Komitmen Trump-Harris pada Palestina Tak Jelas
Trump dan Harris sama-sama hanya berkomitmen teguh membela Israel. Soal Palestina tidak jelas.
PHILADELPHIA, SELASA — Debat pertama calon presiden Amerika Serikat tidak menunjukkan komitmen jelas soal Palestina. Donald Trump dan Kamala Harris hanya kembali menegaskan dukungan teguh kepada Israel. Debat juga menunjukkan Trump cenderung konservatif dan Harris condong liberal.
Harris dan Trump secara resmi untuk pertama kali berdebat pada Selasa (10/11/2024) malam di Philadelphia atau Rabu pagi WIB. ”Penting untuk mengingatkan mantan presiden, anda tidak menghadapi Joe Biden. Anda menghadapi saya,” kata Harris dalam debat itu.
Baca juga: Jelang Debat Capres AS, Harris Kurung Diri di Hotel, Trump Digembleng Hujan Pertanyaan
Pernyataan itu bagian dari saling serang Harris-Trump sepanjang debat. Harris menyerang dengan isu aborsi, kondisi fisik, hingga kasus-kasus yang membelit Trump.
Kedua kandidat berselisih pendapat mengenai isu-isu seperti imigrasi, kebijakan luar negeri, dan layanan kesehatan. Namun, debat tersebut tidak secara rinci membahas kebijakan-kebijakan yang akan mereka jalankan. Salah satunya seperti isu Palestina.
Bela Israel
Harris menyalahkan Hamas atas kondisi saat ini. Baginya, semua ini dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Ia tidak menyinggung pendudukan Tepi Barat dan blokade Gaza oleh Israel selama bertahun-tahun sebelum Oktober 2023. ”Saya katakan dulu, saya katakan sekarang, Israel memiliki hak untuk membela diri,” kata Harris.
Baca juga: Kamala Harris Kehilangan Kesempatan Raih Suara Penting
Ia menyebut, perang di Gaza harus segera diakhiri. Sebab, terlalu banyak warga Palestina tidak bersalah—anak-anak dan perempuan—yang terbunuh. Di saat yang sama, Harris menjamin akan selalu memberi Israel kemampuan untuk membela diri.
Ia mengatakan gencatan senjata dan pertukaran tawanan sebagai cara mengakhiri perang. Solusi dua negara juga harus diupayakan untuk dapat membangun kembali Gaza di mana warga Palestina merasa aman, bisa menentukan nasibnya sendiri, dan punya martabat.
”Kami akan terus bekerja sepanjang waktu untuk itu dan memetakan arah untuk solusi dua negara. Dalam solusi itu, harus ada keamanan bagi rakyat Israel dan Israel dan dalam ukuran yang sama bagi Palestina,” kata Harris.
Baca juga: Isu Perang Gaza, Pertarungan Krusial Harris Vs Trump
Sementara, Trump tidak menjelaskan apa pun terkait Palestina. Dia hanya sesumbar akan mengakhiri semua konflik jika terpilih sebagai presiden. Bahkan, semua konflik, terutama yang terkait dengan Iran, akan diselesaikannya sebelum menjadi presiden.
Semua konflik yang terjadi, menurut Trump, adalah karena Iran dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan Harris membiarkannya. Iran bangkrut, klaim Trump, saatnya dirinya berkuasa. Kini, Iran punya 300 miliar dollar AS karena AS mencabut semua sanksi.
”Dulu Iran tidak punya uang untuk Hamas atau Hezbollah atau salah satu dari 28 kelompok teror yang berbeda. Mereka bangkrut. Sekarang, mereka jadi negara kaya dan menyebarkan uang. Lihat apa yang terjadi dengan Houthi dan Yaman. Lihat apa yang terjadi di Timur Tengah. Saya akan menyelesaikannya dan cepat. Dan saya akan mengakhiri perang dengan Ukraina dan Rusia,” kata Trump.
Ketika menyinggung tentang Israel, Trump menyerang Harris dengan menyebut Harris membenci Israel. Harris juga dituding membenci penduduk Arab. Karena kebenciannya itu, Trump meyakini orang Arab, orang Yahudi, dan Israel akan hilang jika Harris berkuasa.
Harris membantah tudingan Trump. Tuduhan-tuduhan Trump itu hanya hendak memecah belah dan mengalihkan perhatian dari kenyataan bahwa Trump lemah dan salah dalam menangani isu keamanan nasional dan kebijakan luar negeri.
Harris berbalik menyerang dengan menyebut Trump mengagumi para diktator dan ingin menjadi diktator. Buktinya, Trump mendukung apa pun yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina. Bahkan, Trump menyebut invasi Rusia ke Ukraina itu ide brilian. Trump, lanjut Harris, juga berhubungan baik dengan pemimpin rezim Korea Utara Kim Jong Un.
Baca juga: Trump Membeli Perdamaian Timur Tengah
Saat debat isu Ukraina dan Rusia, Trump mengklaim dekat dengan Ukraina dan Rusia dan kedua negara itu menghormatinya. Tetapi tidak menghormati Biden. Alasannya, karena Biden tidak berkomunikasi dengan Putin selama dua tahun. Jika dia terpilih, dia akan berusaha menyatukan Rusia dan Ukraina. Dia yakin berhasil karena perunding yang lebih baik daripada Biden.
Menanggapi pernyataan Trump itu, Harris menegaskan, ”Sangat penting untuk mengingatkan Trump bahwa dirinya tidak sedang melawan Joe Biden, tetapi melawan saya.” Trump membalas dengan membeberkan kesalahan-kesalahan pemerintahan Biden dan menyerang Harris.
