-hak kaum migran. Mayoritas imigran terpaksa meninggalkan tanah air mereka akibat konflik, bencana alam, dan kemiskinan.
Paus pernah menggelar misa di perbatasan AS-Meksiko pada Februari 2016. Satu hal yang terpatri di ingatannya ialah di wilayah itu banyak sepatu tercecer. Sepatu-sepatu itu adalah peninggalan para imigran yang bernasib naas ketika berusaha menyeberang ke AS.
Di sisi lain, Paus menegaskan penentangan pada segala bentuk perdagangan orang. Ia mengimbau adanya jalur migrasi yang manusiawi. Pada saat yang sama, upaya sistematis menghalangi kedatangan imigran tidak manusiawi.
Kritik aborsi
Jawaban tegas Paus Fransiskus juga disampaikan terkait isu hak aborsi yang diangkat oleh seorang kandidat Presiden AS. Terkait hal itu, Paus menegaskan sikap Gereja Katolik yang menentang keras aborsi.
”Lalu, aborsi. Ilmu pengetahuan mengatakan bahwa sebulan sejak pembuahan, semua organ manusia sudah ada di sana. Semuanya. Melakukan aborsi berarti membunuh manusia. Anda suka kata itu atau Anda tidak suka, tetapi itu sama saja dengan membunuh. Gereja tidak mengizinkan aborsi karena itu sama saja dengan membunuh. Itu adalah pembunuhan dan kita harus memperjelas hal ini,” kata Paus Fransiskus menegaskan.
”Membuang anak dari rahim ibu adalah pembunuhan karena ada kehidupan. Kita harus membicarakan hal-hal ini dengan jelas. Tidak ada tapi-tapian,” kata Paus.
Seperti soal migran, Paus juga sama sekali tidak menyebut Harris soal aborsi. Hal yang jelas, Harris kerap membahas soal hak aborsi dalam kampanyenya.
Kedua hal itu, tentang migran dan aborsi, posisi Gereja dan Vatikan sangat jelas. ”Jangan lupakan itu,” kata Paus Fransiskus.
Baca juga: Misa Akbar di Singapura, Khotbah Paus Fransiskus Tekankan Cinta yang Membangun Peradaban
Ia mengimbau agar masyarakat AS, terutama 52 juta penduduk Katolik, agar berpikir baik-baik. Mereka tidak boleh menyia-nyiakan hak demokrasinya. ”Dalam moralitas politik, secara umum mereka mengatakan bahwa jika Anda tidak memilih, itu tidak baik, itu buruk. Anda harus memilih dan Anda harus memilih kejahatan yang lebih kecil. Apa kejahatan yang lebih kecil? Wanita itu, atau pria itu? Saya tidak tahu. Setiap orang, dalam hati nurani mereka, harus berpikir dan melakukan ini,” kata Paus menambahkan.
Persoalan mengenai hak aborsi selalu mengganjal hubungan AS dengan Takhta Suci Vatikan. Presiden AS Joe Biden adalah penganut Katolik yang taat. Di saat bersamaan, ia juga mendukung hak aborsi. Pandangan ini membuat sejumlah uskup di AS dan umat Katolik konservatif mengecam serta menyerukan agar Biden dilarang mengikuti komuni.
Baca juga: Perhatian terhadap Pekerja Migran Wujud Konsistensi Paus Fransiskus pada Orang Terpinggirkan
Biden bertemu dengan Paus Fransiskus pada Oktober 2021 di Vatikan. Menurut Biden, Paus mengatakan, Biden seorang Katolik yang baik dan harus terus mengikuti komuni. Paus Fransiskus saat ditanya mengenai keinginan beberapa uskup melarang Biden komuni mengatakan bahwa uskup harus menjadi pemuka agama, bukan politikus.
Gaza
Di pesawat, Paus Fransiskus ditanya mengenai perang di Jalur Gaza. Ia mengaku tidak ada langkah nyata mewujudkan perdamaian.
”Katanya ini perang demi membela diri, tetapi sudah kelewatan. Kita melihat jasad anak-anak, sekolah dibom dengan dalih di dalamnya ada gerilyawan. Ini mengerikan sekali,” ujarnya, dikutip oleh The New York Times.
Menurut Paus, setiap hari ia berkomunikasi dengan salah satu paroki di Gaza. Sekolah asuhan paroki itu memiliki murid-murid beragama Katolik, Kristen, dan Islam. Mereka selalu menceritakan betapa sulit keadaan saat ini.
Paus menceritakan pertemuannya dengan pria Yahudi dan warga Gaza di Verona, Italia. Pria Yahudi kehilangan istri, pria Gaza kehilangan anak.
”Mereka membahas perdamaian, saling berpelukan, dan membahas persaudaraan. Saya mengatakan bahwa persaudaraan lebih penting dari membunuh. Persaudaraan, saling memberi. Pada akhirnya, mereka yang menang perang akan kalah telak,” ujarnya.
Baik Harris maupun Trump belum menanggapi pernyataan Paus Fransiskus. Setelah debat calon presiden yang disiarkan oleh ABC pekan ini, Trump mengatakan, ia tidak mau lagi tampil di dalam debat. Sebaliknya, Harris menginginkan debat babak lanjut.
Kedua calon presiden fokus berkampanye di sentra dukungan masing-masing. Harris di Pennsylvania yang mendukung Demokrat dan Trump di Nevada yang mendukung Republik.
Di dalam kampanye, Harris mengucap dukungan kepada Israel untuk membela diri atas serangan Hamas di dalam peristiwa Badai Aqsa pada 7 Oktober 2023. Dalam debat dengan Trump, Harris menyebut semua masalah ini disebabkan peristiwa Oktober 2023.
Baca juga: Komitmen Trump-Harris kepada Palestina Tidak Jelas
Ia tidak menyinggung pendudukan Tepi Barat dan blokade Gaza selama bertahun-tahun. Tidak juga menyinggung warga Palestina yang dibunuh, disiksa, dan dipenjara Israel bertahun-tahun sebelum Oktober 2023.
Di sisi lain, Harris mengatakan tidak akan tinggal diam menghadapi kenyataan jatuhnya korban sipil Palestina. Sikap ini oleh masyarakat dianggap ambigu.
Sementara itu, Trump mengatakan, Israel harus menyelesaikan konflik ini. Dari segi hubungan, Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak lagi akrab. Ia selalu menolak berkomentar soal Netanyahu. Trump juga dinilai masyarakat tidak memiliki pandangan jelas soal konflik di Gaza. (AP)