Tak Mau Kalah dari China, Indonesia Ingin Lebih Banyak Berdagang dengan Amerika Latin
Indonesia tak mau kalah dari China dalam hal perdagangan dengan Amerika Latin. INA-LAC Business Forum digelar untuk itu.
Oleh
KHAERUDIN DARI LIMA, PERU
·3 menit baca
LIMA, KOMPAS —Pemerintah Indonesia menyampaikan pesan sederhana, tetapi mengena dalam pembukaan Indonesia-Latin America and The Caribbean Business Forum yang dibuka di Lima, Peru, Rabu (11/9/2024). Indonesia ingin lebih banyak berdagang dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia karena meski kawasan tersebut memiliki potensi pasar sangat besar, nilai perdagangannya dengan Indonesia masih sangat kecil.
Porsi perdagangan negara-negara Amerika Latin dan Karibia dengan Indonesia tercatat hanya 0,45 persen dari total perdagangan negara-negara di kawasan tersebut dengan dunia. Pada 2023, volume perdagangan kawasan itu dengan seluruh negara mencapai 2,8 triliun dollar AS. Sementara pada tahun yang sama, porsi perdagangan Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia hanya 2,73 persen dari total perdagangan global Indonesia yang mencapai 480,5 miliar dollar AS.
”Kami hanya ingin lebih banyak berdagang. Sekarang angka perdagangan Indonesia dengan 33 negara di kawasan ini, hanya 0,45 persen dari total perdagangan global negara-negara Amerika Latin dan Karibia. Sangat kecil,” ujar Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Indonesia Umar Hadi saat menggelar jumpa pers sebelum pembukaan Indonesia-Latin America and The Caribbean (INA-LAC) Business Forum.
Indonesia tak ingin tertinggal dari negara-negara Asia lain yang telah memiliki hubungan dagang dan ekonomi sangat mapan dengan kawasan Amerika Latin. Dari fakta bahwa nilai perdagangan sejumlah negara Asia dengan negara-negara Amerika Latin cukup besar, jarak geografis ternyata bukan tantangan utamanya.
”Banyak negara Asia sudah membangun hubungan dagang dan ekonomi dengan kawasan Amerika Latin seperti China, Korea, Jepang, dan bahkan Filipina. Kenapa bukan Indonesia juga. Indonesia menawarkan banyak kesempatan untuk negara di Amerika Latin. Penting untuk mengingat bahwa GDP Indonesia itu 1,39 triliun dollar AS. Indonesia negara ekonomi paling besar di Asia Tenggara,” kata Umar.
”Kalau berpikir ada hambatan geografis, karena penerbangan dari Jakarta ke Lima saja butuh 30 jam perjalanan, tetapi bayangkan pada abad ke-18 dan 19, sebenarnya sudah ada hubungan dagang antara Amerika Latin dan kawasan Asia Tenggara,” ujar Umar melanjutkan.
Menurut Monica Chavez Camacho dari Camara de Comercio Lima, yang dibutuhkan saat ini oleh perusahaan Indonesia dan Amerika Latin adalah koneksi yang terjalin. Dia mengatakan, yang paling penting dari INA-LAC Business Forum adalah mempertemukan pengusaha Indonesia dengan mitranya di kawasan Amerika Latin dan Karibia.
”Yang dibutuhkan sekarang adalah hubungan. Perusahaan Indonesia perlu tahu apa sektor yang menguntungkan di sini dan perusahaan di sini juga perlu tahu lebih baik perusahaan-perusahaan Indonesia,” katanya.
Bagi Pemerintah Peru, forum bisnis seperti INA-LAC akan membantu mempercepat negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia. Wakil Menteri Perdagangan Peru Teresa Mera Gomez mengatakan, Peru ingin menggunakan segala upaya agar perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) segera terealisasi.
Yang dibutuhkan sekarang adalah hubungan. Perusahaan Indonesia perlu tahu apa sektor yang menguntungkan di sini dan perusahaan di sini juga perlu tahu lebih baik perusahaan-perusahaan Indonesia.
”Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menegaskan kembali kemauan politik Pemerintah Peru untuk melakukan segala upaya untuk mencapai CEPA dengan Indonesia. Penting untuk dicatat bahwa para menteri kita, serta Presiden kita, akan bertemu di Lima pada bulan November untuk Rapat Pemimpin APEC. Hal ini memberikan kerangka politik yang ideal untuk memandu kita dalam melanjutkan upaya kita menuju penyelesaian perundingan CEPA,” kata Teresa saat membuka INA-LAC.
INA-LAC akan berlangsung selama tiga hari dari Rabu hingga Jumat (13/9/2024). Selain mempertemukan pengusaha Indonesia dengan mitranya di kawasan Amerika Latin dan Karibia, ada pameran produk-produk perusahaan asal Indonesia. Tercatat sedikitnya ada 19 perusahaan asal Indonesia yang ikut berpartisipasi, antara lain, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Indofood, Gajah Tunggal, Sido Muncul, Mayora, Wings Group, United Bike, Kino, hingga BUMN seperti Pertamina dan PLN Indonesia Power.
Perwakilan Indofood CPB untuk Amerika Latin, Patricia Henrietta Eman, menuturkan, penting bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mengetahui selera pasar di negara-negara Amerika Latin. Menurut Patricia, beberapa negara di kawasan ini, seperti Peru, punya keunikan yang hanya bisa diketahui jika kita berhubungan langsung dengan mereka.
”Seperti Peru. Negara ini sudah merdeka 200 tahun, tetapi tetap mempertahankan tradisi lokal dalam makanan mereka meski banyak pengaruh asing datang. Ini penting bagi kami untuk tahu selera yang diinginkan konsumen di Peru jika mau bersaing dengan industri sejenis yang lebih dulu ada di sini,” katanya.