”Dia (Harris) lebih buruk dari Biden. Menurut pendapat saya, dia (Biden) presiden terburuk dalam sejarah negara kita. Dia (Harris) dikenal sebagai wakil presiden terburuk dalam sejarah negara kita. Dia (Harris) juga negosiator yang buruk. Mereka mengirimnya untuk bernegosiasi. Begitu mereka pergi, Putin melakukan invasi.”
Baca juga: Janji Trump Setelah Resmi Jadi Capres: Akhiri Perang dan Rebut Lagi Kejayaan AS
Sejumlah anggota Republik mengakui Trump kewalahan. Kepala staf untuk mantan Wapres Mike Pence, Marc Short, menilai Trump kehilangan kesempatan untuk tetap fokus dalam masalah ekonomi dan perbatasan. Trump malah termakan umpan Harris dan mengulik lebih jauh tentang penyangkalan pemilu dan imigran yang memakan hewan peliharaan.
Tuai dukungan
Segera setelah debat berakhir, megabintang pop Taylor Swift akhirnya memberi tahu 283 juta pengikutnya di media sosial Instagram soal pilihan politiknya. Dia akan mendukung Harris dan calon wapres Tim Walz dalam pemilihan presiden, 5 November 2024.
Unggahan Swift itu sudah disukai hampir 2 juta kali hanya dalam waktu 25 menit. Swift dalam unggahannya menyebut Harris pemimpin yang tangguh dan berbakat yang dapat memimpin AS dengan tenang dan tidak dalam situasi kacau.
”Saya akan memberikan suara saya untuk Kamala Harris dan Tim Walz dalam Pemilihan Presiden 2024. Saya memilih @kamalaharris karena dia memperjuangkan hak dan tujuan yang saya yakini membutuhkan seorang pejuang untuk memperjuangkannya,” tulis Swift dalam unggahannya.
Baca juga: Beda Sikap Gigi Hadid dan Taylor Swift soal Gaza
Swift difoto bersama kucingnya dalam unggahan itu, yang ditandatangani dengan tulisan ”perempuan kucing tanpa anak”. Tulisan itu menyindir cawapres Trump, JD Vance, yang pernah menyebut beberapa anggota Demokrat sebagai ”sekelompok perempuan kucing tanpa anak”.
Swift memberikan dukungan kepada Harris-Walz karena terkesan dengan Walz yang digambarkannya sebagai seseorang yang memperjuangkan hak-hak LGBTQ+, IVF, dan hak perempuan atas tubuhnya sendiri selama beberapa dekade.
Hak reproduksi telah menjadi isu utama bagi para pemilih sejak Mahkamah Agung AS mengakhiri hak konstitusional untuk melakukan aborsi dua tahun lalu. Perawatan kesuburan IVF juga telah menjadi sorotan sejak pengadilan Alabama memutuskan awal tahun ini bahwa embrio beku adalah manusia.
Harris, yang mendukung hak aborsi, menganggap Trump sebagai ancaman terhadap hak reproduksi setelah dia menunjuk hakim MA yang membantu membatalkan putusan Roe v Wade pada 2022. Trump membela putusan aborsi MA, tetapi mengatakan larangan aborsi federal tidak diperlukan. Masalah tersebut harus diselesaikan di tingkat negara bagian.
Baca juga: Gen Z Jadi Rebutan Trump dan Harris Si ”Ratu Meme”
Swift juga menyinggung Trump yang pernah mengunggah gambar Swift palsu di media sosial, Agustus lalu. Dalam unggahannya itu, Trump meminta orang memilihnya.
Menurut Swift, apa yang dilakukan Trump itu membangkitkan ketakutannya akan teknologi kecerdasan buatan dan risiko bahaya menyebarkan informasi yang salah. ”Itu yang membuat saya akhirnya memutuskan bahwa saya harus sangat transparan tentang siapa yang akan saya pilih dalam pemilihan ini,” tulis Swift yang sudah mendukung Demokrat dan Biden pada 2020.
Salaman
Debat dimulai pukul 21.00 waktu setempat dengan jabat tangan antara Harris dan Trump. Jabat tangan ini mengejutkan karena keduanya tidak diharapkan akan mau berjabat tangan. Harris mendekati Trump di mimbarnya, lalu memperkenalkan dirinya dengan namanya, kemudian berjabatan tangan.
Ini jabat tangan pertama dalam debat presiden AS sejak tahun 2016. Bagi Harris, debat presiden ini sangat penting. Hasil jajak pendapat menunjukkan lebih dari seperempat calon pemilih merasa mereka tidak cukup mengenalnya.
Pasar taruhan daring PredictIt untuk pilpres AS 2024 menunjukkan kemungkinan kemenangan Trump menurun selama debat, dari 52 persen menjadi 47 persen. Peluang Harris meningkat dari 53 persen menjadi 55 persen. Sebagai tanda keyakinan terhadap hasil debat, tim kampanye Harris menantang Trump untuk debat kedua dalam waktu dekat.
Baca juga: Kamala Harris Perlebar Keunggulan atas Trump
Ron Bonjean, ahli strategi Republik, menilai selama debat Trump ”tidak menguntungkan dirinya sendiri”. Namun, dari sisi Harris juga belum jelas, terutama tentang rencana-rencana kebijakannya. Debat presiden tidak serta-merta mengubah pikiran pemilih, tetapi bisa sangat berdampak.
Performa buruk Biden saat melawan Trump, Juni lalu, membuatnya meninggalkan kampanyenya pada 21 Juli. Debat ini diyakini akan bisa mengubah opini publik dan menghasilkan puluhan ribu suara di sejumlah negara bagian mengambang. (REUTERS/AFP/AP)